Mohon tunggu...
Dinar Febri Budiman
Dinar Febri Budiman Mohon Tunggu... Sales - Aku tak pernah mencela hujan karena yang ku harap reda itu kecewamu

Spritual, filsafat dan sastra

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hari Tanpa Perayaan Apapun

11 Mei 2022   00:29 Diperbarui: 11 Mei 2022   00:34 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto : Moon.Lightiing (IG)


Jika pelangi itu mau berbagi warnanya padaku , aku akan tetap memilih warna abu-abu.

Aku sudah tidak peduli pada indahnya senja yang sering mereka puja, karena ketika senja pergi dia tidak pernah menjajikan cahaya apapun setelanhya.

Apalah arti hidup dari seseorang yang hanya mampu melihat dunia dari bingkai jendela, itupun jika tidak tertutup tirai.


Sudahilah kicauan kalian tentang semangat untukku, bisa saja sakit ini lebih nyaman dari pada sakit yang baru.

Biarkan aku bersembunyi dari cahaya seperti benih yang tak akan pernah tumbuh.

Justru ketika aku sakit, aku sulit untuk membenci orang lain karena yang ku benci adalah lemahnya diriku.

Bukankah itu lebih baik daripada hidup membusuk dengan hati yang penuh iri dan dengki saat bersaing di dunia luar sana.


Ranjang tempatku berbaring adalah miniatur surga bagiku meski ia tidak selalu wangi , setidaknya menjadi tempat untuk diriku menghindari benturan-benturan dalam hidup.


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun