Nanti dibantu sistem akal imitasi Auriga, aku akan memilih sel telur dan sperma yang cocok, mungkin juga menyisipkan beberapa materi genetik tambahan untuk kemudian disimpan di rahim buatan yang sudah lolos uji pemanasan ini. Membiarkannya lahir, lalu melatihnya untuk selamat dan lestari di Terra 2.
Banyak sekali yang harus kukerjakan, tetapi setahap demi setahap kuharap semua sesuai jadwal. Aku sendiri tak tahu, apakah dengan ini aku sedang bermain menjadi Tuhan dan mengkolonisasi planet baru. Mengulang cerita lama. Tetapi untuk hari ini, pekerjaanku sudah beres. Peralatan laboratorium sudah kubereskan, laporan sudah kurekam di benak Auriga, dan ada Tipot menungguku di balik pintu laboratorium. Tipot selalu berpikir aku berhasil berburu karena setiap keluar dari laboratorium aku selalu membawa sekaleng makanannya.
Pintu laboratorium terbuka dengan desir halus. Tipot mengeong menyambutku ketika pintu laboraotirum tertutup kembali. Ia menggosok-gosokkan badannya dan menyundulkan kepalanya ke betisku, mengeong kembali, seolah bertanya, 'Dari mana saja kamu? Bawa apa?'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H