Mohon tunggu...
Dina Roslaeni
Dina Roslaeni Mohon Tunggu... -

Panggil saya dina, seorang ibu dari putri-putrinya. Kegiatan menulis sudah dimulai semenjak mengenal blog dengan intensitas menulis yang belum setiap hari, menulis tentang anak dan kegiatan sehari-hari.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Test Hati Nurani Anda, “Sehat” Atau ”Sakit”?

17 April 2014   19:41 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:33 365
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagalah hati, Jangan kau kotori.

Seberapa jauh hati nurani mempengaruhi apa yang kita lakukan setiap hari. Coba ikuti test sederhana berikut ini.

Pertama. Seorang nenek atau kakek terlihat ragu-ragu menyebrang. Anda kebetulan berada dekat dengannya, apa yang anda lakukan? Membantu menyebrangkan atau menyebrang sendiri.

Kedua. Anda sedang duduk menunggu angkot, disamping anda ada seorang ibu membuka tas kemudian menutupnya, tapi tanpa disadari dompetnya terjatuh. Apa yang anda lakukan, memberitahunya atau membiarkannya.

Ketiga. Anda naik bis dan mendapat tempat duduk, kemudian datang ibu hamil setelahnya. Apa yang anda lakukan? Memberikan tempat duduk anda atau berdiam diri.

Keempat. Anda sedang berjalan tak sengaja kaki terantuk batu membuat anda hampir  terjatuh. Apa yang anda lakukan? Menyingkirkan batu dari jalan atau berlalu begitu saja.

Jika anda menjawab hal yang positif (menyebrangkan, memberitahunya, memberikan, menyingkirkan) berarti hati masih “tersentil” untuk berbuat amal. Contoh kecil diatas walaupun sepertinya sepele tetapi tidak semua orang melakukannya. Amalan yang terlihat kecil namun bisa jadi bernilai besar. Perlu hati yang “sehat” dalam melakukannya.

Hati yang Sehat (Al Qolbu As-Shohih). Menurut Abdullah Gymnastiar (aa gym), seseorang yang memiliki hati yang sehat tak ubahnya memiliki tubuh yang sehat. Ia akan berfungsi optimal. Ia akan mampu memilih dan memilah setiap rencana atas suatu tindakan, sehingga setiap yang akan diperbuatnya benar-benar sudah melewati perhitungan yang jitu berdasarkan hati nurani yang bersih.

Dengan persoalan akan menjadikannya semakin bertambah ilmu, dengan persoalan itu bertambahlah amal. Dengan persoalan akan meningkatlah derajat seorang hamba ALLOH, sehingga ia tidak akan merasa resah, kecewa dan berkeluh kesah karena menyadari bahwa persoalan merupakan bagian yang harus di nikmati dalam hidup ini.

Sebaliknya jika anda menjawab hal yang negatif, bisa jadi hati kita sedang “sakit”. Kalau tidak ada keuntungan baginya, buat apa cape-cape  menolong.

Hati yang Sakit ( Al Qolbu Al Maridh ). Orang yang menderita qolbun maridh akan sulit menilai secara jujur apapun yang nampak di depannya. Melihat orang yang sukses timbul iri dengki, mendapati kawan beroleh karunia rezeki timbul resah dan benci dihadapkan pada siapapun yang memiliki kelebihan hatinya akan serta merta menyelidiki aib dan kekurangannya. Bila sudah  ditemukan, hatinya pun akan gembira. Ibarat menemukan barang berharga, ia pun mengumbar dan mengabarkan aib dan kekurangan itu kepada siapa saja, demi agar kelebihannya tenggelam. Na’udzubillah.

Hati yang “sakit” masih bisa diatasi dengan melakukan intropeksi diri, berusaha melakukan berbagai amal shaleh, bersilaturahmi dengan orang-orang sholeh, berfikir positif, berjiwa besar dengan kelebihan orang lain.

Yang lebih parah lagi, Hati yang Mati (Al Qolbu Al mayyit). DR. Ahmad Faridh dalam kitabnya, Tazkiyat An Nufus, mengungkapkan bahwa hati seseorang itu terkadang bisa terjangkit penyakit hati sampai parah sementara yang bersangkutan justru tidak menyadarinya. Adapun ciri-ciri sakit atau matinya hati adalah orang itu tidak sadar dan tidak merasakan sakit akan luka dan noda maksiat, serta tidak menyadari kebodohannya mengenai yang haq dan yang bathil.

Menulis terkait hati, jadi teringat berita pelecehan seksual yang menimpa anak umur 5 tahun yang terjadi di salah satu sekolah yang terkenal dengan reputasi internasional di Jakarta. Bagaimana perasaan anda ketika membacanya? Geram, miris, terluka, itulah yang saya rasakan. Geram karena seorang anak kecil yang menjadi korban. Miris, karena terjadi di sekolah, tempat yang seharusnya tempat yang menyenangkan bagi anak. Terluka, ibu mana yang rela melihat anaknya teraniaya.

Bagaimana dengan si pelaku? Hatinya “mati”, hawa nafsu telah menguasainya, menulikan telinganya, membutakan matanya, memporak-porandakan nuraninya, tak tahu lagi mana yang hak dan yang bathil. Na’udzubillah.

Semoga kita senantiasa dipelihara hatinya supaya sehat dan bersih, untuk tetap bisa berbuat yang terbaik dengan mengefektifkan umur dan waktu yang dimiliki, bersungguh-sungguh menjalankan semua perintah NYA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun