Mohon tunggu...
Dinar Iftitah Rahmah
Dinar Iftitah Rahmah Mohon Tunggu... Insinyur - Mahasiswa

Halo! Saya adalah seorang mahasiswa tingkat akhir yang memiliki ketertarikan dan sedang melakukan penelitian di bidang pengelolaan limbah & bioenergi. Saya berharap bahwa bidang keilmuan yang saya pelajari nantinya akan dapat bermanfaat bagi kemajuan Indonesia kita tercinta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Biopelet: Strategi Pengelolaan Limbah Bonggol Jagung Sebagai Energi Alternatif

13 Juli 2024   18:30 Diperbarui: 13 Juli 2024   18:44 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Konsumsi energi akan selalu mengalami peningkatan, sejalan dengan adanya perkembangan peradaban. Semakin berkualitas kehidupan suatu negara, maka semakin banyak pula kebutuhan untuk mencapai dan mempertahankannya. Energi memegang peranan penting karena menjadi dasar dari segala aktivitas industrialisasi dalam suatu negara. Sebagaimana di Indonesia, diketahui bahwa hingga sampai saat ini, penggunaan bahan bakar fosil seperti minyak, gas, dan batubara masih mendominasi dalam masyarakatnya. Namun, pada saat ini mulai terjadi adanya perkembangan mindset dalam masyarakat terkait kesadaran untuk menjaga lingkungan, salah satunya melalui preferability menggunakan bahan-bahan yang bersifat ramah lingkungan, termasuk energi berbahan dasar biomassa. Sebagaimana juga diketahui bahwa Indonesia merupakan negara agraris, sehingga implemetasi pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) berbahan dasar limbah pertanian bersifat sangat potensial.  Pengembangan EBT berbahan dasar limbah pertanian dapat ditempuh dalam bentuk yang beragam, diantaranya yaitu pembuatan bahan bakar dari limbah pertanian maupun peternakan, menjadi produk seperti bioetanol, biogas, biochar, biodiesel, biopelet, dan lain-lain.

(Sumber: AI)
(Sumber: AI)

Biopelet merupakan salah satu metode yang sederhana dalam penerapannya, serta memiliki beberapa kelebihan, yaitu kemudahan dalam proses transportasi dan distribusi, struktur yang lebih kokoh dibandingkan biomassa mentah, serta proses produksinya yang bersifat sederhana. Selain itu, produksi biopelet juga dapat meningkatkan kualitas bahan bakar seperti kadar air yang rendah dan nilai kalor yang lebih tinggi, jika dibandingkan dengan penggunaan raw biomass secara langsung seperti limbah kayu bakar, batang tebu, dan lain sebagainya. Kadar air yang rendah dan nilai kalor yang lebih tinggi akan memfasilitasi proses pembakaran dapat berlangsung lebih efisien. Selain itu, emisi yang dihasilkan dari hasil pembakaran EBT lebih rendah dibandingkan bahan bakar berbasis fosil.

Biopelet dapat diproduksi dari berbagai jenis limbah pertanian, salah satunya yang potensial adalah bonggol jagung. Bonggol jagung diketahui memiliki proporsi massa sebesar 30-50% pada setiap buah jagung, sehingga proporsi limbahnya akan cukup banyak dalam proses konsumsi jagung. Selain itu, proses produksi biopelet juga tergolong sederhana, karena dapat dilakukan secara semi-otomatis maupun secara otomatis. Semi-otomatis dapat dilakukan dengan menggunakan mesin press, sedangkan secara otomatis dapat dilakukan dengan menggunakan mesin pelletizer. Berdasarkan hal tersebut, masyarakat, khususnya petani, dapat menginvestasikan sebagian modalnya dalam pengadaan mesin pelletizer dalam rangka mengolah limbah pertanian menjadi produk yang lebih bermanfaat, yaitu untuk bahan bakar padat seperti biopelet. Dengan hal ini, juga terdapat kemungkinan bahwa produk biopelet dapat dijadikan ide dan peluang untuk bisnis. Bagaimana? Cinta lingkUngAN bisa jadi ide #CUAN kan? 

(Sumber: AI)
(Sumber: AI)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun