Mohon tunggu...
Dina Riana
Dina Riana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Pendidikan Indonesia

Dina Riana, mahasiswi semester 5 yang sedang bergelut dengan konsentrasi Linguistik di Universitas Pendidikan Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Penanda dan Petanda Kesedihan pada Musik Video Rumpang karya Nadin Amizah

13 November 2023   15:39 Diperbarui: 13 November 2023   15:44 108
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pertengahan tahun 2021 adalah tahun di mana status saya sebagai siswa sudah selesai. Dengan pikiran yang melanglangbuana memikirkan nasib diri ke depannya, saya menjelajahi playlist dalam platform Spotify berjudul "Let me tell you" yang saya buat pada tahun 2019.

"Katanya mimpiku 'kan terwujud" 

"Mereka lupa tentang mimpi buruk"

"Tentang kata maaf, sayang aku harus pergi"

 

"Katanya, mimpiku, akan terwujud"

"Mereka, berbohong, mimpiku tetap semu"

Salah satu lagu yang ada dalam playlist tersebut berjudul "Rumpang" karya Nadin Amizah. Bersama dengan bait terakhir dari lagu tersebut, respon dari diri saya adalah keluarnya air mata yang mengalir deras dan muka yang memerah menahan tangis. Lalu bagaimana semiotika sebagai ilmu yang mempelajari tanda memaknai lagu Rumpang karya Nadin Amizah?

Nadin Amizah adalah seorang penyanyi dan penulis lagu yang lahir pada tahun 2000. Single pertamanya berjudul "Rumpang" dirilis pada tahun 2018 menyusul dengan video musik yang diunggah pada platform Youtube.

Semiotika model Ferdinand De Saussere mengemukakan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Tanda merupakan kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifer) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda adalah "bunyi yang bermakna" atau "coretan yang bermakna". Jadi, penanda adalah aspek material dari bahasa: apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca sedangkan petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Dalam video musik Nadin Amizah yang berjudul "Rumpang" terdapat beberapa penanda dan petanda yang memaknai isi dari video musik lagu tersebut.

Penanda pertama adalah adanya sendok dan garpu dengan gerigi yang tak lengkap di atas piring plastik yang kosong. Garpu dengan gerigi yang tak lengkap dan piring plastik yang kosong menggambarkan anak perempuan tersebut sedangkan sendok yang masih utuh sebagai pelengkap. Hal ini seakan menjadi petanda bahwa orang yang dicintainya pergi dan meninggalkan kekosongan hati yang belum terlengkapi.

Penanda selanjutnya adalah seorang anak perempuan sedang makan di meja bersama boneka beruang coklat di hadapannya. boneka yang tadinya hanya sebuah benda telah dipersonifikasi oleh anak tersebut layaknya manusia dengan penanda makan bersama, merias bonek dengan lipstik, dan dijadikannya teman bermain. Hal ini seakan menjadi petanda bahwa ia menjadi seorang ibu dan boneka tersebut menjadi anak.

Penanda selanjutnya adalah empat kertas yang ditempel di dinding. Tiga dari empat kertas tersebut berisi dua orang perempuan sedang bergandengan tangan terlihat layaknya ibu dan anak. Hal ini petanda bahwa anak tersebut berandai-andai dengan membentuk kisah  dari sebuah bentuk ikatan yang dengannya ia tak merasakan kesepian yang digambarkan dengan bergandengan tangan.

Penanda selanjutnya adalah dua buku yang bertuliskan kata sedih. Hal ini menjadi petanda bahwa anak perempuan tersebut sedang merasakan kesedihan.

Penanda terakhir adalah anak perempuan yang sedang terbaring di ranjang dengan sebuah boneka di sampingnya. Hal ini menjadi petanda bahwa apa yang sudah ia andaikan hanyalah sekedar mimpi belaka yang tidak akan pernah bisa terwujud.

Dari petanda yang sudah dianalisis menggunakan semiotika model Ferdinand De Saussure membuktikan bahwa video musik Nadin Amizah berjudul "rumpang" menceritakan kesedihan yang melanda seorang anak perempuan karena kehilangan sosok ibu. Ia berandai-andai jika ibunya masih ada akan melakukan hal-hal menyenangkan. Namun, imajinasi anak perempuan itu hanya sekedar mimpi belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun