Tahun pelajaran 2021/2022 baru saja dimulai. Berkaca dari pelaksanaan proses pembelajaran jarak jauh tahun sebelumnya hasil kegiatan pembelajaran masih jauh dari apa yang kita harapkan.Â
Maka, stakeholder di bidang pendidikan berharap tahun ajaran baru kondisi pandemi ini membaik dan bisa melaksanakan proses pembelajaran tatap muka dengan protokol kesehatan yang ketat.Â
Tetapi dalam kenyatannya kondisi penyebaran virus Corona semakin menggila yang mengharuskan kita semua harus kembali lagi beraktivitas dari rumah baik belajar maupun bekerja.Â
Berdasarkan pengalaman pembelajaran jarak jauh pada tahun lalu, banyak sekali kendala yang dihadapi baik itu murid maupun dari siswa.Â
Hal ini tentu bisa dijadikan bahan refleksi kita semua agar proses pembelajaran jarak jauh di tahun ajaran baru ini bisa berjalan lebih baik.
Kedisiplinan siswa dalam mengikuti PJJ sangat menentukan keberhasilan proses pembelajaran tersebut. Akan tetapi, pada kenyataannya hal tersebut menjadi titik lemah dari PJJ.Â
Kurangnya pengawasan dan masih rendahnya tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas belajar menjadi kendala tersendiri dari PJJ.Â
Dalam pelaksanaannya, seiring terjadi keterlambatan peserta didik pada saat mengikuti PJJ, pengumpulan tugas yang tidak tepat waktu, bahkan guru harus menjadi "debt collector"Â tugas di akhir semester.
Untuk mengurai permasalahan tersebut, komunikasi yang lancar dan harmonis antar stakeholder pendidikan mutlak diperlukan.Â
Evaluasi kegiatan PJJ harus dilaksanakan secara rutin dan menyeluruh. Guru, wali kelas, guru Bimbingan Konseling (BK) dan orang tua siswa harus terlibat secara aktif dalam proses evaluasi tersebut.Â
Proses, progres, kendala atau permasalahan selama PJJ harus segera disampaikan atau dikomunikasikan antar pihak terkait.Â
Sebagai contoh, guru harus melakukan evaluasi proses kegiatan pembelajaran setiap minggunya, kendala apa yang terjadi, siapa saja yang tidak mengikuti PJJ di setiap akhir minggu harus segera dilaporkan kepada orang tua melalui wali kelas.Â
Wali kelas pun harus merekam dari semua siswa yang diampunya dan segera mengkomunikasikan dengan guru BK maupun orang tua wali.Â
Peran orang tua memang sangat penting sekali dalam mengkondisikan siswa ketika mengikuti PJJ. Orang tua diharapkan bisa mendampingi dan mengawasi siswa saat proses PJJ berlangsung.Â
Mendisiplinkan siswa dengan membuat aturan dirumah dan disepakai bersama antara siswa dengan orang tua akan sangat membantu guru dalam melaksanakan proses PJJ.Â
Berdasarkan pengalaman penulis, siswa terlambat dalam mengikuti PJJ karena siswa begadang untuk bermain game online sehingga pagi harinya tidak bisa mengikuti PJJ tepat waktu dan tugas menjadi menumpuk sampai akhir semester. Dari sinilah peran kontrol orang tua terhadap anak perlu ditingkatkan.
Peran wali kelas dan guru BK memang sangat berat di saat PJJ seperti sekarang ini, karena pengawasan siswa ketika PJJ akan lebih sulit dan membutuhkan waktu yang tidak sedikit, berbeda jika pada saat pembelajaran tatap muka, guru akan lebih mudah dalam melakukan pengawasan karena siswa berada di sekolah secara bersama-sama.Â
Sedangkan pada saat PJJ dibutuhkan kerja keras dan keikhlasan seorang wali kelas dan guru BK untuk lebih mendekatkan diri dengan siswa, misal dengan melakukan home visite ketika siswa sama sekali tidak menunjukkan adanya perubahan kedisiplinan dalam mengikuti PJJ.
Dari sini dapat dilihat pentingnya menjalin komunikasi yag baik antara orang tua dengan anak, orang tua dengan guru atau wali kelas serta guru BK agar kedisiplinan dapat terwujud. Karena dengan komunikasi yang baik akan diketahui permasalahan yang sebenarnya terjadi, sehingga kendala selama PJJ bisa diminimalisis khususnya dari segi kedisiplinan siswa dalam mengikuti PJJ.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H