Semakin bertambah usia, tak bisa dipungkiri, pikiran-pikiran yang terlintas dalam otak kian hari kian "berisik", mulai dari pertanyaan dasar dalam hidup, hingga yang mendalam sampai ke akarnya.
        Dulu saat kecil, waktu luang dan hari libur adalah dua hal paling membahagiaka dalam hidup. Bagaimana tidak, waktu luang, seringkali aku gunakan untuk menatap layar laptop berjam-jam, bukan, bukan untuk mengerjakan sesuatu yang produktif, melainkan menonton seri kesukaan yang sudah lama ditunggu. Iya, itu dulu. Dulu, rasanya sangat nyamamn bila diri ini tidak dihadapi oleh beban ataupun yang lainnya, rasanya hidup ini bebas dan nyaman sekali.
        Tapi, semuanya berubah seiring berjalan waktu, aku mulai tidak nyaman dengan semua ini, tidak nyaman dengan rasa "aman" yang sedang dinikmati. Rasa aman yang lambat laun bisa melalaikan.
        Hati pun gelisah, gundah, tak tentu arah, ada apa sebenarnya. Kupikir aku hanya sedang melewati fase quarter life crisis, hal wajar yang pasti menimpa sebagian atau bahkan seluruh manusia di muka bumi ini, namu rasanya tak sekedar itu.
        Aku resah, seperti banyak yang terlintas di dalam otak, mampir dengan kecepatan kencang dan menembus lalu lintas pikiran. " Bisakah aku lebih bermanfaat bagi banyak orang?".
        Kalimat yang paling sering menghantui, tatkala semakin dewasa, orientasi hidup kini tak lagi bisa hanya untuk diri sendiri. Bagaimana bisa aku nyaman berselonjoran kaki di atas kasur empuk sambil menatap ponsel pintar dengan tontonan seru, melainkan di luar sana anak seusiaku sedang banting tulang mencari rezeki demi sesuap nasi?. Hei, sadarkah kamu?.
        Tidak, itu tidak salah, itu adalah nikmat yang bisa kita syukuri, sekaligus kenyamanan yang bisa membunuh secara perlahan.
        Ada yang bilang " Semakin banyak ilmu yang kamu pelajari, kau akan semakin merasa tidak tau apa-apa". Dan menurutku ini sangat benar adanya. Rasanya sedikit sekali ilmu yang kupelajari dan semakin banyak "Pekerjaan Rumah" yang harus kupelajari.
        Baik PR duniawi maupun tidak duniawi. Dan yang perlu diingat dengan baik, PR tidak duniawi lah yang penting didalami, karna itu yang akan menjadi amal dan bekal kita untuk di akhirat nanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H