Mohon tunggu...
dinaa ramadani
dinaa ramadani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa uinsa

♡´・ᴗ・`♡

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Balik Aroma Secangkir Kopi

26 November 2024   22:16 Diperbarui: 26 November 2024   22:42 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Pagi itu, Andi duduk di warung kopi yang sederhana di sudut kota. Udara Jakarta yang sibuk dan penuh hiruk-pikuk tak mengganggu ketenangan hatinya. Di depannya, secangkir kopi hitam yang baru saja diseduh mengeluarkan aroma harum yang khas. Ia duduk sendiri, merenung, sambil menikmati kehangatan dari cangkir kopi yang memeluk tangannya. Andi selalu merasa ada sesuatu yang berbeda saat memulai pagi dengan secangkir kopi.

Beberapa waktu lalu, ia mendengar sebuah hadis yang agak unik di sebuah ceramah: "Selama aroma biji kopi ini tercium di mulut seseorang, maka selama itu pula malaikat beristighfar untukmu." Awalnya, ia merasa terkesima. "Malaikat beristighfar untuk kita karena kopi? Benarkah?" pikirnya.

Namun, rasa ingin tahu itu terus mengusiknya. Andi bukanlah orang yang mudah menerima begitu saja sebuah informasi tanpa mencari tahu kebenarannya. Ia memutuskan untuk menggali lebih dalam tentang hadis itu, berbicara dengan teman-teman, dan bertanya pada guru agamanya.

Keesokan harinya, Andi mencari informasi tentang hadis tersebut di berbagai sumber. Ternyata, setelah menelusuri lebih jauh, ia menemukan bahwa hadis tersebut tidak tercatat dalam sumber-sumber hadis sahih seperti Sahih al-Bukhari atau Sahih Muslim. Banyak ahli hadis yang menyatakan bahwa riwayat tersebut tidak dapat dipercaya sepenuhnya. Andi merasa lega, sekaligus sedikit kecewa. Ia sadar bahwa tidak semua kata-kata yang beredar tentang Islam memiliki dasar yang kuat.

Namun, meskipun hadis itu tidak sahih, Andi mulai merenung. Apakah ini berarti kopi tidak memiliki kedudukan istimewa dalam Islam? Tentu saja tidak. Meskipun tidak ada hadis yang sahih yang secara spesifik menyebutkan kopi, Islam tetap mengajarkan kita untuk menjaga kesehatan dan memperhatikan apa yang kita konsumsi.

Andi teringat akan sebuah hadis yang sahih, "Perut anak Adam itu tempat penyimpan penyakit. Jika ia ingin makan, maka makanlah sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk udara." (HR. Muslim). Hadis ini mengajarkan keseimbangan dalam hidup, termasuk dalam hal makan dan minum. Bukan hanya kopi, tetapi semua makanan dan minuman harus dikonsumsi dengan bijak dan tidak berlebihan.

Di warung kopi itu, Andi mulai merenungkan lebih dalam. Kopi bagi sebagian orang bisa menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari. Aroma dan rasa kopi bisa memberikan ketenangan bagi banyak orang, termasuk dirinya. Ia mulai merasa bahwa kopi bukan hanya sekadar minuman, tetapi juga sebuah waktu untuk refleksi, untuk merenung, dan untuk menemukan ketenangan.

Namun, Andi tahu, meskipun kopi memberi ketenangan, kita tidak bisa menganggapnya sebagai sumber berkah atau doa secara khusus. Ia memutuskan untuk tidak terlalu fokus pada hadis yang tidak sahih itu. Baginya, menikmati secangkir kopi adalah sebuah momen untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan---nikmat kesehatan tubuh yang mampu menikmati rasa kopi, serta kesempatan untuk meresapi kedamaian hati dalam sekejap.

Andi menatap cangkir kopi hitam di depannya, kemudian mengangkatnya perlahan. "Ya Allah," bisiknya dalam hati, "semoga setiap tegukan ini membawa kedamaian dan keberkahan dalam hidupku." Aroma kopi yang hangat terus mengalir ke dalam hidungnya, membawanya pada perasaan syukur yang mendalam. Ia tidak lagi memikirkan apakah malaikat beristighfar atau tidak. Yang terpenting baginya adalah menikmati hidup dengan penuh rasa syukur, tidak berlebihan dalam menikmati kenikmatan, dan selalu menjaga keseimbangan, sebagaimana ajaran Islam.

Andi menghabiskan kopi itu perlahan, dan dengan setiap tegukan, ia merasa hatinya lebih tenang. Ia tersenyum, merasa puas dengan jawabannya. Kopi bukanlah tentang doa malaikat atau keberkahan yang berasal dari sebuah hadis yang tidak sahih, tetapi tentang bagaimana ia menyikapi hidup dengan bijak.

Pada akhirnya, ia sadar: keberkahan tidak datang dari sebuah hadis yang viral, tetapi dari cara kita mensyukuri apa yang ada, dari cara kita menjalani hidup dengan baik, dan dari kebiasaan kita untuk tidak berlebihan.

Pesan Moral:
Cerpen ini mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dalam menerima informasi, terutama yang berkaitan dengan agama. Meskipun sebuah hadis mungkin tidak dapat dipastikan keabsahannya, kita tetap bisa menemukan keberkahan dalam setiap momen kehidupan jika kita menyikapinya dengan penuh syukur dan kesadaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun