Di sepanjang jalan atau di pasar-pasar baik tradisional maupun modern kerap kali dijumpai pedagangan sayur dan buah-buahan. sayur dan buah merupakan hasil dari produk pertanian yang dimana setelah panen tidak mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Penjualan buah dan sayur atau hasil pertanian lainya memang masih dilakukan oleh sebagain masyarakat Indonesia mengingat kebutuhan akan hasil pertanian yang tidak sedikit bahkan cenderung naik seiring dengan kenaikan jumlah penduduk.Â
Penjualan buah dan sayur secara langsung (tidak diolah terlebih dahulu) sebenarnya merupakan tipe-tipe barang dagangan yang tidak tahan lama. untuk buah dan sayur sendiri memiliki jangka waktu simpan sebelum buah dan sayur ini membusuk. ketidak lamaan usia simpan ini membuat para pedagangan harus bergerak cepat untuk segera menghabiskan stok atau memasarkan dagangannya (buah dan sayur) supaya buah dan sayur tidak membusuk dan tidak mengalami kerugian.Â
Sedangkan seperti yang telah diketahui, konsumen tidak mudah untuk diprediksi. tidak ada perkiraan yang pasti akan dagangan ini habis dalam kurun waktu berapa lama. Tuntutan seperti ini yang dikhawatirkan akan menyebabkan kerugian.
Sebenarnya terdapat cara untuk membuat hasil pertanian menjadi lebih tahan lama. Salah satunya adalah dengan diolah terlebih dahulu sebelum dipasarkan (agroindustri).Â
Agroindustri dapat dikatakan sebagai suatu kegiatan yang di mana memanfaatkan bahan hasil pertanian untuk selanjutnya dilakukan beberapa proses sehingga nanti outputnya adalah barang jadi atau setengah jadi yang diedarkan kepada konsumen. Agroindustri ini memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah: memperluas pangsa pasar, memperpanjang usia produk hasil pertanian, menciptakan diversifikasi produk dan menambah nilai jual akan suatu produk hasil pertanian.Â
Produk agroindustri ini lebih tahan lama dibanding dengan produk hasil pertanian langsung karena dari pengolahan tersebut terdapat beberapa tahap dan beberapa bahan yang dapat memberikan waktu lebih lama bagi produk untuk disimpan. Sehingga dari sini para pedagang akan lebih minim konsekuensinya untuk rugi karena produk cacat atau busuk.Â
Dalam perjalanan agroindustri juga membuat perputaran ekonomi kian menyebar karena perekonomian tidak hanya dipegang oleh para petani dan pedagang saja namun juga distributor, pelaku industri dan lain-lain.Â
Salah satu contoh agroindustri adalah di Desa Rejoagung, Kecamatan Srono, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Di Desa Rejoagung terdapat agroindustri yang memanfaatkan pohon kelapa. Pohon kepala merupakan tumbuhan yang sering dijumapi apabila berkunjung ke Desa Rejoagung.Â
Pada lahan (tegalan) privat biasanya ditekui pohon kelapa yang tumbuh tinggi berjejer-jejer. Lokasi desa ini terdapat beberapa homeindustry pengolahan hasil dari pohon kelapa. salah satunya adalah pembuatan gula merah atau gula jawa dengan bahan baku nira kelapa. ketersediaan bahan baku sudah jelas berasal dari dalam Desa Rejoagung itu sendiri karena biasanya masyarakat pelaku industri gula merah atau gula jawa ini memiliki tegalannya masingmasing.Â
Apabila ketersediaan bahan baku yang berasal dari lahan sendiri dirasa masih kurang mencukupi maka para pelaku industri ini akan membeli nira pada penjual nira atau kepada pemiliki lahan lain. Biasanya untuk pengambilan nira dilakukan oleh seseorang dengan cara tradisional yaitu dengan memanjat pohon kelapa sampai pada lokais nira berada. kegiatan ini dikenal oleh masyarakat lokal dengan sebutan "nderes". Â Setelah nira tersedia barulah dilakukan serangkaian proses untuk pembuatan gula jawa.Â
Sebernanya untuk pembuatan gula jawa dari nira kelapa ini cukup sederhana namun harus memperhitungkan ketelatenan dari para pelaku industri gula jawa. Pertama nira kelapa disaring agar tidak terdapat benda asing yang ikut larut, selanjutnya nira ddhkan sambil terus diaduk agar tidak ada bagian yang hangus. Apabila telah dirasa mengental, maka adonan nira diangkat dari atas api sambil terus diaduk hingga suhu menurun. Kemudian letakkan nira ke dalam cetakan dan diamkan sampai dingin dan mengeras.Â
Setelah menjadi gula jawa yang utuh selanjutnya dilakukanlah pendistribusia terhadap gula jawa kepada masyarakat. penjualan gula jawa disini terdapat dua cara, pertama langsung diberikan kepada konsumen dan yang kedua adalah dijual ke pengepul. Untuk yang langsung dijual ke konsumen biasanya konsumen langsung mendatangi lokasi untuk membeli produk. Untuk yang dijual ke pengepul ini, para pelaku indusri harus mendatangi pengepul dan dari pengepul nanti akan diedarkan ke tiap-tiap toko baik pada Desa Rejoagung maupun desa-desa yang lain dalam lingkung satu kecamatan Srono.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H