Mohon tunggu...
Dinar Ardanti
Dinar Ardanti Mohon Tunggu... -

Ibu dari satu anak yang menggemaskan dan istri dari suami yang hebat. Hobi Internet, social networking, menulis, masak-masakan dan tentu saja Home Education :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Perlukah Balita Bisa Membaca ?

15 Januari 2010   06:52 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:27 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Oke oke dua kalimat seru di atas hanya bayangan saya saja kog, wong saya tetap dalam diam mendengarkan pembahasan tsb ..

Dalam diam tersebut, pikiran saya melayang-layang ke Finlandia.

Iya, memang belum pernah saya ke sana, tapi teman saya ada yang sudah pernah ke sana dan menceritakan sungguh mantapnya kehidupan pendidikan di sana.

Iya, memang selain tahu dari sang teman tersebut, saya hanya sekedar tahu dari artikel-artikel tentang bagusnya perkembangan pendidikan di Finlandia bahkan peringkat pertama di dunia.

Kabarnya, di sana, justru melambatkan usia masuk sekolah yaitu usia 7 tahun (di sini ? 6 tahun saja ada yang sudah heboh anak gw udah bisa baca belooommm sambil panik).

Kabarnya, di sana, dll dsb bla bla bla yang cukup membuat hati dan pikiran tambah miris :'(

Gimana, di negara yang pendidikannya termasuk peringkat pertama saja melambatkan usia sekolahnya, nah di kita ? Usia balita sudah bisa baca ?

Wah peringkat kita bisa di atasnya Finlandia, donk ?

Apa iya ?

Secara, kabarnya, di sana ....


  • Finlandia Unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.
  • Finlandia tidaklah menggenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes.
  • Kualitas guru yang ok.
  • Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian.
  • Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri.
  • Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki.
  • Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing


point2 tersebut saya ambil dari artikel yang ditulis oleh Pak Adi W Gunawan di Milist Money Magnet, artikel tersebut saya peroleh dari seorang teman di milist FM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun