Wajahnya sama sekali tak menunjukan kekecewaan atau pun datar kala bertemu orang yang tengah berparkir. Baginya kondisi sulit (pandemi) bukanlah alasan untuk menyerah lantaran sepinya pendapatan. Adalah Nur Hasanah (42) juru parkir di kawasan Melawai, Jakarta Selatan.
"Kalau saya cemberut nanti saya dijauhi sama teman-teman seprofesi saya. Kan, kalau senyum enak dilihatnya," ujarnya kepada saya beberapa waktu lalu.
Kata Nur, memberikan senyuman terhadap orang-orang disekitar juga bisa berbagi aura positif. "Ya kalau kita senyum, nyapa duluan sama temen-temen kan bisa nular kebaikan, kalau mau ngerjain sesuatu jadi baik semua, Insya Allah," kata dia lagi.
Diakuinya penghasilan selama pandemi Covid 19 turun drastis dibanding hari biasanya. "Kalau biasanya bisa dapet 2 jutaan sebulan," tuturnya.
SOSOK KARTINI
Dunia parkir yang melekat dengan pria, perempuan pun bisa menjalaninya. Menurut Nur, penyandang difabel seperti dirinya bukan menjadi alasan untuk malas bekerja. Selagi memiliki tubuh yang lengkap, sambungnya, jangan mengeluh atau pun menyesal telah diciptakan Yang Maha Kuasa. Jadi harus bisa melewati hari-hari di masa pandemi.
Ibu dari satu anak tersebut mengakui menjadi tulang punggung keluarga seusai ditinggal suaminya untuk selama-lamanya. Selain berprofresi sebagai juru parkir, Nur berjualan nasi uduk di rumahnya. "Pagi-nya sebelum ke Melawai (tempat bekerja) saya jualan nasi uduk dibantu sama ibu saya," terangnya.
SENANG MELIHAT ORANG SENANG
Agar berkah hidupnya, wanita yang memiliki tinggi 80 cm tersebut tak lupa sedekah berbagi sesama, memberi sebagian hartanya bagi yang membutuhkan. Sesekali ia mencontohkan ustadz Yusuf Mansur yang mengampanyekan sedekah. "Yah walaupun saya orang susah juga saya niatkan untuk memberi sebagian penghasilan bagi yang membutuhkan, kebetulan tetangga saya, ada anak yatim piatu usianya sekarang masih delapan tahun," ucapnya.
"Dan saya inget, perkataan ustadz Yusuf Mansur misalnya nih ya, kalau kita sedekah Rp 10.000 dengan niat yang ikhlas, bisa dateng tuh Rp 50.000, kan Allah maha kaya, jangan takut miskin kalau sedekah," kata dia lagi.
Dikatakan olehnya, begitu bahagia melihat orang lain senang. Sesederhana itu arti kebahagiaan. Tak hanya uang, bantuan selagi kita mampu bisa kita berikan. "Enggak uang melulu, makanan, bantuan tenaga kita bisa kita beri," katanya.
Di sekitar pusat perbelanjaan, tempatnya ia bekerja, ia pernah mengalami musibah kecil, terjatuh di selokan lantaran sang pengemudi tidak melihat lampu sen. "Waktu saya lagi markirin mobil dan karena tubuh saya yang mini ini, orang itu enggak ngelihat saya, ya jatuhlah saya. Alhamdulillah saya tidak mengalami luka yang serius," ungkapnya.
Mengingat hal tersebut, lagi-lagi ia pantang menyerah. Harus tetap bersyukur. "Anak saya lah jadi pecut saya," tuturnya.Â
Ia mengaku beruntung, memiliki orang-orang baik di sekitarnya. Nur beranggapan, itu efek jangka panjang dari sedekah, karena tak luput dari pertolongan Allah SWT.
Dari penghasilannya sebagai juru parkir, Nur bisa menghidupi keluarganya terutama anak semata wayangnya Indah (10) yang saat ini tengah duduk di bangku 5 SD. "Alhamdulillah ada aja rezeki, meski kondisi kayak gini," ucapnya.
Mungkin, lanjut dia, itu hasil dari berbagi dan memberi yang ia lakukan selama ini.Â
INGAT TRADISI JNE SELAMA TIGA DEKADE
Disela kesibukannya selama menjadi juru parkir, penjaja nasi uduk dan tentu saja ibu rumah tangga ini, mengaku tak pernah absen membaca media cetak. Di mana ia pernah melihat ulasan perusahaan ekspedisi JNE menyantuni anak-anak yatim piatu di beberapa panti asuhan.
"Gimana enggak berkah ya, JNE selalu nyantuni anak yatim. Padahal sekarang kan banyak ya saingannya, tapi itu tadi  pemberian santunan selalu dilakukan, makanya saya ingin contoh apa yang dilakukan JNE," tutur Nur.
Nur menambahkan, apa yang dilakukan JNE patut diapreasiasi, pemberian santunan yang sudah menjadi tradisi JNE selama 30 tahun.Â
Tak hanya menyantuni anak-anak yatim piatu, JNE juga kerap peduli terhadap karyawannya. Seperti pemberian beberapa unit rumah dan sejumlah kendaraan.Â
Perlu diingat, JNE kerap kali mendulang kesuksesan. Ini terbukti naiknya jumlah pengiriman paket seperti pandemi Covid 19 ini. Di mana pembeli online atau pun pengguna jasa JNE tetap di rumah.
Pandangan penulis dari makna berbagi, memberi, dan menyantuni dapat mencontoh teladan yang dilakukan JNE atau pun sang juru parkir Nur Hasanah. Jangan takut miskin, karena bersedekah. Jika tidak mampu bersedekah dengan uang, bersedekahlah dengan makanan, jika tidak mampu bersedekah dengan makanan, bersedekahlah dengan tenaga.
Begitu juga, dalam pesan dari agama yang saya anut, harta yang dikeluarkan di jalan Allah SWT akan mendatangkan keberkahan, yakni menambah kebaikan dari harta itu dan berkembang menjadi banyak. Al Quran Surat Al Baqoroh ayat 276.
Adapun kebahagian makna bahagia menurut saya, tidak melakukan atau menyebarkan aura negatif kepada orang terdekat. Jangan sesekali membuat yang kenal kita tersakiti hatinya.Â
Walaupun orang itu melakukan kesalahan, tegurlah baik-baik. Bahagia itu sederhana. Ambil contoh tersenyum. Dari beberapa penelitian, ternyata hal tersebut memiliki pengaruh terhadap otak kita. Murah senyum, bikin bahagia.
Seiring dengan senyuman, hormon dopamin, serotonin, serta endorfin yang disebut hormon bahagia juga dilepaskan. Pelepasan ini mengakibatkan denyut jantung menurun tubuh menjadi rileks dan menurunkan tekanan tekanan darah.
#JNE #JNE30tahun #connectinghappiness #30tahunbahagiabersama
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H