Mohon tunggu...
Dina Putri Arum
Dina Putri Arum Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Hallo, perkenalkan saya Dina Putri Arum Setia saya sangat hobi menulis selain itu saya juga sangat suka belajar dengan hal yang baru untuk menambah wawasan saya. di sini saya juga dapat menungkan pengalaman yang pernah ada dalam hidup saya belajar menemukan apa yang belum pernah ada dalam hidup saya. dan belajar menulis adalah sesuatu yang sangat saya sukai.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Guyup Rukun Desa Wotan Pulung Ponorogo

15 Oktober 2024   23:12 Diperbarui: 15 Oktober 2024   23:13 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Guyub rukun dapat mengandaikan manusia sebagai homo socius artinya adalah makhluk yang bermasyarakat. Bermasyarakat berarti berkumpul dengan yang lain karena saling membutuhkan. Syarat terjadinya masyarakat, setidaknya didasari saling menghargai antar individu. Nilai saling menghargai ini akan menciptakan rasa nyaman dalam kelompok. Kelompok masyarakat akan merasa lebih mudah mencapai tujuannya apabila sudah terjadi keguyuban dan kerukunan. Istilah rukun tetangga (Rt) atau rukun warga (Rw) menunjukan asas dalam masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut tidak ada pertentangan. Semua warga sepakat untuk hidup rukun, tidak saling mengganggu sehingga tercipta suasana nyaman.

Guyub-rukun mengandung tujuan adanya ketentraman, nilai saling menghargai antara satu dengan lainnya, sifat demokratis dan toleransi. Rukun tercermin pula dalam kata gotong royong. Tidak akan pernah ada gotong royong jika tidak ada guyub rukun antar warga. Gotong royong dalam kehidupan masyarakat, guyub rukun merupakan modal awal untuk mencapai sesuatu tujuan. guyub rukunnya warga kampung agar mendapatkan keharmonisan antar warga

Pada acara gotong royong untuk persiapan Suroan dan Qotmil Quran di Desa Wotan, suasana penuh kebersamaan dan semangat kerja sama sangat terasa. Sejak pagi, warga desa sudah mulai berkumpul di balai desa, masing- masing dengan peran yang sudah dibagi sebelumnya. Bapak-bapak dan pemuda desa bertanggung jawab menyiapkan perlengkapan di balai desa. Mereka mengatur tenda, meja, kursi, serta memasang dekorasi sederhana yang mencerminkan nuansa kearifan lokal. Sementara itu, di dapur umum yang berada di rumah salah satu warga, ibu-ibu desa bahu-membahu menyiapkan hidangan untuk acara nanti

Di desa ini, budaya dan agama bukanlah dua hal yang berdiri sendiri. Keduanya saling terkait dan memperkuat satu sama lain. Gotong royong yang diwariskan dari leluhur menjadi lebih bermakna ketika didasari niat ikhlas dan rasa syukur kepada Tuhan. Sebaliknya, ibadah dan ritual keagamaan menjadi lebih kaya makna ketika dilakukan dalam semangat kebersamaan dan saling mendukung.

Jadi, di Desa Wotan, nilai-nilai ini hidup dalam keseharian. Mereka tidak hanya dijalankan saat ada acara tertentu, tetapi juga terlihat dalam sikap

 warga saat saling membantu, menghormati, dan menjaga kebersamaan dalam segala hal, dari urusan kecil seperti berbagi hasil panen hingga mengurus hal besar seperti membangun fasilitas desa. Warga Desa Wotan percaya, dengan menjaga budaya dan agama, mereka juga menjaga keseimbangan hidup dan kebahagiaan bersama.baik dalam skala kecil di keluarga maupun dalam skala yang lebih luas di masyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun