Hadeuh. Terjebak pagi hari di antara dua perempuan keceh dan cerdas membuatku demam. Panas dingin. Keduanya membuatku tak berkutik karena pengalamannya di atasku.
"Jadi, begini, Mbak D. Menurutmu, siapa yang salah? Aku atau dia?" Tanya Tatjana pelan namun dalam.Â
"Ya..." Kumainkan sedotan berwarna putih polos.
"Topik kali ini ngeri-ngeri pedas. Pelakor dan poligami."
What? Watdezig! Astajim. Aku masam-mesem.
Yang satu, Tatjana, lulusan sekolah luar negeri dengan segala ilmu duniawinya dan yang satunya lagi, Amelia, lulusan sebuah pondok pesantren terkemuka, hadir dengan segala ilmu akhiratnya. Kesamaan keduanya adalah sama-sama muslimah keceh. Ibaratnya, gado-gado pedas dengan karet dua. Nah, jika sudah begini, aku bagaikan upik abu. Citra Princess, Cinderella, dan manis yang melekat diriku lenyap tak bersisa jika berkumpul dengan keduanya.
Cool. Kerenlah. Tak hanya cerdas akademik, keduanya juga termasuk tipe macan ternak, emak cantik antar anak. Master, mamak berdaster, jika di rumah. Ditambah, mahmud, mamah muda.Â
Aku gerah. Tak sabar menunggu professorku datang. Alamak, lamanya...
Kelar obrolan pelakor dan poligami, lanjut pembahasan lebih keren melahirkan alami dibandingkan caesar. Aku masam-masam mendengarkannya.
Tatjana melahirkan caesar dan Amelia melahirkan alami. Keduanya berbincang santai membahas hal tersebut tapi membuatku pusing tujuh keliling, entah mengapa.
Topik selanjutnya adalah fulltime mother atau working mom. Kalau aku? Memilih half working mom tapi tetap punya penghasilan sendiri. Topik ini tetap hangat dibahas keduanya. Amelia tipe fulltime mother dan Tatjana working mom tapi hari ini sedang off, cuti. Bulan depan, Tatjana memutuskan untuk berbisnis di rumah sehingga tetap bisa dekat dengan anak-anaknya. Kami sepakat bahwa segala rezeki itu adalah pemberian dari-Nya dan insya Allah tidak akan tertukar.