"Tobat 'dah. Lu multitasking, yak. Ehm, multitalent. 'Pelaku' pelakor, iya. 'Korban' polakor, kayaknya juga." Amelia menatapku prihatin.
"Kalau tahu lu masih PP ke kampus ini, kita bisa ngobrol-ngobrol cantik kayak hari ini karena anak kita berdua sekolah di SD sebelah kampus. Lagian, ngapain sih Lu pake sekolah tinggi-tinggi, palingan 'tar ujung-ujungnya ke dapur dan sumur juga." Tatjana tertawa geli. "Itu yang gue rasakan, D."
"Ehm, 'gak apa-apa karena sebaik-baiknya madrasah dan majelis ilmu, iya sang ibu yang mendidik dan mengajar anak-anaknya." Bela Amelia.
Aku nyengir. Diam sajalah.
Save the day! Save by my professor!Â
Hup, aku bangkit lalu bergegas meninggalkan mereka. "See ya, gals. Shoud go, now. Capcus." Aku meleletkan lidah lalu meninggalkan keduanya dengan senyum mengembang.
Begitulah...
Terkadang, beberapa topik klasik masih hangat diperbincangkan di kala luang seperti yang dilakukan Tatjana dengan Amelia. Jadi, jangan salahkan para Mahmud jika sudah beraksi. Hal itu karena memiliki dunianya masing-masing...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H