Mohon tunggu...
Dina Purnama Sari
Dina Purnama Sari Mohon Tunggu... Dosen -

There is something about Dina... The lovely one...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bukan Cinta Biasa

25 Juli 2016   17:12 Diperbarui: 25 Juli 2016   17:19 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"D, taukah kau kalau cinta yang kumiliki untukmu bukanlah cinta biasa." tatap Al dalam.

Aku nyengir. "Yeah, I knew."

"Koq tahu?"

"Ya, tahulah. 'Kan, kau barusan mengatakan hal tersebut kepadaku." Aku meleletkan lidah.

Al misuh-misuh. "Kau benar, D."

"Jadi, bagaimana, D?"

"Apanya yang bagaimana?" lirikku sekilas.

"Hadeuh." Al menutup buku 'Menikahimu dengan Restu Ayah-Ibu yang ditulis oleh Ikhsanun Kamil dan Foezi Citra Cuaca'. "Seriuslah, D."

"Apalagi, Al?"

"Apanya?" tatap Al bingung.

Al bangkit lalu mengamit tanganku. Kami melangkah pergi meninggalkan taman kota yang hiruk pikuk oleh beberapa pasangan muda dengan putra dan putrinya. Sebelum melangkah pergi, Al memasukkan buku yang kubaca ke dalam ransel hitamnya.

Sore yang indah, begitu desis Al beberapa kali. Kali ini, aku berdegup kencang. Bukan, bukan karena desiran asmara terhadap pria dihadapanku melainkan kecemasan luar biasa terhadapnya. Entah mengapa, beberapa berita kriminal yang kubaca belakangan hari ini membuatku berdegup kencang. Aku takut kalau Al akan melakukan tindakan nekad. Sumpah, hal ini baru kurasakan. Ketakutan yang teramat sangat, tanpa embel-embel asmara. Kriminal murni. 

Bismillah. Aku berkomat-kamit.

Al sempat menoleh ke belakang, ke arahku. Lalu, dia menyeringai bagaikan srigala. Srigala 'temannya' Marsha di film Marsha and The Bear.

"Masuk, D." Al membukakan pintu Mersi hitamnya untukku dengan santun. Aku menurut.

Aku diam saat Al mengemudikan Mersinya. Al mengoceh banyak hal dan aku memilih bungkam. Keringat membasahi tubuhku walaupun pendingin di dalam mobil telah diatur sesuai dengan keberadaan dua manusia berbeda jenis di dalamnya.

"Mau minum, D?" tanya Al prihatin. Aku menggeleng.

Al tergelak. "Kau takut aku bius, ya?"

Refleks, aku menggangguk. Al tergelak. Kali ini, dia terbahak-bahak. Huasyem pisan, umpatku di dalam hati.

Tak lama, Al memarkirkan mobilnya usai terdengar adzan maghrib.

"Shalat maghrib dulu, D."

"Eh-he?" Aku menatap Al bingung dan lega.

"Iya, sudah adzan. Kudengar, kau memilih Lilo karena dia tak pernah lupa menunaikan shalat lima waktu dengan tepat waktu. Nah, aku ingin membuktikan kalau aku bisa seperti itu, yaitu shalat lima waktu tepat waktu."

Aku mengangguk. 

***

Usai shalat maghrib, wajah Al nampak jernih dan bening. Tak lagi tampak kemarahan di sana. Alhamdulillah. Jantungku pun berdegup datar. Tak ;lagi berdegup kencang. Fuih....

"Ayo, kita makan, D. Makan malam. Lalu, usai makan malam, kita pulang. Aku akan mengantarmu pulang. Kita makan di pujasera dekat mesjid saja, ya."

Aku menatap Al takjub. "Oke."

"See, kau lihat, kan, D. Aku bisa menjadi Lilo bahkan menjadi pria manapun yang menautkan hati untukmu. Cintaku kepadamu bukanlah cinta biasa, D...."

"Ya, aku tahu..."

Aku mengelap keringat dan mengucapkan alhamdulillah....

Tak lupa, bismillah juga....

Hal itu karena cinta Al kepadaku bukanlah 'cinta yang biasa'....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun