Mohon tunggu...
Dina Purnama Sari
Dina Purnama Sari Mohon Tunggu... Dosen -

There is something about Dina... The lovely one...

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Diksi dan Komposisi Bersama Para Penulis Favorit

31 Mei 2016   01:21 Diperbarui: 31 Mei 2016   01:41 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika ditanyakan kepada saya, siapakah pengarang favorit saya? Mmm, saya terdiam sejenak. Hal itu karena saya senang membaca berbagai macam jenis referensi, baik cetak maupun noncetak. Akan tetapi, jika diminta lebih spesifik lagi siapakah pengarang favorit saya, maka dengan mantap akan saya jawab. Yaitu, Seno Gumira Ajidarma (SGA). Salah satu karya beliau yang membuat saya berada di dunia khayalan adalah "Negeri Senja". Kerennya kebangetan pisan. Edunlah pokoknya. Sayangnya, saya belum sempat bertemu dengan beliau. Sayang yang kedua adalah novel favorit saya, "Negeri Senja", menghilang entah kemana....

Selain SGA, saya juga senang membaca karya-karya Ayu Utami, Djenar Maesa Ayu, dan Fira Basuki. Jleb! Biasanya, usai membaca karya mereka itu bagaikan salju di gurun sahara, mengutip judul lagunya Anggun, "snow on the sahara". Saya juga sempat mengagumi dan mengoleksi beberapa novel Remy Sylado saat saya studi di kota kembang, Bandung. Setali tiga uang, kedua novel karya Remy Sylado "Kerudung Merah Kirmizi" dan "Cau Bau Kan" bernasib sama seperti "Negeri Senja", hilang entah kemana. Nampaknya, kedua novel Remy Sylado itu dipinjam oleh teman lama dan hinga kini belum dikembalikan atau mungkin saya lupa menaruhnya.

Dari berbagai tulisan yang mereka hasilkan itu, saya belajar unsur intrinsik fiksi. Yaitu, tema, plot atau alur, amanat, penokohan atau perwatakan, dan latar atau setting, point of view atau sudut pandang. Selain itu diksi dan komposisi dalam penulisannya. Nah, dari membaca dan mengingat diksi dalam karya mereka itulah yang saya serap kemudian mengingatnya dengan baik sehingga kosakata pun bertambah.

Kemudian, saya juga mempelajari alur "manis" dari Pidi Baiq serta mengemas tema pendidikan menjadi fiksi yang edukatif dari Andrea Hirata dan Ahmad Fuadi. Terlihat simpel namun tak mudah untuk dilakukan. Kuncinya adalah niat dan disiplin menulisnya.

Dari jajaran penulis Islami, saya juga belajar mengikat makna dalam karya-karya Helvy Tiana Rosa, Asma Nadia, dan beberapa penulis Islami lainnya. Kala itu, kurang afdol jika belum membaca fiksi Islami. Diksi dan komposisi dalam karangan juga hal yang saya cermati baik-baik saat membaca karya mereka.

Kini, bacaan saya semakin beragam, mulai fiksi, nonfiksi, maupun faksi. Perlahan, membaca fiksi dilakukan saat senggang. Selebihnya, membaca nonfiksi dan terkadang faksi.

Adapun, untuk nonfiksi dan faksi, saya tidak memiliki penulis favorit karena kecenderungan mementingkan isi di dalam bacaan tersebut. Tentu saja. isi yang padat, menarik, renyah, ngejelimet okelah, dan mudah dicerna. Sama, saya belajar diksi dan komposisi dari nonfiksi dan faksi. Utamanya, bagaimana mengemas kemudian menyampaikan pesan kepada pembaca dengan mudah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun