"Ya, sejauh ini teman dekat karena kami belum memasang janur kuning."
"Yakin tak ada yang terluka?" sindir Angel.
Al menatap Angel dengan senyuman. Senyuman yang menohok hingga membuat Wita menarik Al dari hadapan kami. Keduanya beringsut pergi setelah berpamitan.
"Pulang yuk, ah, Angel. Malas." kataku tak semangat.
"Ayo." sahut Angel.
Baru saja kami hendak melangkahkan kaki keluar dari gedung resepsi yang digunakan sebagai akad nikah di paginya untuk kemudian disulap menjadi resepsi di siang harinya, seseorang memanggil kami. Suaranya itu mirip Vino G. Bastian.
"Angel, terima kasih sudah datang!" seru suara itu.
Angel menoleh ragu. "Oh, iya, Dit."
"Makanlah dulu, Angel. Ayo, kukenalkan kepada istri dan keluargaku, plus keluarga istriku. Kebetulan, ibuku kangen ingin bertemu denganmu. Walaupun kita tidak jadi menikah, bukan berarti putus silaturahim, kan?"
Tuing-tuing... dan kami berdua pun terjebak dalam suasana kekakuan yang mengharu biru di tengah para undangan dan keluarga kedua mempelai.
Angel, seorang sahabatku di SMA, tak bisa mengelak kala ibundanya Aditya, mantan kekasihnya, langsung menyapa dan menghampiri kami tepat di belakang Aditya. Ah, inilah nasib lima menit terlambat menghadiri akad nikah. Ide konyol Angel gagal! Ide untuk menggagalkan akad nikah Aditya dengan Nursiani....