Mohon tunggu...
Dina Purnama Sari
Dina Purnama Sari Mohon Tunggu... Dosen -

There is something about Dina... The lovely one...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seperti Mati Lampu

27 Januari 2015   04:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:18 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1422201644749232810

"Betul, D. Duniaku serasa gelap, gitu, seperti mati lampu...."

"Halah, kalau mati lampu, tinggal ambil senter, lalu nyalakan lilin, petromaks, obor, atau bisa dengan segera nyala dengan lampu emergency atau diesel." ucapku mengerucutkan bibir.

Liam menuang teh ke cangkirnya sendiri. Sementara itu, aku sibuk memperhatikan gerak-geriknya. Diam-diam, aku kangen dengannya. Kangen memukul bahunya lagi. Kangen "mem-bully-nya".

Liam memang berbeda dengan Al. Bersama Al, aku jaim. Namun, tidak demikian halnya jika aku bersama Liam. Aku bisa santai berbicara banyak hal kepadanya, bahkan hal tabu sekali pun. Entahlah, kukira dia adalah soulmate-ku tapi ternyata dugaanku salah. Selain itu, mungkin karena kami pernah sekelas di taman kanak-kanak hingga sekolah lanjutan atas.

Sayangnya, Liam memilih berlayar di kapal pesiar dan meninggalkanku cukup lama sebelum akhirnya kembali dengan kabar yang membahagiakan. Yaitu, dia telah menikah dengan perempuan eropa bermata jeli. Perempuan itu telah memberikan bayi perempuan berusia tiga bulan.

"Bagaimana kabar, Al, D?"

Aku mendadak masuk angin kala Liam menyebutkan nama itu.

Liam menatapku lurus dan dalam. Dia nampak menyesali pertanyaannya. "Ups, maaf, D. Duh, salah bertanya." Liam meralat pertanyaannya dengan cepat. "Biar bagaimanapun, aku mengenal kalian berdua. Oleh sebab itu, aku menanyakan hal tersebut kepadanya. D, takkan pernah kulupakan moment itu. Moment ketika kau menduakanku dengan Al. Dudul bingits, D. Ketika kutahu bahwa selingkuhanku adalah Al, fuih...."

"Selain itu, apakah kau mengenal Widya? Widya itu siapa, D?" tanya Liam berusaha mengembalikan keceriaanku.

"Istrinya Al." jawabku enggan.

Liam menatapku aneh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun