Liam tersedak. Dengan segera, kutuangkan teh hijau ke dalam cangkirnya. Refleks, Liam menenguk cepat tehnya yang masih hangat.
"Wah, D, kalau kutahu kau masih single fighter.... Mmm, kubatalkan pernikahanku." Liam masam-mesem setelah bebas dari keterkejutannya. Ya, dia tak suka disebut pembual.
"Lalu, apa yang membuatmu menikah?"
"Fotomu, D. Profile Pic-mu di salah satu akun jejaring sosial." Liam menyebutkan nama sebuah social media.
Aku nyengir. "Mosok? Profile-ku sudah kukunci. Maaf, kuhapus pertemanan kita di sana dan kau malahan sengaja menyetting akunmu menjadi public,ya?"
"Iya, tapi saya masih bisa melihatnya, D. Hanya fotomu yang mengendong bayi laki-laki yang bisa kulihat, D, sehingga kusimpulkan kau sudah memiliki anak." sesal Liam. "Ya, D, kusengaja mengubahnya menjadi public sehingga kalau kau kangen denganku maka dengan mudah mengetahui perubahan apa saja yang terjadi denganku. Mmm, tak ada rahasia yang kusembunyikan darimu, D." Liam tersenyum manis.
"Semprul! Dasar pembual."
Liam menyudahi makannya."Betul, D. Makanya, alasanku menikah dengan perempuan itu bukan cinta tapi di atas itu...."
"Mmmm, mengharap berkah dari-Nya?" tanyaku berbaik sangka.
Liam masam-mesem. "Mmm, tepatnya patah hati."
Aku tertawa lepas. "Semprul!"