Mohon tunggu...
dina oktavia
dina oktavia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

6 Faktor yang Menyebabkan Tidak Terkabulnya Sebuah Doa

9 Oktober 2016   19:53 Diperbarui: 9 Oktober 2016   20:40 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Islam adalah agama yang memiliki keunikan tersendiri dalam hal syariah, sangat komprehensif dan universal.  Komprehensif berarti merangkum seluruh aspek kehidupan baik ritual maupun sosial (mu’amalat). Universal berarti dapat diterapkan setiap waktu dan tempat. Dalam hal konsumsi pun islam mengajarkan sangat moderat dan sederhana, tidak berlebihan,  tidak boros, dan tidak kekurangan karena pemborosan adalah saudara-saudara setan.

Konsumsi pada hakikatnya adalah mengeluarkan sesuatu dalam rangka memenuhi kebutuhan. Konsumsi meliputi keperluan, kesenangan, dan kemewahan. Kesenangan atau keindahan diperbolehkan asalkan tidak berlebihan, yaitu tidak melampaui batas yang dibutuhkan oleh tubuh dan tidak pula melampaui batas-batas makanan yang dihalalkan.

Seperti dalam Al-Qur’an surat An-Nahl ayat  114.

فَكُلُّوْا مِمَّا رَزَ قَكُمُ ا للهُ حَلَلاً طَيِّباً

Artinya:Maka makanlah yang halal lagi baik dan rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu. (An- Nahl: 114).

Dari ayat Al-Qur’an yang dikutip di atas, kata yang digunakan untuk barang-barang yang baik adalah berarti segala sesuatu yang bersifat menyenangkan, manis, baik, enak dipandang mata, harum, dan lezat.

Oleh karena itu, Al-Qur’an menetapkan satu kata terhadap  prinsip-prinsip umum yang mengatur penggunaan kekayaan dalam suatu masyarakat muslim. Kaum muslimin dianjurkan untuk menggunakan kekeyaan mereka (langsung atau tidak langsung) pada hal-hal yang mereka anggap baik dan menyenangkan bagi mereka. Al-Qur’an tidak menetapkan ketentuan atau aturan-aturan yang tegas tentang apakah barang itu sesuai atau dibolehkan bagi mereka, tapi masyarakat itu sendiri diberi keleluasaan untuk menentukan tingkat kesucian atas penggunaan barang-barang, khususnya makanan, minuman, dan pakaian.

Dan peringatan yang lebih tegas juga terdapat dalam Al-Qur’an surat Al- Baqarah ayat 168`

يأَ يُّهاَ الناَّسُ كُلُوْا مِمَّا فىِ اْلأَرْضِ حَلَلاً طَيِّباً وَلاَ تَتَّبِعُوْا خُطُوَتِ اثَيْطَنِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌ مُبِيْنٌ

Artinya: hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu dalah musuh yang nyata bagimu.

Disini Allah memberikan sebuah peringatan atau gambaran kepada kita semua agar kita bisa menentukan mana yang halal dan mana yang haram. Oleh karena kita harus  memilih makanan yang halal dan baik agar tubuh ita sehat dan hidup kita menjadi barokah dan kita bisa lebih dekat kepada yang maha kuasa.

Sebab kalau kita tidak memakan makanan yang halal dan baik bagaimana kita bisa lebih dekat dengan Allah, dan bagaimana doa kita bisa dikabulkan oleh Allah. Sedangkan apa yang kita makan, apa yang kita minum, dan apa yang kita pakai adalah berasal dari barang yang haram. Oleh karena itu kita harus mencari rezeki yang halal agar kita bisa memperoleh makanan yang baik dan halal.

Ada sebuah hadis yang menerangkan tentang memakan makanan yang halal, baik, dan beramal yang baik.

عَنْ أَبىِ هُرَيْرَةَ قاَلَ رَسُوْلُ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللهَ طَيِّبُ لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّباً وَإِنَّ اللهَ أَمَرَ الْمُؤمِنِيْنَ بِماَ أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِيْنَ فَقَالَ (ياَ أَيُّهاَ الرُّسُلُ كُلُوْا مِنَ الطَيِّبَاتِ وَاعْمَلُوْا صَلِحًا إِنِّى بِماَ تَعْمَلُوْنَ عَلِيْمٌ) وَقَالَ (ياَ أَيُّهاَ الَّذِ يْنَ اَمَنُوْا كُلُوْا مِنْ طَيِّباَتِ مَا رَزَقْنَكُمْ) ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيْلُ السَّفَرَ أَثْعَثَ أَغْبَرَيَمُدُّ يَدَيْهِ إِ لىَ السَّمَاءِ ياَرَبِّ ياَرَبِّ وَمَطْعَمَهٌ حَرَامٌ وَمَثْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِىَ باِ لْحَرَامِ فَأَ نىَّ يُسْتَجَابُ لِذَ لِكَ (رَوَاهَ مُسْلِمٌ)  

Artinya:  Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasul SAW bersabda: “wahai manusia sesungguhnya Allah itu baik, tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Ia memerintahkan pada orang-orang yang beriman apa yang diperintahkan pada para utusan. “wahai para utusan, makanlah dari yang baik dan beramallah yang baik, karena sesungguhnya kami mengetahui apa yang kalian kerjakan.” “makanlah dari yang baik  atas apa yang kami rezeqikan padamu.” Kemudian nabi menuturkan ada seorang laki-laki yang bepergian jauh, rambutnya acak-acakan dan kotor. Dia menenggadahkan kedua tangannya ke atas seraya berdoa: Wahai tuhanku, wahai tuhanku”. Sedang yang dimakan  dan yang diminum serta dan yang dipakai adalah berasal dari yang diharam, mana mungkin doanya diterima” (HR. Muslim).

Mengenai penjelasan hadis tersebut ada 6 faktor yang menyebabkan tidak terkabulnya sebuah doa yaitu:

  • Memakan makanan yang berasal dari barang haram
  • Meminum minuman yang berasal dari barang yang haram
  • Memakai pakaian yang berasal dari barang haram
  • Melakukan suatu pekerjaan yang haram seperti merampok, berjudi, dan jual minuman keras dll.
  • Mungkin kita berdoa sesuatu yang haram Misalnya: kita berdoa untuk dijadikan orang yang kaya sehingga dapat menghambur-hamburkan uang untuk berjudi, kemungkinan doa kita tidak dikabulkan oleh Allah ini dikarenakan kasih sayang Allah kepada kita. Dia ingin melindungi kita dari dosa berjudi itu, karenanya doa kita tidak dikabulkan oleh Allah.
  • Kita meminta kepada Allah untuk sesuatu yang baik, tapi menurut Allah itu tidak baik. Misalnya: kita ingin menikah dengan seseorang, tpi Allah tahu bahwa pernikahan itu sebenarnya tidak baik bagi kita, karena jika kita sampai menikah dengan orang tersebut maka rumah tangga kita akan hancur dan berantakan karena ketidakcocokan sifat dengan pasangan kita, oleh karena itu Allah tidak mengabulkan doa kita.

Saya akan memberikan penjelasan tentang tidak terkabulnya sebuah doa. Allah  swt telah menyiapkan sesuatu yang lebih baik untuk kita di akhirat. Artinya, Allah swt mungkin tidak mengabulkan doa kita karena Allah swt ingin memberikan pahala yang jauh lebih baik bagi kita di akhirat. Dan mungkin saja doa kita tetap dikabulkan tapi hanya ditunda . dan Allah swt menunda doa kita karena alasan tertentu. Misalnya Allah swt tahu bahwa ketika kita secara konsisten berdoa, maka kita akan semakin dekat dengan Allah. Karenya Allah swt ingin agar kita dekat kepadanya.

Alasan lain kenapa doa kita ditunda mungkin karena Allah sedang menguji kita. seperti yang disabdakan Rasulullah saw bahwa ketika Allah mencintai seseorang, maka Allah akan menguji orang tersebut. Apabila orang tersebut bersabar atas ujian yang dideritanya, maka Allah akan meninggikan derajatnya dan memuliakannya, sekian artikel dari saya semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun