Mohon tunggu...
Dina N. A Muaz
Dina N. A Muaz Mohon Tunggu... Guru - Menulis adalah candu walau terkadang terhalang typo.

Pecinta hujan namun tidak suka kehujanan Seseorang yang sedang belajar merangkai aksara dan mengabadikannya di media

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Apakah Penjual Gorengan Akan Beralih Menjadi Penjual Rebusan?!

27 Maret 2022   11:13 Diperbarui: 27 Maret 2022   12:41 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenyataan di dunia harus dihadapi dengan lapang dada, walau kadang nyatanya menguras dompet dan gaji yang ada".

Minyak goreng akhir-akhir ini menjadi primadona bahan perbincangan di kalangan ibu-ibu dan juga kaula muda. Dia pernah jual mahal dan juga langka.
Namun kini keberadaannya terlihat nyata.

Lantas apa permasalahannya. Kenapa sekarang si minyak bisa duduk cantik di mini market padahal beberapa minggu yang lalu rak itu kosong melompong.

Titik permasalahan ada pada harga, apalagi ibu pencinta diskonanan seperti saya melihat harga minyak sekarang agak sedikit menyeringit jidat.

Jika boleh bernostalgia dahulu kala saat "Giant" masih ada, tempat favorit membeli minyak disana. Bukan tanpa alasan, saya senang membeli minyak disana tetunya godaan diskonan yang jadi alasan utama. Bila mujur saya membeli minyak di sana dengan harga 24.000/2 litar. Sekarang harga minyak 51.000/2 litar. (Harga luar pulau jawa)

Bagi saya kenaikan itu tidak berpengaruh begitu besar karena bisa saja saya mengambil alternatif mengurangi memasak dengan minyak beralih ke hal-hal yang lebih sehat. Seperti rebusan, kukusan, pepesan, dioven dan lain sebagainya.

Namun hal ini akan berbeda bila kita adalah penjual gorengan, penjual ayam tepung pinggir jalan, penjual stik kriuk dan lain sebagainya.

terkini.id
terkini.id

Apakah penjual gorengan harus beralih menjadi penjual rebusan? Memang lebih sehat tapi kita berbicara fakta bahwa peminat gorengan lebih besar di bandingkan rebusan.

Kebanyakan kaula muda yang notabennya pencinta gorengan resah karena harus beralih menjadi pencinta rebusan yang kadang mengingatkan kepada menu-menu MPASI.

Kriuknya tahu isi tidak bisa kita samakan dengan empuknya tahu rebus . Renyahnya ayam tepung tidak bisa kita bandingkan dengan lembutnya sop ayam. Walaupun semuanya sama-sama enak namun mempunya esensi yang berbeda.

Minyak bagi mereka bahan primer yang harus tersedia, dengan naiknya harga minyak akan membuat pembengkakan biaya pembuatan yang berujung pengurangan laba bersih bahkan bisa-bisa harus menaikan harga jual.

Naiknya harga jual bisa berdampak pada berkurangnya pelanggan, mengingat pendapatan sebagian orang tak berbanding lurus dengan harga pangan.

Gaji yang enggan merangkak naik dihadapkan dengan kenyataan harga pangan naik secara perlahan bahkan kadang tidak perlahan tapi tiba-tiba hampir dua kali lipat membuat jurus hemat jadi andalan agar gaji cukup sebulan.

Disisi lain kenaikan harga minyak meberikan peluang kepada orang-orang kreatif untuk menjual minyak oplosan yang tentunya hal ini akan lebih membahayakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun