Mohon tunggu...
Dinandito
Dinandito Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Haul Gus Dur, Kok Malah Dangdutan?

8 Maret 2019   13:03 Diperbarui: 8 Maret 2019   14:13 1789
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Harapan saya datang di acara ini adalah mendapat cerita-cerita baru mengenai Gus Dur, kok malah mendapat begini?!  Ketika acara hiburan tersebut, benar-benar seperti kampanye di lapangan kampung saya kecil dulu. Bedanya penyanyinya berhijab, dan goyangannya lebih santai, walau tetap dengan bendera besar berkibar di antara penonton. Iya, karena ada beberapa peserta (atau panitia?) yang membawa bendera PKB berukuran besar dan mereka mengibarkan bendera tersebut. Seperti Slank saat konser gitu.

___

Sebenernya kalau ditarik ke belakang, saya rada paham mengapa Cak Imin tidak menghargai nama Gus Dur di sini. Konflik antara Gus Dur dan Cak Imin ini masih teringat di sebagian orang. Perseteruan antara PKB kubu Gus Dur dan kubunya Cak Imin. Meski Cak Imin adalah keponakannya Gus Dur, ia tidak ragu melengserkan pamannya dan menjadi pemimpin PKB kemudian.

 Dengan acara ini, seakan-akan Cak Imin menunggangi nama Gus Dur (dalam bentuk acara Haul) untuk kepentingan partai. Padahal, saya yakin, sampai sekarang masih ada yang tidak setuju dengan PKB-nya Cak Imin.

 Saya sempat sebal dan kecewa dengan keluarga Gus Dur, kok ya mengizinkan nama Gus Dur dibuat serendah ini dalam acara ini. Memang, Gus Dur juga sosok Bapak yang mengajarkan politik Indonesia untuk bisa "bercanda", tapi dangdut di pembukaan acara Haul menurut saya adalah bercandaan yang kelewatan!

 Ternyata, saya salah. Selang 4 hari kemudian, tepatnya tanggal 21 Desember 2018 digelar Haul Gus Dur ke-9 yang dilaksanakan oleh keluarga Gus Dur.. Haul digelar di kediaman Gus Dur di Jl warung Sila, Ciganjur Jakarta Selatan. Pada Haul ini, mengambil tajuk  "Yang Lebih Penting dari Politik adalah Kemanusiaan". Diskusi, panjatan doa dan ucapan syukur dipanjatkan khidmat, santai, penuh guyon dan yang paling penting, tanpa dangdut sebagai pembukanya.

Ah, dari sini saya belajar, tidak semua restoran yang pernah dipuji "Maknyus" oleh Alm Bondan Winarno akan selamanya enak. Ketika management berganti, resep berubah, rasa tentu saja tak lagi sama. Gus Dur dengan PKB pada masanya adalah oase pada teriknya politik Indonesia, kini hanya jadi dagelan belaka.

Dokpri
Dokpri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun