Pesantren for Peace merupakan salah satu program unggulan Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) Universitas Islam Syarif Hidayatullah (UIN) Jakarta. CSRC ini sebagai Pusat Kajian Agama dan Budaya atau lembaga kajian dan riset di bidang agama dan sosial-budaya, yang didirikan berdasarkan SK Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 28 April tahun 2006. Tujuannya adalah untuk mengetahui dan memahami apa saja peran penting yang dapat disumbangkan agama guna mewujudkan tatanan masyarakat yang adil dan sejahtera, kuat, demokratis, dan damai.
Adapun program Pesantren for Peace yang diusungnya tersebut, berhasil di resmikan pada tanggal 30 Juni 2015 di Hotel Ambhara, Jakarta, oleh Prof. Dr. Kamaruddin Amin selaku Dirjen untuk Pendidikan Islam, dan perwakilan Menteri Agama RI. Pesantren for Peace ini sebagai bentuk pertahanan pesantren dalam memerangi paham-paham yang menitikberatkan Islam identik dengan kekerasan. Program ini  berlangsung selama tiga tahun (50 bulan). Dan melibatkan 600 ustad dan ustadzah, serta 300 santri putra dan putri.
Pesantren For Peace melatarbelakangi kesalapahaman konflik dan kekerasan  bernuansa agama.  Mulai dari aspek teologis hingga ke persoalan ekonomi, pokitik, dan sosial budaya. Dan dengan adanya Pesantren For Peace ini harapannya dapat menghapus paradigma radikalisme yang berasal dari pesantren. Pesantren for Peace meliputi riset pemetaan analisis konflik, penyusunan modul pelatihan, pelatihan toleransi dan resolusi konflik, studi lapangan kasus konflik, pertukaran santri, pemberian dana hibah untuk kegiatan pesantren, seminar dan workshop, dan pembentukan jaringan PFP se-Pulau Jawa.
Alasan program ini disasarkan kepada pesantren, Idris Hemay yang merupakan direktur CSRC mengatakan bahwa, "Pesantren memiliki risileansi terhadap radikalisme itu ada tiga, satu bonding yakni identity dalam pesantren, kemudian kedua bridging yakni bagaimana pesantren bisa berhubungan dengan komunitas yang berbeda, dan yang ketiga linking atau jejaring dengan pemerintah". (Rabu, 06/12/2023)
Selain itu, sejak tahun 2001, Konrad-Adenaur-Stiftung (KAS) Indonesia bekerjasama dengan Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) yang memiliki kesamaan tujuan, yakni menjembatani negara Muslim terbesar di dunia dengan dunia Barat. Lalu, pada Januari 2015, kerjasama ini dikembangkan dan lebih diintensifkan melalui dukungan dana dari Uni Eropa. Adapun Penyebarannya ada 5 provinsi di pulau Jawa. Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur. Tentu harapan besar dengan luncurnya program Pesantren for Peace untuk ke depannya ialah meningkatkannya kontribusi Islam sebagai agama yang moderat.
Melalui program ini, yang telah menjelajahi pulau jawa dan men-training para guru dan aktivis pesantren, lahirlah sebuah modul yang merupakan hasil kerja kolektif bersama dengan CSRC. Modul tersebut berjudul, "Pendidikan Perdamaian di Pesantren Berperspektif Islam dan HAM". Harapan besarnya, modul tersebut dapat menepis kesalahpahaman dan prasangka buruk dalam menyikapi nilai-nilai HAM, perdamaian, toleransi dan resolusi konflik. Selain itu, harapan dari hadirnya program ini ialah guna meningkatkan peran pesantren dalam memberdayakan moderasi Islam Indonesia demi terpeliharanya kehidupan masyarakat yang penuh damai, toleran dan tegaknya penghormatan dan perlindungan HAM di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H