Mohon tunggu...
Nadiyya Dinar Ambarwati
Nadiyya Dinar Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hallo, sedikit memberi tahu bahwasannya akun ini akan terfokus pada hal-hal yang berbau review, baik itu buku, film, hingga masa lalu.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Indahnya Toleransi di Kalangan Anak-anak

11 April 2023   23:29 Diperbarui: 16 April 2023   14:42 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Allahu Akbar... Allahu Akbar...!

Azan subuh berkumandang, ibuku langsung datang membangunkanku. Aku pun langsung mengambil air wudu dan melaksanakan salat. Selepas itu, aku mengaji al-Qur'an yang dibimbing ayahku. Kemudian kami sarapan, dan setelahnya aku pun bergegas untuk mandi. Setekah itu, aku pun  bersiap-siap untuk ke sekolah.

Tek... Tek... Tek...

Bubur Ayam, Bubur Ayam...!

"Bu, itu pasti bubur Pak Surya, sepertinya Reva sudah di depan rumah." Seruku pada ibu, setelah mendengar suara gerobak bubur ayam pak Surya. Karena, setiap pagi aku selalu berangkat dengan anaknya, Reva.

"Oalah, hati-hati di jalan ya nak, jangan lari-lari!" Pesan ibuku.

Aku bersama Reva langsung berangkat ke sekolah. Sebenarnya sekolah kami berbeda, namun perjalanannya satu arah. Aku sekolah di SD Islam, sedangkan Reva di SD Kristen. Walaupun agama kami berbeda, menurut orangtuaku itu tidak masalah. Karena, sebagai manusia kita harus saling menghormati dan menghargai perbedaan.

Sepanjang perjalanan, kami banyak bercerita. Reva berkata bahwa dirinya akan merayakan hari natal. Reva senang sekali, karena akan bertemu dengan Sinterklas. Reva juga mengatakan bahwa dirinya akan memberikan kado natal kepadaku. Karena aku satu-satunya teman yang selalu bermain dengannya.

Aku pun sampai duluan di sekolahku. Jarak sekolah kami cukup dekat.

"Aku duluan ya Rev, dadah!" Ucapku.

"Iya Salman, dadah!" Balasnya.

Aku pun berlari menuju kelas dan langsung mengikuti pembelajaran. Di kelas, guruku menyampaikan mata pelajaran Pendidikan Pancasila. Pembahasannya tentang saling menghormati perbedaan yang ada di Indonesia ini. Guruku menceritakan pengalamannya ketika bertemu dengan sebuah perbedaan. Ia mencontohkan  bagaimana menghargai perbedaan itu. Aku sangat senang mendengarkannya, karena itu seperti pertemananku dengan Reva.

Kring... Kring... Kring...

Bel pulang sekolah pun berbunyi.

Setiap pulang sekolah, aku selalu dijemput oleh Ibuku. Di perjalanan, aku menceritakan tentang cerita Reva tadi pagi. Dan juga tentang cerita pengalaman guruku. Ibuku tersenyum, karena apa yang telah dia ajarkan, diajarkan juga di sekolah. Dan aku bisa mendapatkan kedamaian dari hal itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun