Kebanyakan dari kami adalah berlatar belakang mahasiswa dan komunitas yang sedang melakukan penelitian. Namun, berbeda dengan saya dan dua orang teman lainnya yang sama-sama hanya sekadar ingin tahu dan mengenal lebih dekat dari aspek-aspek keagamaan yang ada dalam agama Konghucu.
Berhubung kami merupakan seorang mahasiswa jurusan Studi Agama Agama, yang di mana teori pembelajarannya ialah berkenaan dengan sejarah dan perkembangan agama-agama dunia, terutama agama yang berada di Indonesia.Â
Maka, hal inilah yang menumbuhkan minat kami untuk bisa berkenalan langsung dengan rumah-rumah ibadah sekaligus tokoh-tokoh penganutnya. Dan ternyata, setelah berkenalan panjang lebar, Guru Agama atau Pendeta Konghucu dari Klenteng tersebut memberitahukan bahwa dirinya juga merupakan jebolan dari Magister jurusan Studi Agama Agama. Hal ini membuat kami lebih terpikat dan akrab ketika berbincang bersamanya.
Setelah itu, pimpinan dari ICRP pun memberikan sambutannya dan mengulas cerita-cerita berkenaan dengan sejarah agama Konghucu yang berhasil diresmikan oleh pemerintah Indonesia. Ternyata, peresmian ini tidak terlepas dari salah satu tokoh besar Indonesia, yang merupakan Presiden Republik Indonesia (RI) ke empat, yakni yang akrab disapa Gus Dur.Â
Atas kebijakan yang ditetapkannya, agama Konghucu mampu berdiri tegak dan layak mendapatkan segala fasilitas sebagaimana mestinya. Karena, banyak dari mereka yang sudah menjadi penduduk tetap Indonesia. Di samping itu, diceritakan bahwa Gus Dur selalu menjadi sosok yang terhormat, bahkan jasanya dilibatkan dalam perayaan-perayaan keagamaan Konghucu.
Kemudian, dari pihak Konghucu pun menghidangkan makanan berupa katering. Setelah berbincang-bincang kami dipersilakan untuk makan. Dan di sesi terakhir, pihak ICRP memberikan cinderamata kepada pihak Konghucu sebagai bentuk terima kasih dan tanda awal mula dalam menjalin hubungan persahabatan. Tak lupa, sebelum pulang kami semua foto bersama di depan tempat yang mereka sebut dengan Altar Tian Te.
Dari kegiatan yang singkat ini, membuat saya lebih sadar dengan kemajemukan negara di Indonesia ini, terutama dengan keragaman agama yang ada. Sikap yang mampu kita tumbuhkan ialah dengan saling menghargai perbedaan itu. Karena apabila tidak, mungkin hanyalah rentetan kehancuran dan perseturuan yang dimiliki Indonesia ini. Â
Jangan sampai kita menilai orang lain seenaknya tanpa pernah berkomunikasi langsung bersamanya. Dalam menghadapi segala perbedaan dan latar belakang yang ada ini, tugas kita ialah bagaimana caranya menumbuhkan sikap harmoni dalam menjalin hubungan dengan mereka.
Referensi : https://haloedukasi.com/tata-cara-berdoa-agama-konghucu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H