Mohon tunggu...
Nadiyya Dinar Ambarwati
Nadiyya Dinar Ambarwati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hallo, sedikit memberi tahu bahwasannya akun ini akan terfokus pada hal-hal yang berbau review, baik itu buku, film, hingga masa lalu.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memeluk Hangat Sebuah Perbedaan

11 April 2023   16:12 Diperbarui: 11 April 2023   16:19 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kebanyakan dari kami adalah berlatar belakang mahasiswa dan komunitas yang sedang melakukan penelitian. Namun, berbeda dengan saya dan dua orang teman lainnya yang sama-sama hanya sekadar ingin tahu dan mengenal lebih dekat dari aspek-aspek keagamaan yang ada dalam agama Konghucu.

Berhubung kami merupakan seorang mahasiswa jurusan Studi Agama Agama, yang di mana teori pembelajarannya ialah berkenaan dengan sejarah dan perkembangan agama-agama dunia, terutama agama yang berada di Indonesia. 

Maka, hal inilah yang menumbuhkan minat kami untuk bisa berkenalan langsung dengan rumah-rumah ibadah sekaligus tokoh-tokoh penganutnya. Dan ternyata, setelah berkenalan panjang lebar, Guru Agama atau Pendeta Konghucu dari Klenteng tersebut memberitahukan bahwa dirinya juga merupakan jebolan dari Magister jurusan Studi Agama Agama. Hal ini membuat kami lebih terpikat dan akrab ketika berbincang bersamanya.

Setelah itu, pimpinan dari ICRP pun memberikan sambutannya dan mengulas cerita-cerita berkenaan dengan sejarah agama Konghucu yang berhasil diresmikan oleh pemerintah Indonesia. Ternyata, peresmian ini tidak terlepas dari salah satu tokoh besar Indonesia, yang merupakan Presiden Republik Indonesia (RI) ke empat, yakni yang akrab disapa Gus Dur. 

Atas kebijakan yang ditetapkannya, agama Konghucu mampu berdiri tegak dan layak mendapatkan segala fasilitas sebagaimana mestinya. Karena, banyak dari mereka yang sudah menjadi penduduk tetap Indonesia. Di samping itu, diceritakan bahwa Gus Dur selalu menjadi sosok yang terhormat, bahkan jasanya dilibatkan dalam perayaan-perayaan keagamaan Konghucu.

Kemudian, dari pihak Konghucu pun menghidangkan makanan berupa katering. Setelah berbincang-bincang kami dipersilakan untuk makan. Dan di sesi terakhir, pihak ICRP memberikan cinderamata kepada pihak Konghucu sebagai bentuk terima kasih dan tanda awal mula dalam menjalin hubungan persahabatan. Tak lupa, sebelum pulang kami semua foto bersama di depan tempat yang mereka sebut dengan Altar Tian Te.

Dari kegiatan yang singkat ini, membuat saya lebih sadar dengan kemajemukan negara di Indonesia ini, terutama dengan keragaman agama yang ada. Sikap yang mampu kita tumbuhkan ialah dengan saling menghargai perbedaan itu. Karena apabila tidak, mungkin hanyalah rentetan kehancuran dan perseturuan yang dimiliki Indonesia ini.  

Jangan sampai kita menilai orang lain seenaknya tanpa pernah berkomunikasi langsung bersamanya. Dalam menghadapi segala perbedaan dan latar belakang yang ada ini, tugas kita ialah bagaimana caranya menumbuhkan sikap harmoni dalam menjalin hubungan dengan mereka.

Referensi : https://haloedukasi.com/tata-cara-berdoa-agama-konghucu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun