Di film ini juga digambarkan situasi Eropa pada masa Abad Pertengahan yang lebih dikenal dengan Zaman Kegelapan, dengan kehidupan rakyatnya yang tunduk pada doktrin-doktrin agama, takut berkembang dengan hanya menunggu keajaiban datang.Â
Sang tabib yang punya keahlian memberikan ilmu pengobatan seadanya pun pada masa itu malah dianggap mempraktikkan ilmu sihir oleh kalangan gereja dan selalu diburu untuk dibakar hidup-hidup karena dianggap ajaran sesat yang dibawa setan. Anggapan mereka, satu-satunya cara ampuh membasmi setan ya dengan membakarnya hidup-hidup.
Sebaliknya di tanah seberang lautan, alias di semenanjung Arab dan Persia (sekarang disebut Iran), sedang berlangsung Era Keemasan (atau orang Barat menyebutnya The Golden Age), dengan berbagai kemajuan yang dihasilkan dari peradaban Islam dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, pemerintahan dan budaya. Dalam film ini, Era Keemasan diwakilkan oleh tokoh penemu ilmu kedokteran modern, Ibnu Sina, yang mendiami kota Isfahan yang pada saat itu dipimpin oleh seorang Shah yang mencintai budaya.Â
Di kota itu, umat Islam dan Yahudi hidup dalam kerukunan menjalankan ibadahnya masing-masing. Bahkan dalam sebuah adegan digambarkan pula ada seorang penganut pagan (menyembah dewa-dewa) Zoroaster yang bisa hidup dengan tenang hingga menjelang ajalnya. Tapi, entah kenapa di film ini justru umat Kristen yang tidak diperbolehkan masuk ke kota tersebut, yang membuat Rob harus menyamar sebagai orang Yahudi dan menyunatkan dirinya ketika ia sampai di Mesir. Â
Padahal, jika ditelusuri dari sejarah, pada masa peradaban dan kejayaan Islam, semua agama monotheisme pada saat itu hidup berdampingan dengan damai di tanah Arab dan Persia, termasuk Kristen. Begitu pula yang terjadi di Iran, meskipun sebagai agama minoritas, masyarakat Kristen pada saat terjadinya penaklukan Iran oleh bangsa Arab-Islam sejak abad ke-7 Masehi dilindungi oleh pemerintah Islam.
Berhubung karakter sentralnya Rob, dikisahkan dalam film ini justru dia yang pertama kali melakukan praktek bedah pada manusia, walaupun dibantu sang guru yaitu Ibnu Sina, setelah dia mengulik-ngulik (alias mengotopsi) tubuh sang penganut Zoroaster yang sudah mati.
Memang sebelum mati, si kakek penganut Zoroaster ini berpesan agar tubuhnya tidak usah dikubur, karena menurut kepercayaan agama ini tubuh manusia itu mengandung semua hal yang buruk sehingga sesudah kematian, tubuh cukup dibiarkan di atas menara dan dimakan burung bangkai.Â
Rob masih penasaran apa yang menyebabkan kematian ibunya, dan ketika ia menemukan bahwa ada yang namanya usus buntu alias apendisitis, ia pun menduga hal yang sama menimpa pada Shah sehingga ia diizinkan untuk membedah perutnya. Padahal pada kenyataannya menurut fakta sejarah, justru Ibnu Sina yang pertama kali menemukan ilmu bedah anatomi tubuh manusia, kendati di dunia Barat nama Leonardo da Vinci yang lebih dikenal.
Buktinya ia yang bersemangat membuatkan racun penangkal wabah pes yang dikirim oleh pasukan Seljuk ke kota itu. Karim mempunyai seorang pelayan bernama Davout yang sayangnya membelot bersama para mullah untuk menaklukkan Isfahan. Entah aksinya ini dilakukan atas dasar dendam karena suka dicaci Karim (yah maklumlah anak muda), padahal jelas-jelas umat Islam pada masa kekuasaan Shah hidup dalam kemakmuran dan kemajuan budaya serta ilmu pengetahuan.