Menjawab Mystery Topic 2 Kompasiana tentang Sosok Inspiratif di Bulan Ramadhan, maka saya memilih Tariq Ramadan. Apalagi, keberadaan saya di Eropa sekarang membuat saya makin penasaran dengan sosok cendekiawan Muslim yang katanya dihormati dan disegani di benua ini.
Nama Tariq Ramadan tidak terlalu asing bagi saya karena saya mulai mengenalnya dari media-media Islam yang terbit di Eropa. Dari sosok dan wajahnya saja sudah kentara bahwa beliau seorang pemikir yang bijak dan lembut hati, terlepas dari berbagai tuduhan yang dilontarkan kepadanya akhir-akhir ini.
Hal ini menurut saya penting sih, mengingat citra Islam akhir-akhir ini di tengah masyarakat Eropa semakin bias akibat teror bom di beberapa negara Eropa (termasuk juga Indonesia). Menurut saya sangat penting menghadirkan Islam dan sosok-sosok Islam yang lembut hati, tenang dan cinta damai agar persepsi masyarakat Barat, terutama Eropa, mengenai Islam, kembali pulih.
Di artikel saya sebelumnya, Menikmati Santap Buka Bersama Warga Indonesia di Marseille, sekilas saya menyebutkan tentang Tariq Ramadan. Ya, beliau adalah cucu Hasan Al-Banna, tokoh pendiri gerakan Ikhwanul Muslimin sejak awal tahun 1930-an, sebuah organisasi Islam di Mesir yang memandang Islam adalah suatu keyakinan yang universal yang ingin menyatukan perpecahan di antara umat Islam dengan jalan damai dan demokratis.
Menurut Tariq Ramadan, masyarakat pluralis itu adalah sebuah fakta, kita tidak bisa mengabaikannya dan mengatakan setuju atau tidak setuju, tapi harus berusaha hidup berdampingan dengan kenyataan itu sambil selalu mencari solusi-solusi praktis terbaik dan terbuka terhadap berbagai isu yang ada. Ayah dari empat anak ini juga selalu berusaha menjembatani antara masyarakat Muslim dengan Barat, membuat keduanya saling memahami satu sama lain.
Ada Undang-Undang yang harus dihormati, dan masyarakat Muslim tetap bisa beribadah tanpa harus merasa terganggu dengan prinsip tersebut, karena sekularisme bukan berarti meniadakan agama, tetapi menjadi urusan pribadi masing-masing individu tanpa harus mencampurinya dengan politik.
Tariq pun mengutip perkataan kakeknya saat menghadapi seorang pemuda Palestina yang akan melakukan bom syahid. Sang pemuda berkata, Allahu akbar wa lillaahilhamd ! Kami ingin mati di jalan Allah. Lalu, Hasan Al Banna menjawab, "Mati di jalan Allah itu sangat sulit, tapi hidup di jalan Allah itu lebih sulit lagi."
Yang jelas, putrinya, Maryam Ramadan, dengan tegas dan mati-matian membela ayahnya di berbagai media. Di tengah-tengah gempuran kasus, Maryam mengutip perkataan ayahnya, "Secara mental saya kuat (dari berbagai cobaan), namun fisik saya tidak sanggup menyangga tubuh saya."