Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

"Victoria & Abdul", Hubungan Platonis Ratu Inggris dan Seorang Abdi India

1 Januari 2018   12:46 Diperbarui: 1 Januari 2018   19:27 5269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jauh sebelum Pangeran Charles mempelajari Islam, ternyata Ratu Victoria yang dalam sejarah digambarkan sebagai ratu penguasa Inggris Raya, Skotlandia, Kanada bahkan India yang dikenal garang namun lihai dan cerdas ini pun mulai memperlihatkan ketertarikan pada Islam menjelang akhir hidupnya. Dan, rasa ketertarikannya itu berkat seorang pria India yang dikirim ke daratan Inggris untuk menyerahkan Mohur sebagai hadiah atas perayaan 50 tahun tahtanya.

Pria yang bernama Abdul Karim ini digambarkan secara fisik bertubuh tinggi tegap dan tampan. Ia dipilih memang karena tubuhnya yang tinggi itu, agar, "tidak mudah jatuh dari gajah," seperti yang pernah menimpa pada utusan dari India sebelumnya. Abdul yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu ini sengaja bertatapan mata dengan sang ratu saat menyerahkan koin Mohur, meskipun sudah dilarang oleh pihak istana. Namun, bukannya murka, justru Ratu Victoria yang merasa bosan dengan kehidupan protokoler istana, menemukan ada sesuatu yang lain pada diri Abdul.

Abdul Karim menjadi abdi kepercayaan Ratu Victoria di masa akhir hidupnya, bahkan mengajarkannya bahasa Urdu. (foto: Vanity Fair)
Abdul Karim menjadi abdi kepercayaan Ratu Victoria di masa akhir hidupnya, bahkan mengajarkannya bahasa Urdu. (foto: Vanity Fair)
Bukan soal ketampanannya, bukan. Ratu menyadari bahwa Abdul sosok pria yang cerdas dari kemampuannya menulis dan hobinya membaca. Abdul pun mahir bertutur kata dengan rima yang terdengar seperti puisi. Sehingga, sang ratu meminta Abdul mengajarkan bahasa Urdu, yang saya sadari memang merupakan bahasa yang dibangga-banggakan oleh orang-orang tidak hanya di tanah Hindustan, melainkan sampai Iran. 

Saya berkata begitu karena teman kuliah saya yang orang Iran, juga pernah cerita, bahwa bahasa Urdu merupakan bahasa bernilai tinggi, dan dari situlah bahasa Hindi diturunkan. Aksaranya pun masih menggunakan aksara Arab, yang berarti merupakan bahasa para ilmuwan dan kalangan elit Islam di tanah Hindustan dan sekitarnya.

Seiring film bergulir, Abdul memperkenalkan budaya lain di luar Eropa, khususnya Asia Tengah-India yang terdengar eksotis di telinga sang ratu. Mulai dari kisah cinta suci antara Raja Mughal dengan permaisuri Mumtaz yang diwujudkan melalui sebuah bangunan megah Taj Mahal, hingga kisah tentang kuliner India yang banyak menggunakan rempah-rempah, juga tentang buah mangga yang dianggap raja dari buah-buahan tropis. Ratu Victoria pun menjadi penasaran seperti apa rasanya sehingga minta dikirimkan buah tersebut langsung dari India.

Rasa ketertarikan sang ratu yang luar biasa pada budaya Asia, khususnya India, terlebih lagi budaya Islam luhur yang dibawa Abdul, membuat kalangan istana resah. Apalagi, India merupakan tanah jajahan yang penduduknya dianggap tidak beradab dan tidak berpendidikan. Yah, perumpamaannya seperti Belanda yang menganggap Indonesia bangsa barbar. Sama sajalah. Bahkan, ketika sang ratu meminta kepada para ajudan untuk memberikan rumah khusus bagi Abdul dan keluarganya, kalangan istana semakin kalang kabut. Terlebih lagi, ternyata istri dan ibu mertua Abdul itu sehari-harinya mengenakan kostum panjang hitam yang menutupi seluruh tubuhnya tanpa kecuali, alias burqa'!

Foto Abdul Karim yang asli bersama Mohamed, temannya yang dibawa dari India dan kemudian menjadi pelayannya. (foto: DailyMail)
Foto Abdul Karim yang asli bersama Mohamed, temannya yang dibawa dari India dan kemudian menjadi pelayannya. (foto: DailyMail)
Bertie, panggilan sayang dari Edward VII, putra tertua Ratu Victoria dan Pangeran Albert pun menyusun rencana. Antara lain dengan merayu Mohamed, kawan Abdul yang ikut menemaninya dari India untuk membawakan Mohur. Walaupun Mohamed sering mengeluhkan sikap Abdul yang terkesan oportunis, ditambah pula ketidakcocokannya dengan iklim di Inggris yang membuatnya terserang flu parah, Mohamed ternyata bergeming. Ia bahkan mendo'akan suatu hari, monarki Inggris yang sangat dibencinya itu akan hancur-lebur.

Para abdi istana juga tak ketinggalan bersatu-padu membuat rencana pengunduran diri jika Ratu Victoria terus-menerus membela Abdul. Sampai-sampai, dokter pribadi ratu yaitu Dokter Reid, bersiap membuat surat pernyataan bahwa Ratu Victoria tidak waras sehingga dianggap tidak mampu lagi memimpin kerajaan dan akan dilepaskan dari kewajibannya memerintah negara.

Shrabani Basu, sang wartawati India yang menemukan jejak Abdul Karim di istana musim panas Ratu Victoria pada tahun 2003 di Isle of Wight. (foto: Hindustan Times)
Shrabani Basu, sang wartawati India yang menemukan jejak Abdul Karim di istana musim panas Ratu Victoria pada tahun 2003 di Isle of Wight. (foto: Hindustan Times)
Film biografi yang diangkat dari kisah nyata ini berdurasi 111 menit, dimainkan secara apik oleh Judi Dench sebagai Ratu Victoria dan Ali Fazal, aktor asli India yang berperan sebagai Abdul Karim. Ali sebelumnya pernah bermain di Fast & Furious 7 (2015) dan 3 Idiots (2009). Kisah tentang hubungan platonis antara sang ratu dan kasimnya asal India ini sebenarnya lama terkubur karena jejak-jejaknya banyak yang hilang atau sengaja dihilangkan, sampai suatu hari pada tahun 2003, seorang wartawati asal India yang menemukan beberapa lukisan dan patung dada berwajah pria India di kediaman musim panas sang ratu di Isle of Wight.

Shrabani Basu, nama sang wartawati itu, melihat ada sesuatu yang ganjil pada lukisan tersebut. Digambarkan si Abdul tengah memegang sebuah buku dan mengenakan pakaian yang tampak seperti bangsawan. Hal ini tidak biasa bagi seorang India yang berada di tanah si penjajahnya, pada zaman akhir tahun 1800-an ketika India belum merdeka dari pendudukan Inggris. Seperti yang saya kutip dari situs Vanity Fair, Basu kemudian melacak jejak Abdul hingga ke Istana Windsor dan menemukan sebuah buku harian yang digunakan Ratu Victoria berisi aksara Urdu, dan diduga merupakan tulisan tangan sang ratu sendiri yang mempelajari bahasa tersebut. 

Dalam perjalanannya melacak jejak mantan petugas pencatat rumah sakit tersebut, seorang anggota keluarga Abdul Karim yang masih tersisa pun menghubungi Basu dan memberikannya buku catatan harian kepunyaan Abdul. Dari situlah Basu mengumpulkan semua data dan membukukannya menjadi sebuah buku biografi berjudul Victoria & Abdul: The Truse Story of the Queen's Closest Confidant.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun