Dulu sekali waktu saya masih kecil, mungkin masih duduk di bangku SD, saya pernah diajak almarhumah ibu mengunjungi pusat kerajinan batik Pekalongan yang masih punya hubungan saudara dengan kami. Kenangan yang sudah sangat samar-samar hanya menyisakan sebuah ruangan yang luas dikelilingi tembok, dengan para pengrajin batik tulis yang terdiri dari ibu-ibu, sedang menorehkan canting mereka ke atas sehelai kain putih polos. Kemudian saya digiring ke sebuah ruangan lain yang berisi bak-bak besar untuk merendam batik dengan zat pewarna. Saya juga diajak memasuki sebuah ruangan lainnya berisi beberapa orang pria membubuhkan papan stempel dengan motif tertentu ke atas sehelai kain putih polos lainnya, yang nantinya dinamakan batik cap.
Selang tiga puluh tahun kemudian, tidak disangka saya akan kembali lagi melihat dari dekat proses pembuatan batik. Namun, kali ini batik yang saya temui adalah batik khas Tangerang Selatan, yang dulunya disebut juga dengan batik Banten. Berkat komunitas Ketapels dari Kompasiana, saya juga baru mengetahui bahwa Banten pun memiliki motif batik yang khas.
Kisah Ibu Nelty Menjalani Bisnis Batik Tangsel



Selain itu, motif flora dan fauna yang dominan namun khas juga menjadi nilai lebih batik Tangsel. Biasanya, flora dan fauna yang diangkat menjadi motif batik Tangsel merupakan tumbuh-tumbuhan dan hewan lokal khas Banten, seperti bunga yang ditemukan di Situ Gintung dan Ayam Wareng. Selain itu, motif batik Tangsel ada juga yang bercorak budaya seperti Ondel-Ondel dan Rampak Bedug. Tujuan dari diperkenalkannnya motif-motif khas daerah Banten ke dalam batik Tangsel tentunya adalah untuk mempertahankan kearifan lokal.

Namun, bukan berarti karena sifat motifnya yang lokal, batik kemudian hanya bisa dipakai pada acara-acara formal saja. Kata Mbak Leonita Julian, lifestyle blogger yang juga diundang menjadi salah satu pembicara, batik pun bisa dipadu padankan dengan jeans sehingga berkesan casual dan bisa dikenakan di acara santai. Tips dari Mbak Leonita, dalam mengenakan batik, anggap saja batik itu kain, sama seperti bahan baju lainnya yang kita kenakan sehari-hari. Selain itu, padukan dengan kain atau baju lain yang tidak bermotif alias polos, agar tidak terkesan tabrak lari.
Bagaimana pun, agar budaya memakai batik tetap diteruskan ke generasi selanjutnya, terutama anak-anak muda masa kini yang lebih dikenal dengan sebutan generasi milenial, adalah dengan memahami psikologis mereka terlebih dahulu. Menurut Mbak Leonita, generasi milenial (pastinya) tidak seperti generasi pendahulu yang cenderung penurut. Oleh karena itu, jangan memaksakan mereka mengikuti gaya kita (maksudnya generasi pra milenial seperti saya ini 😃) karena mereka punya taste tersendiri. Salah satu alternatifnya, bisa juga memasukkan unsur batik ke dalam beberapa peragaan busana internasional, seperti yang sudah dilakukan Jakarta Fashion Week.

Kredit Danamon untuk Pelaku UKM termasuk Pengrajin dan Pebisnis Batik
Fasilitas kredit yang ditawarkan Bank Danamon untuk UKM (atau Small and Medium Enterprise) antara lain Kredit Angsuran Berjangka dan Kredit Kepemilikan Tempat Usaha Ruko. Mengenai Kredit Angsuran Berjangka,disingkat KAB, merupakan kredit yang diberikan untuk keperluan investasi, terutama investasi yang berkaitan dengan aset produktif seperti tanah, bangunan, mesin industri dan perlengkapannya. Limit kredit yang diberikan tidak tanggung-tanggung, yaitu mulai dari minimal Rp 500 juta hingga Rp 20 miliar! Selain itu, jangka waktu yang diberikan sampai dengan 8 tahun, namun kredit jenis ini tidak bisa diperpanjang.

Sebenarnya ada banyak macam jenis kredit yang diberikan Danamon untuk UKM tergantung periode yang kita perlukan. Ada yang sifat pinjamannya untuk jangka pendek, maka bisa menggunakan fasilitas Kredit Rekening Koran (KRK) atau Kredit Berjangka. Informasi lebih lanjut mengenai berbagai jenis pinjaman dari Bank Danamon bisa dicek di laman ini: Kredit Danamon untuk UKM.


Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI