Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Boulevard Saint Michel

12 Februari 2017   14:09 Diperbarui: 12 Februari 2017   14:39 585
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Boulevard Saint Michel, tempat aku mengenang cerita lama, dan menyusun cerita baru. (foto sumber: www.allparisguide.com)

            Oh Tuhan, mimpi apa aku ini…ucapku dalam hati. “Tentu saja. Tapi.. aku harap tidak lama, karena aku tidak tahan udara dingin.”

            Alain tertawa lagi, kali ini sambil mengedipkan mata. “Iya, aku tahu, udara di sini sangat jauh berbeda dengan suhu tropis di negaramu.”

            Tidak lama kemudian, setelah memakaikan coatuntukku, kami berdua sudah berada di pinggiran sungai Seine, menyusuri boulevard Saint Michel.

            “Tadi, di dalam kafe itu, banyak sekali turis Amerika ya,” ucapku mencoba membuka pembicaraan.

            “Oh, memang, apalagi malam ini ‘kan malam Valentine,” jawab Alain. “Orang Amerika memang senang sekali menghabiskan malam Valentine di kota yang kata mereka romantiiss…,” ia memberi penekanan pada kata romantis.

            Ha ?!! Aku sampai tidak menyadari bahwa hari ini tanggal empat belas Februari !

            “Diana, aku lupa memberikan sesuatu seusai training,” Alain kemudian menghentikan langkahnya. Ia menghadap ke arahku, yang membuatku ikut menghentikan langkah.

Kali ini, aku berhadap-hadapan dengannya. Jarakku dengan Alain hanya beberapa senti, yang membuatku semakin gugup. Ia mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Sekantong besar permen warna-warni.

“Ini oleh-oleh dan kenang-kenangan dari kantorku, untuk kau bagi-bagikan nanti bagi para pengunjung dan calon klien di kantormu ya,” ujar Alain seraya menyerahkan kantong transparan berisi permen ke tanganku. Ia tersenyum lebar.  “Tapi, kau sisakan juga setengahnya untukmu,” bisiknya di telingaku. Jambangnya yang lebat dan rambutnya yang ikal, membuatnya terlihat lebih mirip sosok pria Italia.

“Kau pasti lelah sekali ya, setelah seminggu penuh training,” ujar Alain tersenyum. “Dan besok kau sudah pulang.” Ia menatapku lekat-lekat. “Kau hati-hati ya selama di perjalanan Sampai jumpa nanti di Indonesia.”

“Tentu, Alain,” balasku tersenyum. Bola matanya yang coklat gelap bagai membiusku. Begitu teduh. Menghangatkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun