Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Tips Jalan-jalan Hemat ke Eropa ala Kompasianer

7 Oktober 2016   07:47 Diperbarui: 7 Oktober 2016   11:52 938
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa negara di Eropa sudah memberlakukan aturan visa 48 jam. Artinya, aplikasi visa Anda akan diproses dalam waktu 2 hari kerja saja asalkan semua persyaratan dilengkapi. (foto: ambafrance-id.org)

Selain itu buat janji jauh-jauh hari terlebih dahulu dan beritahukan tanggal berapa kita datang, berapa lama kita akan menginap, supaya mereka juga punya waktu untuk mempersiapkan diri. Biasanya saya menawarkan memasak kuliner Indonesia, yang mudah-mudah saja seperti nasi goreng (so, jangan lupa bawa bumbu nasi goreng instan), mie goreng; saya juga membantu membersihkan dan mencuci piring setiap habis makan (ini kalau dibolehkan sama tuan rumah ya. Ada tuan rumah yang justru tidak senang jika kita ikut repot-repot, karena kita dianggap tamu oleh mereka), atau merapikan kamar yang kita tempati. Kalau tuan rumahnya wong londo beneran, siapkan juga suvenir atau pernak-pernik khas Indonesia seperti gantungan kunci dengan gambar-gambar batik, pembatas buku bergambar batik, wayang kulit, syal batik, kartu pos-kartu pos bergambar obyek wisata di Indonesia. Pokoknya apa saja yang bercirikan Indonesia. 

menginap di kediaman penduduk lokal akan jauh lebih menghemat ketimbang di hotel. Tapi tetap saja ada tata kramanya. Foto ini saya ambil dari balkon apartemen seorang kawan baik di Marseille, Prancis. (foto: dok.pri)
menginap di kediaman penduduk lokal akan jauh lebih menghemat ketimbang di hotel. Tapi tetap saja ada tata kramanya. Foto ini saya ambil dari balkon apartemen seorang kawan baik di Marseille, Prancis. (foto: dok.pri)
Kalaupun terpaksa menginap di hotel, hostel atau losmen, sebaiknya pilih yang benar-benar nyaman untuk Anda. Bukan berarti karena ingin murah-meriah, lalu Anda memilih yang satu kamar isinya sebelas tempat tidur bersusun, bercampur-baur dengan turis asing lainnya, jika Anda memang tidak nyaman dengan cara seperti itu. Apalagi kalau turis asingnya masih ABG yang doyan pacaran dan clubbing, bukannya bisa tidur nyenyak tapi malah terganggu deh dengan berisiknya suara mereka di tengah malam. 

Kalau Anda masih muda sih mungkin tidak masalah ya, saya sendiri waktu masih berusia 20-an juga pernah beberapa kali tidur di hostel yang isinya satu kamar berdua belas, tetapi kalau sudah menginjak kepala tiga ke atas yang menginginkan kenyamanan? Lebih baik pilih tempat penginapan semacam Bed & Breakfast atau budget hotel (versi murah dari hotel bintang lima) yang sudah semakin banyak pilihannya.

Appart-E, fasilitas penginapan yang dikelola oleh para mahasiswa Indonesia di Paris. (foto sumber: ppiparis.fr)
Appart-E, fasilitas penginapan yang dikelola oleh para mahasiswa Indonesia di Paris. (foto sumber: ppiparis.fr)
Kalau di Paris, ada yang namanya Appart-E, yaitu semacam fasilitas penginapan yang disediakan oleh para pelajar Indonesia di Paris (disebut PPI Paris) bagi para pelancong asal Indonesia. Tarif yang ditawarkan untuk wisatawan pelajar adalah 10 Euros/malam, dan untuk wisatawan non pelajar 15 Euros/malam dengan durasi menginap maksimal 3 hari. Info lengkapnya bisa Anda kunjungi di sini: Appart-E. Menurut saya tarif ini masih jauh lebih murah daripada harus menginap di hostel di Paris yang biayanya mulai dari 20 atau 40 Euros per malam, bahkan lebih. Itu pun ya harus mau satu kamar bersepuluh, bersebelas atau lebih dengan turis lainnya. 

3. Tolak titipan

Ini nih yang paling bikin saya geram. Mentang-mentang saya dikirim ke luar negeri, lantas saya banyak duit, begitu? Lalu, yang tadinya tidak kenal, tiba-tiba jadi sok kenal sok dekat, dan tahu-tahu saja nitipnya yang aneh-aneh. Dan anehnya lagi, sebenarnya yang menitip ke saya itu orang-orang yang mampu membeli dengan duit mereka sendiri, loh. Ada yang menitip parfum lah (mending beli parfum untuk saya sendiri, ya nggak?), nitip dibelikan coffee maker lah (haduh, itu beratnya bisa bikin koper saya overload), ada yang nitip dibawakan printer untuk anaknya yang lagi kuliah (walah, harga bawain printer-nya lebih mahal ketimbang beli langsung di negara tempat dia kuliah), dan macem-macem lagi. 

kalau belanja-belanja mah mendingan beli untuk diri sendiri daripada beli titipan orang. Foto ini menampilkan distrik Champs-Elysees di kota Paris yang banyak dikunjungi wisatawan asal Indonesia untuk shopping, tapi harganya? Huehe... (foto: dok.pri)
kalau belanja-belanja mah mendingan beli untuk diri sendiri daripada beli titipan orang. Foto ini menampilkan distrik Champs-Elysees di kota Paris yang banyak dikunjungi wisatawan asal Indonesia untuk shopping, tapi harganya? Huehe... (foto: dok.pri)
Awalnya saya merasa nggak enakan jadi saya iyain beberapa permintaan yang saya rasa sanggup, daripada dimusuhin. Tapi setelah perjalanan yang kesekian kalinya, saya tolak dengan tegas! Rugi atuh kalau dititipin... iya kalau koper kita nggak overload, kalau beneran bagaimana? Memangnya yang nitipin mau bayarin? Belum lagi ongkos transportasi dari tempat menginap ke bandara dengan membawa barang-barang titipan, padahal di luar negeri saya bisa dikatakan hanya satu-dua kali naik taksi karena tahu ongkos naik taksi itu mahal banget. Barang-barang yang kita bawa pun dihitung loh kalau naik taksi! Memangnya saya Paris Hilton apa ya duit keluar dengan sendirinya... Yah, kita doakan saja orang yang suka nitip-menitip dimampukan agar bisa berbelanja sendiri ke negeri yang diimpikan.

4. Memasak sendiri atau bawa bekal

Kalau kediaman yang Anda tempati ada dapurnya, manfaatkanlah sebaik-baiknya untuk memasak dan membuat bekal selama di perjalanan. Ini sebenarnya sambungan dari tips yang nomor tiga. Kalau dimasakkan makanan oleh tuan rumah biasanya suka berlebih, jadi saya bilang sejujurnya ke sang tuan rumah makanan itu akan saya simpan di kulkas untuk besoknya saya bawa sebagai bekal selama jalan-jalan mengelilingi kota tujuan. Apalagi kebiasaan wong londo tidak pernah menyimpan makanan bekas. Kalau misalnya masak sendiri ya lebih baik kan, jadi tidak terlalu kangen makanan Indonesia selama berada di luar negeri.

kalau mau mencicipi kuliner lokal ya jangan tanggung-tanggung ke McD atau KFC, tapi langsung ke kafe atau resto fine dining-nya. Sesekali saja ya... :). Gambar foto adalah escargot atau bekicot, yang termasuk hidangan mewah di Prancis. (foto: dok.pri)
kalau mau mencicipi kuliner lokal ya jangan tanggung-tanggung ke McD atau KFC, tapi langsung ke kafe atau resto fine dining-nya. Sesekali saja ya... :). Gambar foto adalah escargot atau bekicot, yang termasuk hidangan mewah di Prancis. (foto: dok.pri)
Makan di luar sesekali boleh saja untuk mengetahui kuliner setempat, tapi di Eropa kuliner khas sana biasanya kalau tidak di dalam resto mewah fine dining, ya makanan cepat saji yang dijual oleh para imigran macam kebab, sandwich, dan sebangsanya (yang saya maksud ini bukan McDonald atau KFC yang tersebar di mana-mana, loh! Lagi pula, McDonald dan KFC di Eropa bisa dibilang makanan yang agak mahal dengan porsi sangat kecil ketimbang makan di resto semi fine-dining atau kafe, apalagi kalau dibandingkan dengan masak sendiri :) ).

5. Datang ke Travel Fair

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun