Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[LOMBAPK] Berkat Restorasi, Film-Film Lawas Bukan Sekadar Tontonan Tanpa Makna

26 Agustus 2016   13:15 Diperbarui: 26 Agustus 2016   13:49 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
melihat foto salah satu adegannya saja, sudah kentara isu-isu sosial yang ingin diangkat dari film Tiga Dara: feminisme, eksistensi wanita, perjodohan. (foto sumber: id.wikpedia.org)

Menonton film-film jadoel (alias jaman dulu) bukan hal yang asing bagi saya. Setidaknya, sejak mendengar Tiga Dara akan diputar kembali di layar bioskop, ingatan saya mulai tergelitik. Ya... sayup-sayup di kedalaman memori saya, saya pernah mendengar nama Tiga Dara dari penuturan almarhumah ibu yang gemar nonton film-film di masa mudanya dan menceritakannya pada saya. Sewaktu saya masih kecil pun, saya suka menemani beliau menonton film-film Indonesia yang pada saat itu disiarkan kalau tidak di TVRI ya RCTI, dua stasiun televisiyang eksis sepanjang jaman tahun 1980-an (kecuali TVRI ya sudah ada bahkan sebelum saya lahir). Jadi, memori saya menemani mendiang ibu menonton film di layar kaca sudah samar-samar. Entah film-film apa saja yang pernah kami tonton bareng,yang masih saya ingat jelas hanya Roro Mendut, Lutung Kasarung, dan.. film G30S :D. Saya sendiri sudah tidak ingatapakah salah satu di antara film-film yang pernah kami tonton termasuk Tiga Dara. Yang jelas, ketika melihat cuplikan adegan-adegannya di YouTube, saya merasa tidak asing dengan wajah-wajah para pemain, terutama Mieke Wijaya sing ayu tenan, serta adegan menyanyi-menari di awal kisah.  Sayangnya ibu sudah tiada untuk bisa menontonnya kembali bersama saya :( ... 

Tiga Dara: Kenangan Manis Masa Kecil Bersama Ortu

Sampai akhirnya saya mendapatkan kesempatan untuk menonton Tiga Dara di layar lebar beberapa waktu yang lalu. Mendengar Rendra Karno, atau Toto, menyanyikan bait berikut saat terpikat pada Nunung:

Siapa namanya, oh...

Si gadis manis

Saya langsung teringat lagu itu juga kerap dinyanyikan ayah saya ketika hendak berusaha merayu saya yang sering ngambek waktu kecil, he he he.

Atau lagu pembuka di awal film yang menjadi theme song:

Lagu yang dinyanyikan Toto (Rendra Karno) dalam Tiga Dara, mengingatkan rayuan ayah saya ketika saya sedang ngambek. (foto sumber: http://international.binus.ac.id/film/2016/08/10/some-reflections-on-tiga-daras-restoration/)
Lagu yang dinyanyikan Toto (Rendra Karno) dalam Tiga Dara, mengingatkan rayuan ayah saya ketika saya sedang ngambek. (foto sumber: http://international.binus.ac.id/film/2016/08/10/some-reflections-on-tiga-daras-restoration/)
Ini satu peristiwa

Ini cerita sedih gembira

Juga mengingatkan saya pada almarhumah ibu yang sering menyanyikannya sambil menari-nari di hadapan saya. Ah, kenangan masa kecil yang indah itu memang sulit dilupakan...

Selain itu, melihat Mieke Wijaya yang molek dan bertubuh sintal juga mengingatkan saya pada cerita-cerita almarhumah ibu mengenai sang artis yang sempat sangat populer sepanjang tahun 1950-1980'an sebagai model, lalu menyesali perilaku masa mudanya yang gemar buka-bukaan (meskipun tidak seseronok artis lain seperti Sally Marcelina, misalnya) saat memasuki usia senja. Mendiang ibu sepertinya nge-fans sama Ibu Mieke sampai sepak terjangnya di dunia nyata juga diikuti :)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun