Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Santapan Berbuka Puasa di Festival Kuliner Ngabuburit 2016

18 Juni 2016   17:42 Diperbarui: 18 Juni 2016   22:15 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Pertama kalinya ikutan acara ngabuburit komunitas setelah dua tahun meninggalkan ibukota Jakarta, ya bareng Kompasianer-KPK Gerebek ini. Tepatnya pada hari Jum'at 17 Juni yang lalu di La Piazza Kelapa Gading, Jakarta Utara. Meskipun lahir dan besar di Jakarta, serta pernah menjadi warga Jakarta, saya tidak menyangka bahwa pada bulan puasa orang-orang Jakarta menjadi sedemikian rusuhnya ingin buru-buru mencapai tempat tujuan, agar bisa berbuka puasa bersama handai taulan, sanak saudara, keluarga atau teman-teman sejawat. Saking grusa-grusunya, jalanan ibu kota menjadi macet total, karena para penduduknya rebutan kursi kendaraan, baik itu bus umum, busway, bahkan hingga ojek!

Tapi bukan itu yang akan saya ceritakan dalam tulisan ini, melainkan suasana ngabuburit dan berbuka bersama para anggota komunitas KPK Gerebek yang baru bisa saya nikmati pada jam tujuh kurang seperempat malam, setelah berjibaku dengan lalu lintas yang menguras esmosi jiwa, ha ha... Jadi, berbagai mal ibukota turut menyemarakkan suasana Ramadhan, terutama menjelang jam-jam berbuka. Tidak ketinggalan di antaranya La Piazza Kelapa Gading yang menyelenggarakan Festival Kuliner Ngabuburit sejak tanggal 10 Juni 2016. Terakhir kali saya mengunjungi kawasan Kelapa Gading adalah sekitar tiga tahun yang lalu, jadi memori saya tentang Kelapa Gading tidak jauh-jauh dari variasi tempat makan, pilihan kuliner berlimpah, mal yang selalu ramai. 

Suasana di Kelapa Gading mengingatkan saya dengan kawasan sebelah barat Surabaya yang kebetulan juga dikelola oleh pengembang yang sama. Makanya suasananya sama persis, banyak tempat makan, pilihannya beragam, jauuuh dari sentra bisnis utama kota (yah setidaknya oleh pemerintahan lama, misalkan Surabaya sentra bisnis utama Tunjungan, Jakarta pusat aktifitasnya di Thamrin), bentuk-bentuk bangunannya serta dominasi warna juga sama. Oranye, merah, bulevar yang lebar... . Bedanya, di Surabaya saya tidak pernah menyambangi kawasan Ciputra-Pakuwon ke sana pada hari-hari di bulan puasa dan lebaran karena jauuuh, macet dan tidak ada kendaraan umum (waktu itu di sana belum ada gojek dan teman-temannya).

Suasana Festival Kuliner Ngabuburit di La Piazza, Juni 2016 (foto: dok.pribadi)
Suasana Festival Kuliner Ngabuburit di La Piazza, Juni 2016 (foto: dok.pribadi)
Festival Kuliner Ngabuburit digelar di sebuah area terbuka La Piazza yang disebut Multi Purpose Hall, dengan dekorasi yang dibuat semenarik mungkin bersuasana Timur Tengah, lengkap dengan disain atap kubah, nuansa warna hijau, hiasan pohon kurma, dan dimeriahkan dengan panggung gembira. Di tengah-tengah area itu diletakkan bangku-bangku dan meja-meja panjang bagi para pengunjung untuk menyantap hidangan berbuka yang dapat dibeli dari 49 tenant yang tersedia. Pilihan menunya pun sangat bermacam-macam, rata-rata kuliner Indonesia, seperti Rawon Merah Surabaya, Sate Buntel, Ayam Bakar Taliwang, Serabi Solo. Tapi ada juga pilihan kuliner dari negeri tetangga di Timur Tengah seperti Martabak Mesir, Roti Prata, bahkan ada juga tenant yang menjual berbagai jenis kurma.

Berhubung saya sudah datang menjelang jam tujuh malam (jadi saya sudah berbuka yang manis-manis dulu di kantor sambil menunggu datangnya abang gojek tersayang), maka tiba di La Piazza saya sudah nggak terlalu nggeragas lagi, hahaha.. Tapi teteup sih saya jajanin voucher yang diberikan panitia yaitu berupa dua buah kartu senilai masing-masing Rp 50.000,- untuk saya belikan penganan manis, dan dua makanan berat a la Indonesia berikut:

1. Serabi Solo

Ingin tahu saja apakah serabinya memang seenak buatan asli Solo, apalagi saya sudah lama sekali tidak berkunjung ke kampung halaman Eyang Putri tercinta. Jadi, untuk mengobati rasa rindu, sekaligus untuk bekal berbuka hari berikutnya (maklum anak kos, hihihi...) saya memilih menu 1 paket berisi 4 serabi original + 4 serabi rasa coklat. Total harganya? Rp 36.000,- saja, Saudara-Saudara.

Tenant Serabi Solo, serabinya dimasak menggunakan periuk dari tanah liat. (foto: dok.pribadi)
Tenant Serabi Solo, serabinya dimasak menggunakan periuk dari tanah liat. (foto: dok.pribadi)
Serabi yang dihidangkan langsung diangkat dari wajan-periuk tanah liat berukuran mungil, sehingga masih fresh dan masih terasa puanaass! Saya melahap 1 rasa original dan 1 rasa cokelat. Lumayaann! Rasa manisnya menurut saya sih pas, dan karena dihidangkan dalam bungkusan daun pisang, jadi harum alaminya menambah kenikmatan citra rasa serabi tradisional. Mak nyuuss!!

Serabi Solo di Festival Kuliner Ngabuburit 2016 dihidangkan di atas daun pisang. Haruuum!! (foto: dok.pribadi)
Serabi Solo di Festival Kuliner Ngabuburit 2016 dihidangkan di atas daun pisang. Haruuum!! (foto: dok.pribadi)
2. Ayam Bakar Taliwang

Dihidangkan di atas piring plastik beralaskan daun pisang, dengan nasi, sayur taoge, irisan kacang panjang, kacang tanah goreng, plus sambal plecing. Nikmatnya tiada taraaa, apalagi samba plecing-nya yang bikin lidah nyes hah-huh... tapi koq, porsi nasinya sedikit yah? Padahal saya masih lapar akibat esmosi jiwa, jadi saya lanjutkan berburu makanan berat berikutnya. Oya, harganya satu porsi Rp 38.000,-

Sajian ayam bakar Taliwang dengan sayur taoge, kacang panjang, plus sambal plecing yang nyus-nyus! (foto: dok.pribadi)
Sajian ayam bakar Taliwang dengan sayur taoge, kacang panjang, plus sambal plecing yang nyus-nyus! (foto: dok.pribadi)
3. Nasi Ucil

Tenant Nasi Ucil yang menjual nasi dan lauk-pauk dalam porsi mini. (foto: dok.pribadi)
Tenant Nasi Ucil yang menjual nasi dan lauk-pauk dalam porsi mini. (foto: dok.pribadi)

Mengingat saldo di kartu voucher sudah tinggal sedikit, tapi masih ingin makan yang berat-berat, saya putuskan untuk membeli nasi berukuran ucil alias mungil. Takarannya mungkin hanya setengah centong, tapi lauk-pauknya dari segi kalori cukup kenyang. Tersedia pilihan pakai sambal goreng udang, teri merah atau telur balado. Pada masing-masing pilihan menu juga ditambahkan bihun goreng dan toge, jadi lumayan lah kenyangnya, meskipun dari segi rasa sih biasa saja. Harga dibandrol pada angka Rp 9.000,-

Saya pilih nasi ucil sambal goreng udang! (foto: dok.pribadi)
Saya pilih nasi ucil sambal goreng udang! (foto: dok.pribadi)
Bagaimana dengan hiburannya? Waktu itu, ketika saya tiba menjelang jam tujuh, artis yang sedang pentas di atas panggung adalah Budi Doremi yang menyanyikan beberapa buah lagu dengan gitarnya. Selain menyanyikan lagu-lagu reliji, ia juga membawakan sebuah lagu romantis dengan petikan gitar nan syahdu yang membuat suasana ngabuburit mendadak berubah bak acara kencan malam Minggu, he he he... 

Panggung Gembira dimeriahkan oleh Budi Doremi menyanyikan lagu-lagu reliji dan lagu romantis. (foto: dok.pribadi)
Panggung Gembira dimeriahkan oleh Budi Doremi menyanyikan lagu-lagu reliji dan lagu romantis. (foto: dok.pribadi)
Semakin malam, suasana di Multi Purpose Hall menjadi agak lengang. Sambil menyantap makanan, masih ada teman-teman Kompasianer yang duduk dan masih berburu makanan. Tapi ada juga yang berburu struk-struk pembelian makanan-minuman yang tertinggal di meja agar dapat ditukarkan dengan kupon belanja, karena La Piazza juga menggelar beberapa promo menarik. Salah satunya yaitu promo "Ketupat Berkah" dengan nilai pembelian minimal Rp 250.000,- akan mendapatkan voucher Rp 50.000,-. Kebetulan sekali dari hasil berburu struk Pak Jun dan Mbak Arum, dua orang Kompasianer yang masih setia duduk manis hingga malam, didapatkan total struk senilai Rp 500.000,- yang ditukar dengan dua buah voucher dengan total nilai Rp 100.000,-. 

Hasil mengumpulkan struk pembelian makanan ditukar dengan voucher dan dibelanjakan keset! (foto: Mbak Arum)
Hasil mengumpulkan struk pembelian makanan ditukar dengan voucher dan dibelanjakan keset! (foto: Mbak Arum)
Lalu, barang apakah yang dibelanjakan Pak Jun dan Mbak Arum? Ooh... sungguh tidak saya duga, ternyata dua buah keset yang kebetulan sedang saya butuhkan untuk kamar kos saya, ha ha ha! Jadilah Pak Jun memberikan satu kesetnya untuk saya yang bergambar bunga tulip berwarna cerah merah oranye, yang kini saya pasang di depan kamar mandi. Bahan kesetnya lembut, koq, nggak sia-sia deh belinya ;).

Nah, Kompasianer mau juga ikutan Festival Kuliner Ngabuburit di La Piazza? Buruan yah, karena diselenggarakan sampai dengan tanggal 26 Juni 2016 saja. Selamat ngabuburit! ***

kompasiana-penggila-kuliner-57656581759773040a9a2963.png
kompasiana-penggila-kuliner-57656581759773040a9a2963.png

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun