Mohon tunggu...
Dina Mardiana
Dina Mardiana Mohon Tunggu... Penulis - Penulis dan penerjemah, saat ini tinggal di Prancis untuk bekerja

Suka menulis dan nonton film, main piano dan biola

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Prenjak dan Tema Keluarga dalam Film-film Wregas Bhanuteja

5 Juni 2016   15:17 Diperbarui: 5 Juni 2016   15:40 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film-film karya Wregas Bhanuteja yang diputar di Auditorium IFI Jakarta, 2 Juni 2016. (foto: dokumentasi IFI)

Film yang ditayangkan secara perdana di ajang Festival Film Berlin (Berlinale) tahun 2015 ini mengisahkan sosok monster yang menjadi mitos legenda di tanah Jawa. Konon, Gunung Kelud meletus disebabkan roh Lembusura sedang marah. Melalui film ini Wregas ingin menyampaikan pesan bahwa seperti itulah cara orang Jawa menikmati bencana, tidak berkubang dalam kesedihan, melainkan sebuah siklus kehidupan yang harus dijalani sehingga kita menari di atasnya.

Dalam pembuatan film ini, Wregas mempersilakan Yohanes Budyambara, sang pemeran monster yang juga sohib kentalnya di Studio Batu (juga bermain di film Prenjak) menginterpretasikan Lembusura sesuai dengan imajinasi sendiri. Yohanes yang turut hadir pada acara pemutaran film di IFI pun menuturkan akhirnya ia menarikan dance a la cewek-cewek JKT 48 sesuai yang terlintas di kepalanya :D. 


4. Floating Chopin (2016)

Film neo-realis yang ditayangkan di Festival Film Hong Kong pada tahun yang sama ini mengisahkan sepasang kekasih yang berlibur ke sebuah pulau terpencil. Supaya makin romantis, sang tokoh lelaki memutarkan salah satu lagu pianis berkebangsaan Polandia yang tinggal dan mati di Prancis, Chopin, berjudul Nocturne, sambil menceritakan kisah perjalanannya ke kota Paris. 

Seperti yang saya tulis di atas, Wregas terinspirasi dari kuburan yang ia kunjungi di Paris, dihubungkan dengan lagu Chopin Larung yang diciptakan oleh Guruh Soekarno Putra pada sebuah konser GSP yang ditontonnya di Jakarta sepulang dari Prancis. Di dalam film ini, Wregas bermain sebagai salah satu pemeran utama dan turut menyanyikan lagu Chopin Larung yang bernuansa magis. 


Jika diamati dengan seksama, sebagian besar film-film Wregas mengangkat cerita tentang keluarga, bahkan dalam film Prenjak sekali pun yang terkesan saru, atau tabu seperti orang Jawa bilang. Ditanya oleh salah seorang penonton, Wregas menjawab sembari tertawa namun serius, "Mungkin karena saya ini family man," katanya. Maksudnya, keluarga bagi Wregas adalah sosok yang sangat penting bahkan dekat dalam kehidupannya yang kental dengan adat Jawa, seperti jika berpamitan harus mencium kening orang yang dituakan terlebih dahulu, sehingga secara tidak sadar melekat dalam alam bawah sadarnya dan juga dalam film-filmnya. 

Begitu pula dalam menjalin hubungan, seperti yang ingin disampaikan Wregas melalui Prenjak, bahwa sekalinya seseorang menjalin hubungan maka harus dilakoninya dengan bertanggung jawab. Dengan kata lain, hubungan yang sehat adalah hubungan yang dilandasi dengan komitmen. "Kalau ditinggalkan salah satunya, maka orang yang ditinggalkan itu akan menjalani kehidupan dengan lebih berat," tandasnya. Semoga pesan ini bisa ditangkap oleh yang menonton, ya :). ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun