Pertama kali saya mengenal Hokben adalah ketika saya diundang ke acara perayaan ulang tahun teman sekolah di Hokben Mal Pondok Indah. Waktu itu masih jaman awal tahun 1990-an, saya masih duduk di bangku sekolah dasar, dan mal masih jarang banget ditemui di Jakarta. Mal Pondok Indah juga masih satu, masih baru, dan Hokben (atau saya terbiasa menyebutnya Hoka-Hoka Bento, maklum generasi oldies ;D) merupakan salah satu resto cepat saji yang digemari anak-anak dan keluarga Jakarta. Saya juga baru tahu ada resto cepat saji selain yang menjual ayam goreng, ya di Hokben ini, ketika diundang ulang tahun teman saya itu.
Pada waktu itu juga, berkat Hokben pula, saya jadi mulai mengenal makanan Jepang. "Ooh, ternyata makanan Jepang juga hampir sama dengan makanan Indonesia ya, sama-sama pakai nasi, ada lauknya yang digoreng pakai tepung," pikir saya saat itu. Jadi, makanan Jepang tidak seseram yang saya bayangkan atau saya lihat di program acara dokumenter di televisi dengan banyak eksperimen, ha ha ha...
Ternyata, konsep Hokben memang tidak jauh dari yang saya simpulkan semasa kecil. Seperti yang dijelaskan mba Irma Wulansari, Communication Division Hokben di acara Kompasiana Nangkring hari Sabtu pagi 28 Mei, pada awal Hokben didirikan tahun 1985, resto cepat saji dengan ciri khas menu yang dihidangkan dalam sebuah kotak (atau lunchbox) ini ditujukan bagi para pekerja yang membutuhkan makan siang yang praktis. "Pada tahun 80-an belum banyak pilihan resto di Jakarta, tetapi sudah mulai bermunculan gedung-gedung bertingkat.
Maka dari itu Hokben menyediakan menu makan siang dengan nasi bagi para karyawan, dengan mengusung tagline 'Hokben rasanya pas dengan selera Indonesia.' Sehingga, taste-nya pun disesuaikan dengan selera orang Indonesia," jelasnya. Arti dari Hoka-Hoka Bento sendiri, menurut penuturan mba Irma adalah makanan hangat di dalam boks. Jadi, jangan berharap menemukan menu sushi, udon atau berbagai menu khas Jepang lainnya seperti yang jadi tren belakangan ini, karena jadinya ya bukan Hokben lagi ;).
Makanan andalan Hokben yang selama ini kita kenal antara lain adalah pilihan lauknya yang mungil-mungil tapi menggiurkan dan bikin kenyang, seperti chicken roll, shrimp roll, egg chicken roll, tori baaga atau shrimp roll dalam paket hoka hemat. Kalau mau menu yang agak berat ada chicken teriyaki, beef yakiniku, beef teriyaki dan ebi furai dalam paket bento special. Kalau mau campuran keduanya, bisa ditemui dalam menu paket ABCD, atau menu simple set. (Btw, ngomongin ini bikin saya laper lagi sambil nulis, he he he...).
Nah, tahun ini Hokben meluncurkan paket baru, yang sebenarnya juga mengusung menu-menu yang sudah ada, namun dalam porsi yang lebih besar untuk beramai-ramai, alias ber-4 atau ber-6 orang. Paket baru ini disebut Omiyage, yang sangat cocok untuk makan siang, dengan mengusung motto 'Berbagi dalam Kehangatan'. Tapiii... menu ini hanya bisa untuk dibawa pulang (take away) atau dipesan antar (delivery) ya :). Berikut ini detail menu Omiyage:
* Omiyage ber-4
Nasi 4 porsi + acar
Chicken Katsu
Ebi Goreng
Egg Chicken Roll
Edamame
Chicken Teriyaki/Yakiniku (pilih salah satu)
Beef Teriyaki/Yakiniku (pilih salah satu)
Dibandrol pada harga Rp 150.000,- belum termasuk pajak
Nasi 6 porsi + acar
Chicken Katsu
Ebi Goreng
Egg Chicken Roll
Edamame
Chicken Teriyaki/Yakiniku double portion (pilih salah satu)
Beef Teriyaki/Yakiniku double portion (pilih salah satu)
Dibandrol pada harga Rp 240.00,- belum termasuk pajak
Selain inovasi paket menu baru, Hokben yang biasanya saya kenal sebatas resto cepat saji, ternyata juga membuka lini baru Ho Cafe sejak tahun 2012, yang menawarkan berbagai menu beverage yang patut dicoba seperti coffee, chocolate dan smoothies buah-buahan. Seperti yang saya kunjungi di salah satu gerainya di Plaza Festival, Kuningan, sebagai tempat pelaksanaan acara Kompasiana Nangkring, tampilannya sih lumayan cozy dengan nuansa khas Jepang yang didominasi warna cokelat: kursi-kursi rotan, dinding kayu, jendela berteralis persegi, dan cahaya lampu temaram. Sayangnya saya belum sempat mencoba menu-menu baru HoCafe setelah acara selesai, karena... kekenyangan ;p.
Membuat Kreasi Bekal Makan Siang 'Kyaraben Art Bento'
Tibalah pada acara inti yaitu merangkai menu art bento yang dipandu Chef Pristi yang cantik dan MC Yos Aditya yang gokil, membuat suasana Nangkring semakin 'hidup'. Kalau selama ini menu bekal makan siang untuk anak-anak sudah terlalu biasa, boleh deh sesekali kita berkreasi bekal makan siang dengan menggunakan bahan-bahan sederhana, mudah didapat dan pastinya sehat.
Logo Hokben sendiri, jika Kompasianer amati dengan seksama, adalah dua orang anak perempuan dan laki-laki yang tertawa gembira. Taro dan Hanako, nama kedua anak itu sebenarnya adalah anak sang pendiri Hokben berusia sekitar dua belas tahun yang periang: Taro gemar berpetualang, Hanako suka sekali belajar. Tipikal film anak-anak Jepang banget yah, saya jadi inget film-film kartun Jepang masa kecil, deh, hehehe... Kegembiraan ini yang ditangkap dan dituangkan ke dalam konsep art bento, yaitu membuat anak menjadi senang makan dan menyantapnya dengan riang.
Maka itu dalam membuat disain art bento harus selalu dengan seulas senyum pada makanannya. Selain itu, konsep art bento lunchbox yang ideal adalah piramida dengan persentase gizi, warna dan tekstur yang seimbang. Warna yang sebaiknya ada dalam semua menu bento adalah unsur 5 warna dasar adalah hijau, kuning, merah, putih, oranye. "Warna hijau adalah warna yang paling baik karena menurut penelitian akan membangkitkan selera makan pada anak-anak," tutur Chef Pristi yang mempelajari art bento secara otodidak.
* Bahan-bahannya yaitu:
1. Nasi yang dikepal lalu dibentuk segitiga seperti onigiri
2. Nori (rumput laut kering) untuk membentuk mata, hidung, mulut dan baju.
pilih nori yang khusus untuk sushi, karena jika dilipat ia tidak akan pecah atau sobek.
3. Deco sheet, berupa lembaran adonan tipis untuk membuat hiasan pita dan baju.
Adonan deco sheet dibuat dari terigu, telur, susu, kaldu ayam/sapi yang dimasak dengan baking soda, pewarna.
4. Daun selada, peterseli, tomat, lauk sesuai selera
* Alat-alat yang digunakan:
pisau untuk memotong sayuran dan lauk
gunting untuk memotong nori dan deco sheet
sedotan untuk membentuk pola pada deco sheet
puncher untuk membuat mata, hidung, mulut, tangan pada nori
1. Nasi dibungkus dalam plastik transparan, lalu dikepal membentuk segitiga atau bentuk lainnya (boleh bulat, persegi, dll)
2. Nori yang sudah digunting dipasang pada kepalan nasi untuk mata, hidung, mulut, dan bahan dasar baju.
3. Tempelkan deco sheet yang sudah dibentuk pita dan bentuk lainnya untuk rona pipi, baju, pita, rambut, atau hiasan lainnya sesuai selera.
4. Jangan lupa tambahkan unsur warna hijau untuk hiasan dengan daun selada, peterseli, atau brokoli.
Berhubung sewaktu mengerjakan Kyaraben terlalu asik jadi saya tidak sempat memotret tahap demi tahap. Saya sertakan video pembuatan serupa dari Youtube aja yach ;) ...
Jika Kompasianer mengira pembuatan art bento lebih lazim dilakukan oleh para ibu rumah tangga, di Jepang malah sebaliknya, loh! Menurut penuturan Chef Pristi yang pernah studi ilmu manajemen perhotelan dan sekarang mendirikan Little Bento House, "di Jepang itu justru yang bikin art bento papah-papahnya." Kebetulan peserta Nangkring di Hokben ini banyak yang sudah berstatus papa, dan ternyata disainnya banyak yang ciamik juga. Seperti peserta bapak-bapak di samping saya yang membuat onigiri dengan hiasan ikat kepala layaknya orang mau terjun ke medan perang :D. Yah, acara Nangkring di Hokben hari itu memang cocok banget dengan visi dan misi Hokben sebagai resto cepat saji yang ditujukan bagi keluarga.
Domo arigato, Hokben dan Kompasiana! Oishine! ***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H