Kalau beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan menyaksikan budaya Thailand melalui film-filmnya (lihat artikel: Nobar Senior dan Nobar Love H2O), kali ini saya mendapat suguhan budaya negeri gajah putih ini melalui kulinernya bersama Kompasiana Penggila Kuliner, disingkat KPK, dalam acara KPK Gerebek di restoran Thai Alley, hari Sabtu tanggal 5 Maret 2016 yang lalu di Pacific Place, Jakarta Selatan.Â
Sebenarnya kuliner Thailand tidak begitu asing buat saya, meskipun jarang juga mengkonsumsinya karena perut saya yang mudah bergejolak setiap kali makan pedas, he he… . Lucunya saya mengenal kuliner Thailand pertama kali justru ketika saya bertandang ke Myanmar jaman sekitar empat belas tahun yang lalu (wah sudah tua sekali saya ya :D) dan disuguhi berbagai kuliner Myanmar yang kata orang-orang yang menikmatinya sangat mirip dengan makanan Thailand.
Selain karena dari letak geografis kedua negeri ini sangat berdekatan, menu yang dihidangkan pun kebanyakan jenis seafood, seperti ikan-ikan yang masih segar, cumi, dan… ganggang laut yang okee banget rasanya. Saya jadi suka sekali sama berbagai jenis kuliner yang disuguhi selama di Myanmar tersebut, karena seafood yang dihidangkan selalu masih segar seolah baru nangkep dari laut, dan meskipun iwak laut tapi nggak kerasa sama sekali amisnya. Nah begitu menyicipi hidangan serupa di Indonesia namun tidak segar dan terasa amis, saya jadinya jarang-jarang deh pilih menu yang ada citarasa Thailand-nya, palingan juga iwak bakar atau goreng, ha ha…
[caption caption="Konsep Thai Street Food di Thai Alley: meja kursi dari kayu, tiang dan kabel listrik, dan gerobak (foto: dok.pribadi)"][/caption]Konsep Thai Street Food
Nah, kembali ke acara KPK yang dipandu oleh marketing eksekutif resto Thai Alley, mba Ambar Arum, saya baru ngeh bahwa resto-resto Thailand yang di Jakarta ini rata-rata berkonsep fine dining; sedangkan Thai Alley mengusung konsep street food-nya jajanan kuliner Thailand.  Lah saya memang jarang main ke resto bernuansa Thai sih, paling juga kalau misalnya lagi jalan bareng teman saya, yang memang gandrung sama kultur Thailand sampai-sampai ke makanannya, biasanya dia pesan sup Tom Yam di mana pun ada food court atau resto fusion yang menyediakan menu tersebut.Â
Mbak Ambar pun menjelaskannya dengan memperlihatkan beberapa foto resto Thai Alley yang ada di Gandaria City, Puri Indah Mall serta Summarecon Mal Serpong. Mba Ambar juga menunjukkan tiang-tiang kabel, tempat duduk, meja bernuansa kayu, gerobak yang menjadi dekor restoran, jendela bohong-bohongan bak jendela rumah orang yang berwarna hijau pucat, cat dinding dan langit-langit yang cenderung coklat gelap, yang katanya menggambarkan suasana jajanan pinggir jalan seperti di Bangkok. Rencananya tahun depan akan dibuka outlet baru Thai Alley di Mal Kelapa Gading.
[caption caption="NuansaThai Street Food juga diterapkan pada bagian dalam resto Thai Alley dengan meja dan kursi kayu serta nuansa warna coklat temaram (foto: dok.pribadi)"]
[caption caption="Sentuhan Relijius di Thai Alley dengan patung gajah dan kepala Budha: tidak boleh digeser-geser! (foto: dok.pribadi)"]
Bedanya, kalau kata salah satu Kompasianer, mba Yayat yang ternyata sudah sering mondar-mandir ke Thailand, jajanan pinggir jalan di sana tuh banyak makanan ‘ekstrim’ sampai-sampai serangga-serangga yang ‘nggak banget’ juga turut diolah seperti kalajengking, kecoa (hiiiiy…), buaya; kalau di Thai Alley untungnya tidak ada, he he he… karena mba Ambar bilang menu Thai Alley sudah disesuaikan dengan selera orang Indonesia. Kecuali rasa khasnya yang pedas dan asam tetap dijaga, melihat rata-rata orang Indonesia pun juga menyukai makanan yang bercitarasa asam-asam pedas. Pastinya, standarisasi rasa sudah dijamin oleh sang chef di seluruh cabang resto Thai Alley sehingga tidak ada makanan yang menunya sama namun rasanya berbeda.Â
Mengenai kehalalannya, mba Ambar menjamin semua menu yang tersedia di Thai Alley bisa dimakan umat muslim, alias halal. Ibu Yayat juga mengatakan, di Thailand sendiri masih bisa dengan mudah dijumpai makanan halal karena banyak juga pemeluk Islam di negeri tersebut.
[caption caption="Para chef Thai Alley yang dibawa langsung dari Thailand (foto: dok.pribadi)"]
Menu-menu yang diunggulkan oleh resto Thai Alley dan dihidangkan kepada para Kompasianer ;) antara lain adalah sebagai berikut:
1. Yamuangmang atau Salad Mangga, harga Rp 45.000
 [caption caption="Salad Mangga Yamuangmuang a la Thai Alley yang asam manis segar pedas (foto: dok.pribadi)"]
2. Gai Hor Bai Toey atau Ayam Pandan, harga Rp 58.000
[caption caption="Ayam Pandan Gai Hor Bai Toey a la Thai Alley yang empuuk banget (foto: dok.pribadi)"]
3. Pad Thai atau Mie Goreng Thailand, harga Rp 72.000
[caption caption="Mie Goreng Pad Thai a la Thai Alley yang juga segar dan tidak eneg (foto: dok.pribadi)"]
4. Â Pad Kraprao Neua atau Daging Cincang, harga Rp 80.000
[caption caption="Daging Cincang Pad Kraprao Neua a la Thai Alley (foto: dok.pribadi)"]
5. Tom Yam Talay atau Sup Tom Yam Seafood, harga Rp 115.000
[caption caption="Sup Tom Yam Talay a la Thai Alley: suegeeerrr... (foto: dok.pribadi)"]
5. Katisod atau Es Krim Kelapa, harga Rp 42.000
[caption caption="Katisod Ice Cream a la Thai Alley sebelum dihias peserta lomba (foto: dok.pribadi)"]
Lomba menghias es krim Katisod ini dimenangkan oleh kelompok Ganendra yang salah satu anggotanya adalah pak Rahab, sang dedengkot KPK yang kocak tapi kerap kali dapat hadiah voucher, he he he…
6. Teh Tarik
[caption caption="Teh Tarik a la Thai Alley yang nggak bikin eneg (foto: dok.pribadi)"]
Ada beberapa menu unggulan lainnya yang tidak dihidangkan pada saat acara Sabtu kemarin, yang kalau kata Ibu Yayat, di Thailand-nya sendiri sebenarnya merupakan makanan yang khas Thailand banget. Salah satunya adalah Mango Sticky Rice, yang untuk membuatnya harus menggunakan buah mangga yang benar-benar berkualitas, dan nggak boleh asam. Saya jadi penasaran seperti apa sih rasanya ketan dicampur mangga… Yang saya tahu Bapak saya suka banget makan tape ketan khas Solo dan bagi saya rasanya kenyang sekaligus asam manis (enggak nyambung, yah :D).
Oya, perlu diperhatikan harga yang tertera pada menu-menu di atas itu belum termasuk pajak dan service sebesar 17,5%.
*
Acara KPK Gerebek di Thai Alley ini buat saya sangat berkesan, karena selain menambah jaringan pertemanan, suasananya juga dibuat rileks, santai, plus banyak hadiah voucher, hi hi hi. Saya juga semakin tahu dan mengenali kultur Thailand selain film-filmnya. Jika dilihat dari garis besarnya, ekspansi budaya itu memang harus paket komplit: film, kuliner, musik, gaya berbusana.Â
Meskipun sesama Asia Tenggara, masing-masing negara pasti punya ciri khas. Seperti kuliner Thailand yang berciri asam manis pedas segar, dan kebetulan cocok dengan lidah Indonesia, maka saya kira suatu hari Thai wave juga bisa saja akan seheboh Korean wave, Japanese wave, dan wave-wave lainnya yang pernah dan sedang melanda Indonesia. Terima kasih untuk Kompasiana dan Thai Alley atas undangannya, sampai bertemu di lain waktu! Kapunkap! :)
[caption caption="Kapunkaap, KPK Gerebek 21! :)"]
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H