5. Katisod atau Es Krim Kelapa, harga Rp 42.000
[caption caption="Katisod Ice Cream a la Thai Alley sebelum dihias peserta lomba (foto: dok.pribadi)"]
Lomba menghias es krim Katisod ini dimenangkan oleh kelompok Ganendra yang salah satu anggotanya adalah pak Rahab, sang dedengkot KPK yang kocak tapi kerap kali dapat hadiah voucher, he he he…
6. Teh Tarik
[caption caption="Teh Tarik a la Thai Alley yang nggak bikin eneg (foto: dok.pribadi)"]
Ada beberapa menu unggulan lainnya yang tidak dihidangkan pada saat acara Sabtu kemarin, yang kalau kata Ibu Yayat, di Thailand-nya sendiri sebenarnya merupakan makanan yang khas Thailand banget. Salah satunya adalah Mango Sticky Rice, yang untuk membuatnya harus menggunakan buah mangga yang benar-benar berkualitas, dan nggak boleh asam. Saya jadi penasaran seperti apa sih rasanya ketan dicampur mangga… Yang saya tahu Bapak saya suka banget makan tape ketan khas Solo dan bagi saya rasanya kenyang sekaligus asam manis (enggak nyambung, yah :D).
Oya, perlu diperhatikan harga yang tertera pada menu-menu di atas itu belum termasuk pajak dan service sebesar 17,5%.
*
Acara KPK Gerebek di Thai Alley ini buat saya sangat berkesan, karena selain menambah jaringan pertemanan, suasananya juga dibuat rileks, santai, plus banyak hadiah voucher, hi hi hi. Saya juga semakin tahu dan mengenali kultur Thailand selain film-filmnya. Jika dilihat dari garis besarnya, ekspansi budaya itu memang harus paket komplit: film, kuliner, musik, gaya berbusana.Â
Meskipun sesama Asia Tenggara, masing-masing negara pasti punya ciri khas. Seperti kuliner Thailand yang berciri asam manis pedas segar, dan kebetulan cocok dengan lidah Indonesia, maka saya kira suatu hari Thai wave juga bisa saja akan seheboh Korean wave, Japanese wave, dan wave-wave lainnya yang pernah dan sedang melanda Indonesia. Terima kasih untuk Kompasiana dan Thai Alley atas undangannya, sampai bertemu di lain waktu! Kapunkap! :)
[caption caption="Kapunkaap, KPK Gerebek 21! :)"]