"Kemana sayang, biar abang yang antarkan"
"Ia nih mas... Mau beli keperluan dapur"Â
Tadinya ga tega bangunkan mas mengingat capek deadline kerjaan kantor semalam, makanya mau belanja sendiri
Dilan adalah manager di salah satu Perusahaan Konstruksi terkenal di kota ini.Â
"Gapapa kok sayang, udah tugas mas kok itu" Dilan mengusap rambutku lembut
Dilan menggenggam erat tanganku sembari berjalan menuju mobil Avanza miliknya, ehh ia milik kami sekarang. Kami memang bukan pengantin baru tapi perlakuannya ini sudah sering kudapatkan selama pacaran dulu. Dimas selalu menjadikan aku prioritas utamanya. Walau kini kami telah memiliki 2 anak, Dini dan Doni, namun Memiliki suami seperti ini rasanya membuat duniaku serasa tak ada yang kurang.
"Ini berapa bu?" Tanya ku pada penjual ikan SardenÂ
"50.000 sekilo mbak" sahutnyaÂ
"Saya mau sekilo aja ya"
"Silahkan pilih aja mbak, ini plastiknya"
Saya memilihkan ikan yang paling segar, hari ini anak anak minta dibuatkan ikan goreng sambel tomat untuk bekal sekolahan. Doni kelas XI MIA, hari kamis seperti ini biasanya ada eksul English, sedangkan Dini kelas 8 SMP ada ekskul Tari dengan bu Ara. Â Saya siapkan bekal mereka. Hari Kamis memang jadwal yang cukup padat, disamping saya juga hari ini ada jadwal cek barang baru di butik kecil saya.Â
"Terimakasih ya mbak" saya menyerahkan uang 50.000 an dan pamit pergi
Dilan menerima ikan dan memasukkannya di keranjang belanja yang dia pegang
Sesekali Dilan menoleh ke hp miliknya sembari menunggu saya menawar belanjaan
"Sudah mas... Kita pulang"
"Oke sayangku,siap" Dilan meraih tanganku menyebrangi jalan ke arah parkiran.Â
"Sudah tidak ada lagi yang ketinggalan sayang?" Dilan memastikan.
"Udah semua kayaknya, mas..."
"Oke, mas akan bawa nyonya mendarat dengan sempurna. Pastikan nyonya sudah memakai sabuk pengaman anda karna pesawat kita akan lepas landas" Dimas tersenyum dalam candaan
Rasanya hari hari seperti ini tidak membosankan dengan candaan mas Dilan. Ada aja bahan untuk dijadikannya lelucon. Jauh rasanya jika melihat dia memimpin rapat di kantornya. Tegang dan suasana hening menambah bumbu formalnya suasana rapat
Seperti biasa, sampai di rumah, saya bergegas masak dan menyiapkan sarapan untuk keluarga, mas membuka garasi, mengecek mobil, mandi dan memeriksa keperluan kantornya.Â
"Sayang, papa pakai baju apa hari ini?" Teriak Dilan dari kamar
"Baju yang digantung didepan lemari, mas, kemeja yang hijau" sahutku sambil menyiapkan sarapan di meja
"Papa memang gitu ya ma, manjaa, udah depan mata pun tetap harus ditanya, kayak anak SD" Dini mendekati meja makan dengan pakaian lengkap
"Topi Doni mana ya ma..."
"Di meja belajar mu nak"
" Hempppp... Anak lelaki sama aja ya ma, gak tua ga muda, haruusss diurusin"
"Hushh... Ga boleh ngomong gitu nak"
" Lha ia ma, buktinya Dini bisa duluan selesai padahal kan maa, abang duluan tadi mandinya.
"Nah... Ia, sebagai perempuan memang gitulah anka gadis mama... Harus kayak dini gini, mandiri dan pinter"puji mama
"Ia dong ma... Kan kayak mama"
" Ngobrolin apa ni anak gadis papa niii..." Papa menggelitik pinggang Dini
"Mau tau aja sih papa... Ini rahasia wanita" ucap DiniÂ
"Aihh aihhh nona cantik papa sensitif banget pagi ini..."
"Sudahhh sudahh, tuh abang sudah siap, sarapan dulu yok" mama menengahi
"Hari ini papa pulang agak Larut ya,ada deadline yang harus papa kejar. Besok mau disampaikan dalam rapat umum" kata Dilan sambil menghabiskan sisa makanan
" Oke pa" Doni tersenyum
Mama mengantarkan sampai depan pintu, kali ini papa yang antarkan Dini dan Doni ke Sekolah, kebetulan papa lewat daerah Sekolahan mereka. Doni dan Dini sekolahnya berdekatan. Biasanya mama setiap pagi yang ngantarkan. Kecuali papa lagi libur atau jadwal luang.Â
Bersambung...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H