Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Serahkanlah Segala Kekhawatiranmu Kepada-Ku

16 Mei 2021   21:13 Diperbarui: 16 Mei 2021   21:15 314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teropong indonesia.com

Setiap dari kita pasti pernah mengalami yang namanya khawatir,cemas dan lain sebagainya. Bagaimana seharusnya saya bersikap ketika kekhawatiran melanda diriku ?

Nah,teman-teman hari ini saya memiliki pengalaman tentang kekhawatiran. Beberapa bulan yang lalu saya mengirimkan surat permohonan tentang permintaan jubah kepada pimpinan saya. 

Surat permohonan saya itu pun dikabulkan oleh pemimpin. Dikabulkan berarti dalam waktu yang dekat saya akan mendapatkan jubah baru. Dua hari yang lalu,jubah baru itu telah saya terima. Akan tetapi apa yang kuharapkan selama ini jauh dari kenyataan.

Ukuran jubahku yang baru dijahit adalah ukuran badanku waktu novis ketika saya masih gemuk sementara sekarang saya sudah langsing,hehehe.

Maka, ketika saya mencoba jubah baruku itu,semuanya serba kebesaran mulai dari lengan,pinggang dan leher baju. Akhirnya,jubah itu tidak dapat saya pakai karena kebesaran. 

Olh karena itu, dengan segera saya melapor kepada pimpinan saya bahwa jubah itu tidak bisa saya pakai dengan alasan kebesaran. Pimpinanku mengatakan " Bawa saja ketukang jahit supaya dikecilkan"

Hari ini,saya pergi ketukang jahit untuk mengecilkan ukuran jubah tersebut. Sepanjang Jalan setia budi saya mencari tukang jahit tapi tidak ketemu. 

Akhirnya kuputuskan untuk beralih ke Jalan Mongonsidi untuk mencarinya,saya bertanya kepada orang-orang sekitar dan mereka menghantarkan saya pada salah satu ruko. Didepan ruko tersebut ada plangkat yang bertuliskan Mora Taylor. Owh,berarti benar ini adalah tukang jahit.

Saya berhenti dan masuk ke ruko tersebut. Seperti biasa saya memberi salam terlebih dahulu dan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan saya. Kedatangan saya itupun disambut oleh seorang ibu yang sudah mulai tua,ibu itu mengenakan hijab. 

Dengan lembut ia berkata," Ada yang bisa saya bantu Nak ( sambil mempersilahkan saya masuk) ?" . Karena sudah ditanya saya pun menjawab," Owh,iya ibu saya mau minta tolong untuk mengecilkan baju,setelah itu saya menyerahkan jubah itu kepadanya.

Ibu itu mulai heran melihat bentuk dan model jubah saya itu. " Mau dikecilin gimana toh nak ini baju ? Coba ibu lihat baju yang kamu pakai apakah sama modelnya dengan ini ?" 

"Sama Bu",jawabku . Akan tetapi,Saya mulai cemas,jangan-jangan ibu itu tidak tau mengecilkan ukuran  jubah saya itu. Ibu tua itu mulai mengambil meter dan mengukur lengan baju,pinggang dan leher serta lingkar badan saya pada saat itu juga dan menulisnya pada sebuah kertas.

Ibu itu mulai membongkar jahitan jubahku itu dan mulai mengukur sesuai ukuran yang baru dituliskannya. Ketika ia hendak menjahit,dia minta tolong kepadaku untuk memasukkan benang kedalam jarum tersebut. 

Setelah itu ia mulai menjahit saya mulai cemas karena beberapa kali ia menggunting kain jubahku yang baru itu. Setelah digunting diukur kembali kemudin dijahit lagi. Waduh,jangan-jangan dan jangan-jangan..

Selama proses penjahitan itu pikiran saya berkecamuk. Saya harap-harap cemas kalau jubah saya  itu bisa selesai dengan baik dan sesuai dengan harapan. Saya amati terus beliau. Saya memperhatikan dengan seksama bagaimana gerak-gerik  beliau menjahit kembali jubah saya itu . Di pihak lain ia terlihat begitu tenang dan kalem. Ia dengan santai mengerjakannya. 

Akhirnya muncul dibenak saya, untuk apa saya cemas dan gelisah tidak menentu. Untuk apa saya membiarkan hatiku diliputi ketakutan. Saya percayakan saja sama dia.  

Toh dia sudah ahli dalam hal menjahit meskipun rukonya sudah terlihat hampir tidak diminati orang. Karena eralatan yang sudah lusuh dan tidak ada kain yang tergantung atau model jahitan yang terpajang. 

Semua tampak berdebu seperti sudah lama tidak terpakai. Hmm,sekitar dua jam menunggu selesailah sudah jubah saya diperbaiki. " Nak,ini bajunya sudah siap,coba dulu mana tau ada yang masih kurang " katanya sambil menyodorkan jubah itu. 

Maka saya katakan biar saja saya bawa pulang nanti dirumah saya coba,andaikan ada yang kurang beres saya akan kembali kesini,jawabku kepada ibu itu.

Setelah saya teria jubah itu,saya pamit untuk pulang. Sesampainya di rumah dengan segera saya mencoba jubah baruku itu. Hasilnya sangat memuaskan dan sesuai dengan harapanku. Saya senang sekali dengan hasil jahitan ibu tua itu,saya terlihat anggun mengenakan jubah baru itu. Maka saya segera menghubunginya via telepon whatsaap dan mengucapkan terima kasih banyak kepadanya. 

Nah,apa yang mau saya katakan lewat pengalaman saya hari ini ? Teman-teman perasaan cemas dan gelisah, risau dan takut, kerap meliputi hati dan pikiran kita. Kadang kecemasan kita berlebihan dan ketakutan kita sering tanpa alasan. 

Kita bahkan membiarkan suasana perasaan itu menghantui diri kita sampai berlarut-larut, tahun demi tahun. Siapa yang rugi ? Tentu kita sendiri. Kita terbebani dalam hidup. Kita sulit tidur tiap malam dan kita sampai stress karenanya.

Segala sesuatu yang kita cemaskan dan kita takutkan pada dasarnya sudah memiliki jawaban masing-masing. Tuhanlah yang menjadi ahli dari segala tindakan kita,kebutuhan kita.

Dia paling tahu tentang hidup kita dan Dia sudah menyediakan yang terbaik sesuai kebutuhan kita. So,untuk apa kita ragukan pekerjaan-Nya karena Dia sudah ahli dalam segala tindakannya. 

Ingatlah, tidak semua harus kita risaukan dan cemaskan. Tidak semua juga harus kita takutkan. Kita harus mempercayakan segalanya kepada Tuhan. 

Dia mengatakan, "Serahkan segala kekwatiranmu kepada-Ku dan Aku akan memelihara kamu. (1 Petrus 5:7)" . Mari kita serahkan segala kekhawatiran kita, kecemasan danketakutan kita kepadanya karena Ia akan menyelesaikannya sesuai dengan keperluan kita masing-masing.

Salam sehat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun