Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Prapaskah: Masa Bulan Madu dengan Tuhan

18 Februari 2021   21:11 Diperbarui: 18 Februari 2021   21:28 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gempar-news.blogspot.com

Sahabat-sahabat K-Ner yang baik hatinya salam sehat dan salam hangat untuk kalian. Selamat mejalani Prapaskah untuk saudara-saudari seiman..

Hari ini adalah hari kedua bagi kita menjalani masa prapaskah. Bagaimana dengan puasa dan pantang yang anda lakukan ? Pasti masih anyem kan. Saya sendiri juga demikian. Tapi lewat tulisan sederhana ini saya mau berbagi tentang pengalamanku hari ini.

Hari ini menjadi hari yang spesial bagiku. Spesial karena terjadi perjumpaan yang menggembirakan antara saya dengan salah seorang dosen ternama di kota Medan yang sekaligus juga merangkap beberapa tugas di bagian dinas pendidikan. Adapun konteks pertemuan kami hari ini ialah membahas satu tema perkuliahan yang terkait dengan kegiatan proses belajar mengajar selama magang. Pertemuan ini berlangsung disalah satu sekolah Negeri kota Medan.

Pembahasan dan diskusi itu terjadi kurang lebih lima jam. Mulai dari pukul 08.00- 13.15 wib. Pertemuan itu sungguh menggembirakan dan memuaskan. Karena apa yang saya harapkan terjadi juga saat itu. Nah, yang paling menarik adalah tanpa sepengetahuan saya dan kawan-kawan, bapak itu menyiapkan makan siang untuk kami.

Nah,pukul 12.15 wib kami diajak ke salah satu ruangan disekolah itu untuk makan bersama. Saya sendiri senang menerima tawaran itu. Tapi setelah saya melihat, menu yang tersedia serba daging. Hmm..gimana? Masih mau makan atau tidak? Yah..saya tetap makan dengan porsi kecil. Hehehe.

Pengalaman kecil ini menghantarkanku pada sebuah refleksi yang akhirnya menyadarkan aku bahwa puasa yang sedang saya jalani bukan soal perkara makan. Awalnya saya berpikir begini "Apakah saya sudah melakukan pelanggaran dengan itu?" Pertanyaan ini terus terngiang di pikiran saya. Akhirnya karena saya merasa tidak nyaman dengan apa sudah kulakukan itu, saya pergi ke kapel untuk menenangkan diri sembari berefleksi.

Dalam refleksi itu saya tuliskan begini:

Berpuasa pada dasarnya bukan terletak pada perkara jasmaniah, soal makan atau soal duduk ditas abu,melainkan perkara komitmen untuk tidak berbuat dosa, kejahatan, kerakusan,kelaliman dan move on kepada cara hidup yang lebih baik. 

Berpuasa bagi saya sendiri adalah soal bela rasadan belas kasihan : Memberi makan kepada mereka yang lapar,berbagi kepada mereka yang membutuhkan dan mengunjungi mereka yang sakit. Jauh lebih penting lagi adalah membuka diri terhadap sesama dalam segala hal.

Memang tindakan ini sudah sering saya lakukan. Tidak hanya pada saat prapaskah. Tapi saat ini selama masa prapaskah adalah saat yang dikhususkan untuk saya dan kalian untuk melakukan kegiatan amal ini secara rutin. Dan dalam melakukannya bukan perkara banyak atau sedikit tapi ada nilai yang lebih berharga disamping pemberian tersebut yakni ketulusan dan kejujuran. Apa yang saya lakukan saat ini mesti murni dari hati saya,dilakukan karena kesadaran penuh yang bagi saya adalah perwujudan kasih itu sendiri. 

Tidak ada alasan yang melatarbelakangi perbuatan saya itu selain tindakan kasih. Pun unsur kesengajaan untuk mendapatkan pujian tidak terkandung didalamnya. Kalau boleh dikatakan melakukan kejujuran itu sangatlah sulit. 

Jujur pada orang lain tentang perasaan sendiri susah. Terkadang apa yang saya ucapkan tidak seperti apa yang kurasakan. Misalnya,kalau atasan yang meminta saya untukmengerjakan sesuatu pastilah saya katakan "Iya" Padahal dalam hati saya katakan " Saya tidak mau ". Inilah contoh kecil dari ketidak jujuran. Saya pikir masih banyak contoh ketidak jujuran yang kita lakukan. Bisa dilakukan dengan sengaja atau juga sama sekali terpaksa untuk melakukannya demi menyelamatkan diri.

Ehh,saya tidak sedang membahas ketidakjujuran. Maaf,melenceng sedikit. Jadi,refleksi saya yang singkat ini menjawab pertanyaan saya pada awall tulisan ini. Bahwa saya tidak melakukan pelanggaran atas tindakan saya tersebut. Bukan mau membela diri,tapi alasannya demikian :

Orang yang dengan tulus berbagi kepada saya,baiknya saya harus menghargainya. Saya tidak punya kesempatan apalagi mengumbar privasi saya kepada orang lain. Saya tahu dan sadar penuh apa yang saya lakukan. Oleh karena itu saya membatasi porsi saya saat itu. Alasan yang lain adalah Yesus bersabda demikian "  Yang masuk kedalam mulut tidak membuat orang itu najis,hanya yang keluar dari mulut itulah yang membuatnya menjadi najis. Sebab segala kejahatan bersal dari hati manusia."

Jadi,tujuan akhir dari berpuasa adalah dekat dengan Tuhan dan segala perintahnya. Saat ini saya dan kita semua sedang dekat dengan Tuhan sendiri,belajar serta diajari oleh-Nya tentang keselamatan. Masa inilah yang bagi kita menjadi masa bulan madu dengan Tuhan. Menjalankan puasa dengan benar dan baik selama masa ret-ret agung ini akan membuat kita semakin dekat dengannya. Mari kita isi masa ulan madu ini dengan amal kebaikan.

Salam Prapaskah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun