Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Aku Mau Berbelas Kasih Bukan Berbalas Kasih

15 Februari 2021   22:23 Diperbarui: 15 Februari 2021   22:45 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi pagi ketika saya bepergian ke kampus saya sengaja lewat dari jalan lintas. Salah satu tujuan saya lewat dari jalan lintas ini adalah untuk menghindari macet dan juga agar saya lebih cepat tiba ditujuan. Kebetulan saja saya berhenti karena lampu merah.

Dan saya mengambil posisi yang aman pada saat itu yakni berada diantara mobil-mobil yang sudah berbaris dengan rapi. Sembari menunggu lampu hijau saya menikmati suasana pagi yang masih dingin.

Dalam situasi yang tenang itu,seorang bapak menyodorkan satu kotak kecil kearahku. Diktak itu ada tertulis " Mohon bantuannya untuk kami penderita kusta".

Ketika kotak sumbangannya disodorkan kearahku saya tidak langsung memberinya,melainkan saya masih memperhatikan sekujur tubuhnya. Tapi memang betul bapak itu adalah seorang penderita kusta. Hal terlihat pada jari kaki yang sudah hampir habis. Bahkan jari tangan hanya tersisa beberapa lagi.

Dengan segera saya merogoh kantong almamaterku dan memberikan kepadanya. Dengan wajah memelas bapak itu mengucapkan terima kasih kepadaku dan berlalu dari sampingku.Beberapa saat kemudian kendaraan melaju dan aku pun ikut melaju menuju kampusku.

Setibanya di kampus, dosen yang hendak kujumpai belum juga tiba. Sembari menunggu dosen saya duduk diperpustkaan sambil membaca buku. Akan tetapi saya tidak fokus membaca buku tersebut karena peristiwa yang baru saja saya alami.

Saya berpikir begini " Tentu saja bapak itu tidak menginginkan dirinya demikian,dan ia harus menahan dingin dan panas terik untuk mendapatkan sesuap nasi. Bapak itu tidak peduli sama sekali dengan wabah yang melanda dunia saat ini. Mengapa demikian ? Karena yang ia pikirkan adalah hidup untuk hari ini.

Peristiwa  ini mengingatkan saya pada bacaan injil kemarin yakni kisah penyembuhan orang kusta. Dikisahkan bahwa Yesus menyembuhkan orang sakit kusta  karena belas kasih Yesus dan bukan berbalas kasih. Berbelaskasih berarti bersama-sama menderita.

Orang yang berbelaskasih adalah orang yang ikut merasakan penderitaan orang lain. Yesus ikut merasakan penderitaan si kusta itu. Karena itu, ita tidak hanya berkata dari jauh: "Aku mau jadilah engkau tahir", tetapi ia mengulurkan tangan-Nya dan menjamah si kusta itu.

Dan terjadilah penyembuhan. Yesus sendiri tidak menghendaki perbuatan berbalas kasih. Berbalas kasih maksudnya aku mau memberi apabila aku menerima. Jika tidak demikian maka saya tidak mau memberi. Berbalas kasih mengandung hukum wajib membalas.

Perikop inilah yang selalu mengingatkan saya ketika hendak berbagi dengan sesama. Hendaknya pemberian saya itu tulus tanpa mengharapkan imbalan atau balasan. Saya memang orang yang cepat terharu,apalagi menyaksikan yang demikian. Ketika melihatnya kumal,lusuh dan lemas saya langsung teringat dengan ayah saya, Meskipun  ayah saya masih sehat bugar.

Apa yang saya pikirkan ketika teringat dengan ayah saya? Bahwasanya orang tua butuh perhatian,butuh kasih sayang. Andaikan itu terjadi pada diriku,apa yang harus saya lakukan ? Tentu saja saya akan merawat dan melayaninya.

Nah,saya yakin bahwa mereka bapak yang menderita kusta itu juga berharap demikian. Mengharapkan belas kasih dari rang-orang yang menyaksikannya dipinggir jalan itu. Sungguh sesuatu yang mengharukan,tapi apa boleh buat saya belum mampu memberi seperti apa yang Tuhan inginkan. Saya hanya bisa berbagi rejeki sedikit kepadanya. Semoga ia bahagia dengan apa yang saya beri.

Di tengah pandemi ini dan bersamaan dengan kemajuan teknologi, timbul ragam penyakit yang akhirnya membuat kita hidup seperti orang kusta: terisolir, stress dan depresi. Orang pada jaman post-modern ini lebih banyak menderita sakit "kusta batin" daripada kusta fisik. Penderitaan kusta batin ini menyiksa hingga muncul kesepian, merasa tidak dicintai, tidak memiliki teman, merasa tidak dibutuhkan, dan tidak diperhatikan.

Orang yang sakit ini mungkin memohon kepada kita: "jika engkau mau, engkau dapat menyembuhkan aku". Apa yang bisa aku perbuat. Bagaimana aku bercompassio (berbelaskasih) terhadap mereka yang ada disekitarku ? Tentu saja kita mampu berbelas kasih terhadap yang lain. Bukan saja karena kita bergelimang harta maka kita mampu berbelas kasih melainkan karena dua hal ini,yakni :

1.Hendaklah kita saling membasuh kaki

Membasuh kaki bukan berarti mencuci kaki orang lain melainkan lebih pada kata saling mengasihi dan melayani. Kasih tidak mengenal jabatan atau kedudukan juga tak mengenal harta. Kasih itu tinggal dalam diri setiap orang sebagai warisan yang diterima dari Allah sendiri. Oleh karena itu kita wajib menjalankan tugas dan tanggung jawab kita sebagai penebar kasih.

2. Saling mengasihi.

Tidak mudah untuk melakukannya. Kita perlu mengasah rasa empati dalam diri kita dan meruntuhkan benteng-benteng perkasa yang menghalangi diri kita untuk mengasihi yang lain. Mungkin saja kita sering terjebak oleh harga diri kita yang terlalu tinggi sehingga enggan untuk mengulurkn tangan kepada mereka yang membutuhkan. Tidak usah sungkan,tidak ada kata terlambat untuk memulai yang baik.

So,jika kita menyadari karunia terbesar yang kita terima sebagai warisan dari Allah,tentu saja kita tak pernah mengharapkan balasan dari apa yang telah saya beri. Saya melakukan kebaikan itu berdasarkan belas kasih dan bukan untuk mendapatkan balasan.

Mother Teresa pernah berkata: tidak ada obat kecuali ada tangan yang mau melayani dan hati yang mau mencintai mereka. Jadi,Kita dipanggil untuk menjadi saluran cinta Allah untuk sesama. 

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun