Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Hidup Butuh Jeda

29 Januari 2021   23:28 Diperbarui: 29 Januari 2021   23:31 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hello diaryku....

Rasanya sudah lama tak membuat oretan di lembaran-lembaranmu  yang putih bersih. Aku tau kamu pasti menunggu tinta emas dariku. Saat ini aku hendak berkisah kepadamu tentang jalan cerita hidupku hari ini. Mulai dari pagi,siang hingga malam ini aku berjuang untuk menahan rasa ngantukku didepan laptop ini. Aku hanya duduk,mendengar sekali sekali aku berbicara itu pun jika perlu. Aku tahu segala waktu yang kugunakan hari ini adalah arena permainan diamana aku melakukan proses. Waktu itu tak terlewatkan sedetik pun. Semua terisi oleh scedule yang sudah tertata rapi. Owh iya,waktu itu babak belur di isi dengan sejumlah agenda, setumpuk pekerjaan dan segudang persoalan.

Diary..

Kamu tahu nggak,bahwa dalam situasi covid ini sering muncul benih-benih pengakuan diri. Masing-masing mendefinisikan siapa dirinya termasuk saya. Ada definisi diri yang kadang menyedihkan tentang dirinyadan juga ada yang memberikan apresiasi hebat atas dirinya. Bahkan menganggap diri paling hebat dari yang yang lain.

Hal ini terlihat saat saya mengikuti rapat dan perkuliahan secara daring. Hal itu muncul lewat tutur kata atau cara berbicara,cara menanggapi sesuatu. Lewat pengalaman ini, saya membuat satu pertanyaan untukku,siapakah aku saat ini dan apa yang kuinginkan saat ini? Pertanyaan ini mengantarkanku pada sebuah permenungan untuk melihat siapakah aku,siapakah sesamaku dan siapakah aku bagi sesamaku.Apa kebutuhan sesamaku saat ini. Ya, ruang dan waktu menjadi pengukur siapa saya, siapa kita. Saya atau kita bergerak menuju identitas yang asli.Aku yang sesungguhnya. Tapi memang mengakui diri secara jujur itu tidak mudah. Karena Ada keinginan atau kecenderungan ingin terlihat baik didepan orang meski sebenarnya ada sikap kepura-puraan didalamnya.

Akh,nggak usah bohong. Ketika atasan memberikan setumpuk kerja dengan cepat saya pasti mengatakan " ya,saya siap untuk mengerjakan". Meski sebenarnya dalam hati masih menggerutu. Itu sudah hal yang lumrah terjadi. Tapi baiklah saya menyadari keterbatasanku.Sehingga aku menemukan alasan yang tepat untuk berkata ya atau tidak terhadap sesuatu.

Yah...waktu berputar begitu cepat. Sehingga memang sering saya  tidak punya waktu untuk melakukan discerment. Kurang mampu melihat dengan baik apa yang terjadi dalam diriku maupun dengan sesamaku. Maklumlah,terlalu sibuk bekerja.Hehehe. Upss,tunggu dulu.Bukankah itu pembelaan diri ? Hmm..apapun ceritanya alasan itu tidak bisa diterima. Intinya jangan samapi lupa mensyukuri hujan yang turun ,lupa tersenyum dikala mengalami kekecewaan bahkan kadang lupa tertawa disaat matahari menerpa kening ini. Parahnya lagi nih,ketika hujan turun hal ini dianggap sebagai petaka.Waduhh..

Jujur terhadap diri dan menerima diri seadanya bukanlah sesuatu yang mudah untuk dilaksanakan. Tidak segampang membalikkan tangan. Ini adalah sesuatu yang harus saya lakukan dalam waktu yang cukup lama tapi pasti. Saat itulah yang disebut dengan jeda dalam kehidupan. Saya tahu bahwa yang terpenting dari hidup adalah "open self". Barangkali mereka yang mencapai pengetahuan diri sampai level ini tidak lagi takut hidup dan tidak kacau dalam mengurus persoalan. Dia dapat menerima semua pengalaman dan perasaan, baik dari kesedihan atau kebahagiaan, cinta atau rasa bersalah.

Saat ini juga aku mau berhenti sejenak. Aku akan meninggalkan beban pekerjaanku dan bergabung bersama teman-temanku untuk menikmati enaknya popcorn di taman komplek. Aku sengaja memilih tempat ini untuk merefleksikan perjalanan hidupku hari ini. Sepanjang hari ini aku sudah berproses. Aku sudah menerima dan menemukan sebagian hasil pekerjaanku. Ada yang menyenangkan,ada juga yang gagal,ada juga yang membuatku kecewa,tertawa,dan happy. Kamu bisa bayangkan nggak sih,aneka ekspresiku yang muncul sepanjang hari ini. Eh,,,sau lagi ternyata hari ini ada yang terlupakan. Aku lupa kalau hari ini saya belum menyapa tetanggaku.Hmm..besok aku akan menyapanya...

Owh iya,kamu pasti bertanya kan,bagaimana aku menyelesaikan pekerjaanku hari ini. Tenang saja,Kadang identitas diri dihasilkan oleh emosi. Beberapa dari ketegangan mengurus pekerjaan, beberapa dihasilkan dari citra diri yang dilecehkan, dan tidak sedikit pula diproduksi oleh rasa takut dan rasa tidak aman.Jadi,tidak semua pekerjaan itu saya lakukan dengan tulus. Kamu bisa bayangkan nggak sih,ketika saya masih kuliah sudah datang tugas baru yang sifatnya urgen. Duhh,gimana saya mau tenang dan rileks mengerjakannya.

Tapi selow aja,bisa saja aneka jenis raut wajah muncul saat itu. Tapi ingat dibalik raut wajah yang cantik itu ada daya juang dan kemauan untuk mengerjakan. Bukan hanya itu saja ketika pekerjaan itu terselesaikan dengan baik disan ada pemberian diri ada pengorbanan. Hasilnya bisa dinimati oleh banyak orang.

Dalam hidup ini tak perlu muluk-muluk, kita harus percaya menghadapi realita  kehidupan, rasa sakit dan masalah. Jika tidak segera disadari realita  kehidupan itu akan menjadi teror, mimpi buruk, raksasa, dan horror bagi kita yang tak kunjung selesai". Tetapi selama kita menyadarinya, ia adalah MANUSIA PENJAGA DIRI YANG TOP.

Duhh...sudah lah ya. Urusan pekerjaan hari ini sudah selesai. Dan aku sengaja menorehkan tinta ini dilembaran yang masih kosong ini. Kesempatanku untuk menulisi lembaran kosong ini sekaligus membantuku untuk merefleksikan hidupku hari ini. ternyata Hidup ini butuh jeda,tidak melulu memikirkan pekerjaan. Saya butuh waktu untuk tenang,memikirkannya kembali dan menata ulang benang-benang kehidupan  yang sudah kusut.

Untuk menyeimbangkan pekerjaan dan kebutuhan pribadi atau bersama ,kita cukup memperhatikan beberapa poin ini :

1. Buat jadwal pembagian waktu sepanjang hari

2.Dahulukan pekerjaan-pekerjaan yang menyangkut pribadi

3. Utamakan kebersamaan

4. Terbuka kepada sesama

5. Berani mengugkapkan kebutuhan

5 poin ini yang saya lakukan dalam keseharian saya. Sehingga pekerjaan tidak menyita seluruh waktuku.Melainkan ada waktu untuk pribadi dan juga untuk bersama.

Sekian dulu ceeritaku malam ini. Selamat istirahat.

salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun