Karena hidup adalah sebuah ziarah atau perjalanan, mari kita rayakan bersama agar terasa mengasyikkan, damai dan jangan lupa mewariskan tanaman kebajikan untuk kita panen, baik di hari tua maupun setelah mati.Â
Beberapa hari yang lalu saya dan teman-teman sekomunitas hendak mengadakan rekoleksi terpimpin. Kebetulan saja giliran saya untuk menyiapkan kegiatan rekoleksi tersebut. Tema Rekoleksi yang disuguhkan adalah " Akulah Jalan, Kebenarandan hidup". Setelah saya merenungkan tema ini,saya berniat untuk mengadakan rekoleksi di alam. Tapi dimana ya ? Waktu itu saya punya tiga pilihan yakni : Graha Maria Annai Velangkani, Puncak Kerahiman dan yang ketiga itu Taman Wisata Iman-Dairi".
Niat itupun saya sampaikan kepada Ibu komunitas,dan ibu komunitas meresponnya dengan baik.Permintaan saya itu disetujui. Hanya saja saya diminta untuk mempertimbangkan biaya ketika rekoleksi disalah satu tempat tersebut. Baiklah pertimbangannya begini, Graha Maria Annai Velangkani adalah salah satu tempat ziarah rohani yang tidak jauh dari komunitas saya. Waktu yang ditempuh menuju tempat tersebut sekitar 10 menit dengan sepeda motor. Akh,nggak usah kesana toh setiap hari senin kita misa disitu kok !
Yang kedua, Taman Wisata Iman-Sitinjo Dairi. Tempat wisata itu ada didaerah kampung halaman saya. Dan mungkin biaya yang digunakan akan lebih banyak. Karena jarak yang lumayan jauh sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Akhirnya kami putuskan untuk mengadakan rekoleksi dipuncak kerahiman sekitar puncak siosar.
Kami berangkat dari komunitas sabtu pagi sekitar pukul 08.00 dan tiba di puncak kerahiman sekitar pkl 10.00 wib. Seperti yang telah kami rencanakan seluruh kegiatan rekoleksi dilakukan di alam. Dan kebetulan tempat itu sangat mendukung untuk kegiatan rekoleksi tersebut. Kapel,gereja,gua Maria,peristiwa jalan salib,dan patung-patung lainnya sudah ada.Tempat-tempat berdoa sudah disiapkan.
Tempat ini memberi sensasi baru kepada para pengunjungnya. Pemandangan yang indah dan udara yang segar membuat kami merasa nyaman ditempat itu. Sekalipun berada dipuncak dengan angin yang kencang tidak mengusik ketenangan kami untuk bermeditasi. Bahkan seorang teman memberi kesaksian bahwa peristiwa jalan salib yang diikuti kali ini serasa jalan salib sungguhan sebagaimana dulu pada zaman Yesus. Saya sangat paham dengan pernyataan teman saya itu karena memang peristiwa jalan salib itu berada pada bukit-bukit sekitar puncak kerahiman. Jadi jalan yang mesti yang dilalui ketika mengikuti proses jalan salib adalah naik turun gunung.
Yah,meski demikian kegiatan rekoleksi dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan. Rekoleksi itupun kami akhiri dengan perayaan ekaristi yang dipimpin oleh RP.San Efran Sinaga,Pr. Dalam khotbahnya ditegaskan bahwa hidup kita ini adalah sebuah perjalanan menuju hidup abadi. Tak ada jalan pintas yang bisa kita lalui untuk sampai kepada Bapa. Melainkan kita harus mengikuti peta perjalanan Yesus agar kita tidak tersesat.Â
Perjalanan yang ditempuh Yesus satu-satunya adalah peristiwa jalan salib. Apakah kita harus tersalib juga seperti Yesus ? Tentu tidak,perjalanan Yesus itu menggambarkan bahwa dalam perjalanan ini banyak hal yang akan kita jumpai mulai dari kesuksesan,ketenaran,penderitaan, kehilangan dan lain-lain.Â