Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keluarga adalah Tempat Terbaik Bagi Kita untuk Belajar tentang Sebuah Pengorbanan

27 Desember 2020   11:34 Diperbarui: 27 Desember 2020   11:39 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 "Kenyamanan dan kehangatan keluarga tidak bisa digantikan dengan apa pun" 

Hari ini tanggal 27 Desember 2020,gereja Katolik merayakan Pesta Keluarga Kudus. Kebetulan saja hari ini Perayaan Ekaristi dipimpin oleh Yang Mulia Mgr.Cornelius Sipayung,OFM.Cap. Dalam kata pengantar disampaikan bahwa Keluarga Kudus yang kita rayakan hari ini adalah teladan hidup kita dimasa kini,bukan saja hanya dalam hal keberimanan nya tetapi juga perjuangan dan kesiap sediaan nya melakukan kehendak Tuhan.

Untuk saya sendiri merayakan HR.Raya keluarga kudus ini mendatangkan satu pertanyaan refleksi," Apa yang sudah kuberikan untuk keluarga?". 

Banyak orang berkata bahwa harta yang paling berharga adalah keluarga dan saya juga menyetujui hal itu. Setiap kita tentu datang atau lahir dari sebuah keluarga. Dan tempat untuk berlabuh itu adalah keluarga. Segala upaya dan usaha dikerahkan demi menciptakan keluarga yang harmonis dan semua berusaha untuk menjaga keutuhan keluarga.

Saya teringat sebuah pengalaman bahwa semenjak kecil ayah sudah mengajari kami untuk berdoa secara katolik,selain itu ibu juga menjadi teladan dalam pengabdian/pelayanan. Adalah sebuah  kewajiban dalam keluarga kami untuk melakukan ritus yang sama setiap hari,seperti: makan bersama tiga kali sehari,doa bersama dan sistem pembagian dalam hal apapun selalu sama rata.

Sewaktu makan bersama ibu yang menjadi pelayan utama bagi kami,sewaktu mau makan kami digilir untuk membuat doa makan. Kecuali ada momen penting ayah yang memimpin doa makan. Kemudian kalau ada tamu yang datang ke rumah kami anak-anak tidak boleh ada yang lewat dari ruang tamu apalagi duduk bersama tamu.Hal ini sudah mendarah daging bagi kami. Meskipun demikian,toh ada yang menarik dari ritus itu.

Saya melihat bahwa ayah dan ibu berjuang untuk memberi teladan bagi kami. Dan dibalik perjuangan mereka itu tersirat sebuah harapan bahwa kelak ketika kami berkeluaga kami juga mampu menanamkan nilai-nilai yang baik dalam keluarga kami masing-masing. 

Dan hal itu memang terjadi,saat ini saudara/i saya semua sudah berkeluarga. Saya kurang tau apa yang menjadi perjuangan mereka dalam menjalani hidup setiap hari. Yang jelas setiap kali berkomunikasi selalu ada ungkapan syukur bahwa Tuhan itu bak,Ia memberi apa yang mereka butuhkan.

Saya sangat mengerti apabila dalam saat-saat tertentu suasana keluarga kurang harmonis. Dan hal itu juga perlu disyukuri bahwa dengan situasi yang demikian setiap anggota keluarga mendapat kesempatan untuk berefleksi dan memperbaiki diri sehingga tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Selain itu untuk menjaga keutuhan dan keharmonisan keluarga ayah dan ibu harus bersikap terbuka dan jujur, tidak ada kepalsuan didalamnya. Ketika antara yang satu dengan yang lain terbuka dan jujur disanalah saya dapat belajar apa artinya sebuah pengorbanan.Saya melihat bahwa mereka jarang mengeluh di depan anak-anak bahkan adakalanya mereka memberi lebih dari apa yang saya harapkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun