Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Malaikat Pelindung Jembatan dalam Kehidupan

4 Desember 2020   21:20 Diperbarui: 4 Desember 2020   21:22 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siapakah malaikat pelindungmu? Apakah ada malaikat pelindung itu? Apakah yang dilakukannya?

Suatu hari seorang teman bertanya kepada saya. Mengapa banyak sekali nama suster ? Nama suster beda di kampus,beda dikampung mengapa pula beda nama panggilannya di biara. Saya lebih dikenal teman-teman dengan nama ijazah saya,tapi kerap saya menggunakan nama biara saya. So,ada apa dengan nama biaraku ? Apakah ada sesuatu dibalik nama biara ku ? Pasti donk.

Begini nih ceritanya, waktu saya kecil kedua orang tuaku sering memanggilku dengan sebutan "pudan" yang artinya anak bungsu,sementara di surat babtis nama saya Dina Finiel Habeahan dan nama ini jarang digunakan kecuali disekolah. Hanya teman-teman sekolah yang memanggil saya dengan sebutan "Dina". Ok,kita lanjut lagi. Setelah saya masuk biara,ketika penjubahan nama saya berganti lagi menjadi " Suster Gaudensia OSF ". Dalam biara biasanya saya dipanggil " Gauden". Ketika saya berada diluar orang-orang disekitar saya akan memanggil saya dengan sebutan "suster" saja. Ok,tidak masalah. Panggil saja sesuai selera,mau suster,Gauden atau dina terserah saja...he...he

Mengapa setelah di biara nama saya diganti sementara nama kecil saya jarang disebut ? Sementara nama kecil itu adalah hadiah dari kedua orang tua saya. Mengenakan nama orang kudus Adalah satu kebiasaan dalam kongregasi saya. Nama yang kami kenakan itu adalah nama santo dan santa. Sama seperti nama saya " Gaudensia" Nama Gaudensia itu berasal dari St. Gaudensius .Dan saya memilih nama ini sebagai nama pelindungku dalam persaudaraan OSF. Cara hidup St.Gaudensius sangat sederhana oleh karena itu saya tertarik untuk menjadikannya sebagai nama biara saya. St Gaudensius diperingati setiap tanggal 12 Februari. Maka pada tanggal itu juga saya merayakan pesta nama dalam persaudaraan,promosi nih ye..he..he

Saya meyakini bahwa teladan hidup dan doa-doa St.Gaudensius menjadi kekuatan untuk saya dalam menjalani panggilan hidup setiap hari. Kebijaksanaan dan kerendahan hatinya mengajarkan saya untuk selalu setia dan tekun dalam menjalani setiap proses. Dalam mengarungi samudera kehidupan ini,tentu saya tak mampu untuk berjalan sendiri.Oleh karena itu saya membutuhkan bantuan Tuhan  lewat malaikat pelindungku " St.Gaudensius"

Dalam bukunya, MORALIA, Gregorius Agung menegaskan bahwa hidup itu seperti seorang di perjalanan yang beristirahat di penginapan. Ia berhenti sebentar untuk pergi lagi, tubuhnya beristirahat, tetapi dengan budi ia sudah di tempat yang lain. Manusia adalah makhluk peziarah (homo viator). Ungkapan lain yang dikemukan bapak serafik St. Fransiskus Assisi adalah kita ini adalah musafir atau perantau.

Dalam peziarahan ini saya tidak sendirian tetapi selalu dalam kebersamaan dengan yang lain. Bersama yang lain (saudari sekomunitas pun masyarakat -- di dunia nyata pun dunia maya) saya menjalin relasi. Tujuan akhir dari peziarahan ini adalah persatuan dengan Allah, yang adalah sumber harapan dan damai dalam hidup kita.

Dalam peziarahan ini, kita ditemani oleh malaikat. Para malaikat ada di antara kita. Mereka ada di sini untuk mengingatkan kita tentang Tuhan, untuk memanggil kita keluar dari diri kita sendiri, dan untuk mendorong kita untuk menyelesaikan panggilan dan tugas yang telah Tuhan berikan kepada kita. Dengan pemikiran ini, jika kita meringkas malaikat pelindung dalam jargon kontemporer, kita akan mengatakan bahwa malaikat pelindung dikirim kepada kita untuk menjadi pelatih kita, agen-dinas rahasia, pelatih pribadi dan pelatih kehidupan. Gelar-gelar kontemporer ini dapat membantu mengilustrasikan panggilan dan misi para malaikat. Mereka menunjukkan kepada kita betapa Tuhan sangat mencintai kita sehingga Dia akan mengirimkan bantuan seperti itu.

Kehadiran para malaikat seharusnya tidak menantang rasa otonomi kita atau mengancam pencarian kemerdekaan kita. Pendampingan mereka yang cermat memberikan kekuatan spiritual pada kepemilikan diri kita dan memperkuat penentuan nasib sendiri kita. Mereka mengingatkan kita bahwa kita adalah anak-anak Tuhan dan bahwa kita tidak melakukan perjalanan ini sendirian. Mereka merendahkan saat-saat kita terlalu menonjolkan diri, sekaligus membangun bakat dan kepribadian yang diberikan Tuhan. Malaikat mengurangi kebesaran diri kita, sementara secara bersamaan menegaskan kita dan mendorong kita dalam kesadaran diri dan penerimaan diri kita.

Semoga kita semakin mampu menyadari kehadiran malaikat pelindung yang memampukan kita untuk menelisik jejak-jejak kebijaksanaan dalam pengalaman keseharian di rumah pun di tengah masyarakat hingga akhirnya kita mampu mengamalkan kebijaksanaan itu.

Salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun