Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Manusia Duniawi Vs Manusia Rohani (Siapa dan Bagaimana?)

22 November 2020   20:56 Diperbarui: 29 April 2021   14:16 2704
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita masih di tinggal di dunia ini, wajar donk kita mengikuti apa yang terjadi di dunia ini? It's true.. justru aneh dirasa dan dipikir kalau yang kulakukan tidak kontekstual, di sini dan kini (hic et nunc). But, apakah dengan melakukan dan mengikuti yang terjadi di dunia ini kita disebut sebagai anak-anak duniawi. Sebaliknya apakah dengan berpikir hal-hal rohani aku disebut sebagai anak-anak rohani? 

Dalam hidup setiap hari atau kadang-kadang kita dengar bahwa ada ketidak sesuaian antara sikap dengan jabatan atau kedudukan yang dimiliki,sebaliknya ada orang yang terlihat biasa-biasa saja tapi selalu di puji orang. Misalnya,seorang imam kok gitu ? Religius kok gitu caranya ? Nah,hal ini sering tertuju kepada kaum religius bilamana melakukan kesalahan atau kelalaian. Pertanyaannya,apakah kaum religius otomatis menjadi manusia rohani ? Jawabannya semoga...hehehe

Pandangan yang mungkin diamini dan dianut oleh khalayak ramai bahwa anak-anak rohani itu adalah kaum religious (para hirarki dan biarawan/ti) sedangkan anak-anak duniawi adalah kaum awam. Jelas bahwa pandangan ini keliru.

Setiap orang tanpa terkecuali bisa disebut sebagai anak-anak rohani bila ia mampu membangun kehadiran Roh Kudus yang membuka pikiran untuk mengenal dan mengimani Allah. Manusia rohani itu memiliki pikiran Kristus seperti menyeimbangkan pelayanan dan waktu untuk tenang, bermenung, bersyukur kepada-Nya. Singkatnya, hidup dengan kualitas rohani antara perkataan dan perbuatan. Tuhanlah andalannya satu-satunya. 

Manusia duniawi tidak memiliki pengenalan yang benar akan Tuhan dan jalan-jalan-Nya, hidupnya masih diperbudak oleh kedagingan dan hawa nafsunya karena berada di bawah kuasa dari si jahat; sebut saja iri hati dan perselisihan. Manusia duniawi itu mereka hidup dengan bersandar kepada pengertian dan kekuatan sendiri. 

Mari menjadi manusia rohani dan meninggalkan manusia duniawi. Belum terlambat kok !!! 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun