Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengeluh (Untuk Apa, Mengapa, dan Bagaimana Sebaiknya?)

18 November 2020   10:42 Diperbarui: 18 November 2020   10:56 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Sering mengeluh bila sedang diuji,dan lupa bersyukur ketika diberi nikmat"

Sejak bulan maret yang lalu saya dan teman-teman mengikuti perkuliahan secara online. Dikomunitas kami memiliki satu unit wifi yang kami gunakan untuk kebutuhan belajar. Akan tetapi tak jarang juga masalah jaringan sering mengusik kenyamanan kami diwaktu belajar. Kebetulan di komunitas saya ada dua orang saudari muda yang baru memulai masa studinya.

Adalah sesuatu yang sulit bagi mereka ketika memulai perkuliahan dengan cara daring. Sehingga dalam perkuliahan setiap hari sering terdengar keluhan yang tidak asing ditelinga saya. "Akh belajar online ini tidak seru , Bosan, jenuh,malas,tidak menarik dan masih banyak lagi. Tuntutan tidak sesuai dengan tuntunan. Benar tidak nya tergantung sipengeluh aja deh. 

Untuk saya sendiri adalah sesuatu hal yang pantas  disyukuri ketika segala sesuatunya tersedia dalam proses perkuliahan saya. Sehingga menjalani kuliah online selama pandemi ini bukan sesuatu yang menimbulkan kesulitan belajar. Mengapa ? Saya mencoba memandang masa pandemi ini sebagai kesempatan untuk berbenah diri dari berbagai aspek kepribadian.

Contohnya tugas kuliah tak pernah menumpuk karena cukup waktu untuk mengerjakannya. Kesempatan untuk mencari refrensi lebih banyak. Selain itu saya juga banyak belajar untuk menggunakan beberapa aplikasi sesuai kebutuhan belajar. 

Disamping itu semua saya masih punya waktu untuk membuat kreativitas seperti memasak kue dan membuat rosario dan jika waktu masih tersisa saya menuliskan satu artikel singkat di kompasiana. Hehehe.. 

Yah,,,setiap orang memiliki cara yang unik untuk mengisi tiap lembar kehidupannya.

 Dalam keseharian sadar atau tidak sadar kerap ragam litani keluhan atau sungut-sungut  yang terkuak. Mulai dari hal yang amat kecil hingga sesuatu "hal yang besar". Hal ini tentu ragam latarbelakang yang mempengaruhinya. Umumnya, bahwa apa yang diharapkan berbeda dengan realitas yang terjadi.

Tak jarang dari keluhan atau efek lanjutannya memunculkan pemberontakan, demonstrasi yang merusak diri bahkan merenggut reputasi iman hingga penyangkalan terhadap Allah. 

Bukanlah dilarang untuk mengeluh. Hanya saja, dibutuhkan sikap hati-hati atas sebuah keluhan. Apa dibalik sebuah keluhan yang kulontarkan. Apakah karena kebutuhanku tidak terpenuhi? Apakah karena kesenanganku terusik? Atau panggilanku sedang terancam? Atau memang Tuhan tak ada dalam hidupku? 

Keluhan dan pemberontakan yang dilakukan umat Israel mewakili gambaran umat manusia saat dihadapkan pada sebuah peristiwa kemelut maut. Ketika tak seorang pun dapat menyediakan air pada saat umat Israel membutuhkannya, Allah hadir dan menyediakannya bagi mereka. 

Kehausan yang mereka rasakan itu adalah nyata, tetapi kenyataan yang sungguh luput dari kesadaran mereka adalah kehadiran Allah di tengah-tengah mereka. 

Realitasnya adalah bahwa umat Israel tidak percaya akan kuasa dan kekuatan Allah. Hal ini semata-mata bukan mau menunjukkan sebuah bukti kehadiran Allah di padang gurun ketika memenuhi kebutuhan umat Israel, melainkan digunakan sebagai tanda dari sebuah ketidakpercayaan umat Israel kepada Allah yang ditandai dengan bertengkar dan meragukan kehadiran-Nya di antara mereka. 

Hal senada terjadi dalam kehidupan saya. Sesuatu yang terjadi diluar kendali saya kerap membuat saya merasa was-was dan khawatir. Namun,meski demikian selalu ada saja cara Tuhan untuk mengangkat saya dari rasa was-was tersebut. 

Selama masa perkuliahan daring saya sering cemas apakah saya bisa mengikutinya dengan baik ? Apakah saya sanggup untuk menyelesaikan tugas-tugas ku ? Apakah ujian online dapat saya ikuti dengan baik? Pertanyaan atau kecemasan itu menghantarkan saya pada sikap pasrah kepada Tuhan. 

Saya yakin dengan segala usaha dan sikap percaya saya kepada Tuhan akan mendatangkan kebaikan dalam hidupku.Pengalaman-pengalaman kecil tapi bermanfaat dalam hidup.

Allah dalam diri Yesus senantiasa hadir dalam pergelutan kehidupan manusia. Dialah sumber mata air kehidupan. Dari-Nyalah saya memperoleh kelegaan dan kedahagaan yang tak terkira. Maukah aku percaya pada-Nya? atau sebaliknya apakah malah mencobai Tuhan dengan mengatakan, "Adakah Tuhan di tengah-tengah kita atau tidak?" 

salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun