Mohon tunggu...
Dina Finiel Habeahan
Dina Finiel Habeahan Mohon Tunggu... Guru - be do the best
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

BE A BROTHER FOR ALL

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kaul Kemiskinan

23 Oktober 2020   08:54 Diperbarui: 23 Oktober 2020   09:07 1167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lewat injil saya belajar untuk memandang Allah sebagai yang tertinggi, kebaikan yang mutlak, yang Maha Kuasa yang dapat memenuhi kebutuhan saya setiap hari dan pada masa yang akan datang. St. Fransiskus juga mengajarkan bahwa barang-barang lain yang berharga menjadi relatif, simbolis dan sebagai pelengkap/sarana untuk sampai pada Allah. Maka dengan penuh keyakinan bahwa penyerahan diri pada Allah akan memperoleh buah-buah roh seperti pengampunan, rahmat, pengetahuan, kebijaksaan, kebajikan. Inilah harta sejati dan kekayaan yang menjadi milikku.

Bagaimana dengan penghayatan saya selama ini? Saya kadang bertanya dalam hati, apakah masih cocok penghayatan kemiskinan di tengah segalanya yang telah tersedia oleh persaudaraan? Segala fasilitas terjamin, makan-minum, tempat tinggal nyaman. Pertanyaan ini lahir manakala mata saya terbuka dengan melihat realitas, di mana banyak orang yang sungguh-sungguh miskin, mendapat sesuap nasi saja setengah mati, tempat tinggal yang sangat menyedihkan. Jujur saja ketika saya berada di kampung saya belum pernah melihat orang miskin seperti yang ada di Medan ini.

Lalu apa bentuk partisipasi saya? Saya tidak punya harta untuk dibagikan kepada mereka. Untung saja aku masih punya mata,hati dan telinga untuk melihat dan mendengarkan mereka, Hehehe. Kadang kalau bertemu dengan pemulung atau tukang sapu saya hanya bisa melempar senyum. Sehingga setiap kali lewat dari jalan yang sama serasa sudah menjadi teman dekat. 

Ternyata sapaan itu sangat berarti. Aku senang dan itulah alasanku untuk selalu mendoakan mereka dan Memberi sedikit dari apa yang saya miliki. Dalam kaitan dengan segala fasilitas yang ada, saya disadarkan bahwa itu semua tidak menjadikan diri ini sombong, dan meninabobohkan diri. Justru fasilitas itu memudahkan saya untuk mewujudkan aksi kasih dalam hidup setiap hari.

Bagi saya kemiskinan adalah sebuah sikap batin artinya saya ingin mepersembahkan sepenuhnya diri ini dalam penyelenggaran Allah. Menguburkan kecenderungan untuk terikat pada barang dan memberikan diri cuma-cuma pada Tuhan karena Ia telah memberikan kepada saya dengan cuma-cuma.  

Bentuk konkret lain penghayatan kemiskinan yang saya alami yakni dengan mensharingkan kekayaan apa yang dimiliki. Dengan "mensharingkan kekayaan" saya diperkaya oleh yang lain. Misalnya ketika teman mengalami kesulitan dan membutuhkan bantuan dengan hati terbuka saya ringan  tangan untuk membantu mereka. Bersedia mendengarkan mereka yang ingin didengarkan. Tempat curhat loh!!!

Dalam kemiskinan saya dipanggil untuk memberi, membagi, berkomunikasi dan bersolidaritas dengan sesama para suster. Empati terhadap mereka yang miskin dan tersingkir. 

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun