4. Dari Segi Nilai Ekonomis
Kegiatan sinoman membantu meringankan biaya tuan rumah, karena dilakukan dengan sukarela. Selain itu, kegiatan ini juga mampu menghasilkan produk yang dapat memberikan pelatihan keterampillan ekonomis yang akan berguna dalam hidup.
Pelaksanaan tugas sinoman, yakni "laden", bila diperhatikan lebih rinci, tidak dilakukan secara sembarangan. Ada perihal tata krama dan aturan-aturan tidak tertulis lainnya yang harus diperhatikan oleh para sinoman dalam melakukan tugasnya. Penyajian minuman dalam gelas biasa tanpa tatakan berbeda dengan penyajian dalam cangkir maupun ketika dengan tatakan. Misalnya, ketika menyajikan gelas tanpa tatakan maka tidak perlu memperhatikan arah gagang gelas ataupun menurunkan tatakan terlebih dahulu. Selain itu proses "laden" dengan tamu yang duduk di kursi dengan yang lesehan pun berbeda cara masuk dan keluar dari tempat "laden". Hal inilah yang sebenarnya menjadi daya tarik dari "laden" itu sendiri. Akan tetapi, kebanyakan remaja zaman sekarang melupakan beberapa hal tersebut karena tidak adanya pelatihan yang memadai. Selain itu karena zaman sekarang sudah serba ringkas maka orang-orang lebih memilih untuk memakai jasa katering dan wedding organizer.
Tidak hanya karena adanya jasa-jasa semacam catering dan wedding organizer saja yang menyebabkan tradisi sinoman ini mulai hilang, tetapi juga keadaan pandemi seperti sekarang. Dalam keadaan ini, semua serba terbatas, sehingga untuk menggelar hajatan sangat sulit. Orang-orang pun kemudian memilih proses yang mudah dan tidak memicu kerumunan, sehingga proses hajatan dilakukan secara sederhana dan tidak ada makan minum di tempat. Apabila terus seperti ini, maka akan ada kemungkinan sinoman dan segala pembelajaran yang ada di dalamnya hilang.
Apabila ini terjadi, anak muda zaman sekarang akan kurang mengerti dan bahkan tidak tahu bagaimana tata krama dalam menerima tamu, bersosialisasi di tengah masyarakat, dan ambil bagian dalam suatu acara. Semangat gotong royong dan kerukunan serta silaturahim antar tetangga yang dipupuk melalui sinoman ini pun akan hilang bertahap.
Oleh karena itu, meskipun dalam keadaan yang sedang seperti saat ini, alangkah baiknya apabila tradisi sinoman tetap dilaksanakan. Sinoman tidak harus dilaksanakan dalam skala hajatan yang besar dengan banyak orang, tetapi bisa ketika melakukan syukuran atau tahlil atau semacamnya dalam skala kecil dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Selain itu, agar tata krama dan aturan-aturan ketika sinoman menjalankan tugas "laden", perlu dilakukannya suatu pelatihan dari sinoman ahli agar generasi zaman sekarang bisa lebih tahu dan lebih benar dalam menerapkannya ketika sinoman.
Warisan tradisi yang sudah ada sejak lama akan sangat disayangkan bila harus lebur oleh zaman. Sebagai generasi muda sudah seharusnya mampu untuk tetap melestarikan tradisi budaya yang ditinggalkan agar tidak hilang tertelan zaman.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H