Sejak memiliki tampilan baru Maret 2020, Alun-alun Sumedang telah memancarkan pesona baru dan dilakukan peresmian oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Bupati Sumedang Doni Ahmad Mounir. Sayangnya, akibat mewabahnya virus corona di penghujung tahun 2020, wajah baru Alun-Alun Sumedang untuk sementara ditutup untuk umum. Terutama terkait pengendalian penyebaran COVID-19 di Kabupaten Sumedang. Kini, Alun-alun Sumedang telah dibuka kembali warga serta wisatawan dapat menikmatinya pada akhir pekan.
Lokasi Alun-alun Sumedang berada di Jalan Prabu Geusan Ulun, Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Alun-alun Sumedang dirancang oleh Bapak Ridwan Kamil, seorang arsitek dan Gubernur Jawa Barat. Ciri unik dari Alun-Alun Sumedang adalah tidak adanya pagar yang mengelilingi alun-alun sehingga terlihat lebih luas dan menarik. Sebelumnya, alun-alun adalah tanah lapang yang ditumbuhi rumput dan pohon beringin, tetapi saat ini Alun-alun Sumedang sudah memiliki wajah baru dengan adanya berbagai sarana dan prasarana seperti pohon-pohon besar, area kosong dan kita juga dapat bermain di area playground, serta kursi untuk duduk santai menikmati indahnya suasana Sumedang.
Monumen Lingga dibangun oleh pemerintahan Hindia Belanda Jendral DFoks, pada 22 April 1922 di tengah Alun-alun Sumedang. Sebagai bentuk penghormatan atau penghargaan kepada Pangeran Soeria Atmaja yaitu Bupati terakhir Sumedang yang menyandang gelar Pangeran pada periode 1883 -- 1919, setelah beliau meninggal pada saat menunaikan ibadah haji di Mekah. Karena itu beliau dikenal sebagai Pangeran Mekah, beliau juga memiliki nama kecil, yakni Raden Sadeli atau dipanggil Anom Sadeli. Monumen ini telah dicagar budayakan juga dan diabadikan ke dalam lambang Kabupaten Sumedang. Menandakan betapa berartinya kontribusi Pangeran Soeria Atmadja di masa Pemerintahan Hindia Belanda kala itu, hingga kini.
Setiap sudut Alun-Alun memiliki fungsinya masing-masing, yaitu:
- Area playground di bagian selatan.Â
- Terdapat permainan tempo dulu di sudut sebelah kiri.
- Â pojok baca, kolam mini, amphitheater, dan display para Bupati yang pernah memimpin Sumedang di bagian utara.
- Sedangkan di bagian tengah merupakan tempat mengadakan kegiatan formal seperti kegiatan upacara. Tepat di depan Masjid Agung Sumedang.
"MASJID AGUNG SUMEDANG"
Di sebelah barat alun-alun terdapat Masjid Agung Sumedang, masjid ini dibangun pada tahun 1850 Masehi. Arsitektur masjid ini mengadopsi seni arsitektur khas bangunan Tionghoa, pada bagian depan Masjid terdapat bangunan berupa Al-Quran halaman tengah yang besar. Masjid Agung Sumedang memiliki lokasi yang strategis, berada di sebelah barat Alun-alun Sumedang. Atau pinggir jalan utama Bandung-Cirebon, tak heran banyak orang orang dari luar sumedang  yang mengunjungi masjid tersebut untuk sekedar beristirahat serta menunaikan sholat.
Masjid tersebut menjadi salah satu bangunan cagar budaya di Kabupaten Sumedang. Masjid yang dibangun sejak masa kolonial Belanda ini, ternyata menyimpan fakta menarik untuk diketahui. Masjid ini terletak di dekat Alun-alun Sumedang atau tepatnya di Kelurahan Regol Wetan, Kecamatan Sumedang Selatan. Masjid Agung Sumedang awalnya memiliki luas bangunan 583,66 meter persegi di atas tanah seluas 6.755 meter persegi. Pembangunannya dimulai pada tanggal 4 Rajab 1267 H atau 3 Juni 1850 M dan selesai pada tanggal 8 Ramadhan 1270 H atau 5 Juni 1854 M.